37. Maaf

43.9K 6K 548
                                    

Tap!

Seseorang menahan lengan Sona saat dia ingin merobek gulungan teleportasi yang diberikan oleh Alea padanya barusan.

"Tidak. Berhenti. Kau mau kemana?" Genta menahannya dengan panik. Entah sejak kapan Genta telah sampai di dekatnya. Wajahnya masih sangat pucat, dan satu tangannya masih memegangi perutnya yang terluka. Sona tak mampu menyembuhkan luka Genta sepenuhnya, tapi dia berhasil menyelamatkan nyawanya sehingga dia tidak berada dalam bahaya lagi.

Sona tersenyum lembut dan menggenggam erat tangan Genta untuk sesaat. Dia tak mampu mengatakan apa pun pada akhirnya.

"Maaf." Hanya itu yang keluar dari mulutnya sesaat sebelum menghilang bersama Alea tepat di hadapan Genta.

"Jangan pergi!" Teriak Genta kalut sambil menggapai di tempat Sona terakhir terlihat. Tapi itu semua sia-sia. Dia terlambat.

***

"Sera!" Alea memanggil cemas saat Sona kembali terjatuh dengan darah masih menetes di sekitar mulutnya.

Sona mengangkat kepalanya yang berat dan melihat ke sekeliling. Dia bisa melihat taman dan halaman yang luas. Juga beberapa orang dengan pakaian pelayan menatap ke arahnya dengan kaget. "D-dimana kita?"

"Ini rumahku. Kau tak perlu cemas, kita berada jauh dari Alterion. Mereka tak mungkin menemukanmu disini." Alea berusaha menenangkan Sona yang masih terlihat panik.

Sona akhirnya bernapas lega, "Syukurlah." Dia tak tahu harus bagaimana menghadapi Arjen, Hero dan Genta. Dia bisa dengan jelas melihat keraguan dimata mereka. Apalagi ketika Alphen menyerangnya, hanya Dexter yang bergerak untuk menolongnya. Jujur saja, dia sangat kecewa. Dia berharap Arjen, Hero dan Genta melindunginya seperti sebelumnya.

Sona merasa sakit setiap kali melihat keraguan akan dirinya tercermin di mata mereka. Dia tak tahan harus menahan perasaannya, lebih baik dia tak melihat mereka. Dia takut.

Bagaimana jika mereka menolak dirinya? Bagaimana jika mereka membuang dirinya? Sona tak sanggup. Dia terlalu pengecut untuk menghadapi mereka.

"Hey! Siapa pun cepat kemari! Bantu aku! Jangan diam saja!" Teriak Alea panik sehingga beberapa pelayan yang tadi hanya menatap kini berlari dengan panik ke arahnya.

Sona tak kuat lagi, seluruh tubuhnya sakit dan lemas. Perlahan matanya terpejam, dan pada akhirnya kesadarannya perlahan hilang.

***

"Hm." Gumam Sona seraya membuka matanya. Ornamen asing memenuhi kamar tempatnya berada sekarang. Sona memegang kepalanya yang berdenyut, namun tetap berusaha bangun dari posisi tidurnya.

Dia ingat beberapa hal sebelum dia pingsan. Alea bilang ini rumahnya. Tapi Sona tak menyangka gadis itu adalah seorang bangsawan.

Klik!

Pintu kamar terbuka dan seorang pelayan wanita masuk. Pelayan itu terkejut saat melihat Sona sudah sadar dan langsung kembali berlari keluar, "Nona! Nona Alea!"

Sona masih bisa mendengar suara pelayan itu memanggil tuannya, dan tak berapa lama kemudian Alea muncul dan masuk ke kamar tempatnya berada.

"Sera! Kau sudah sadar!" Alea terlihat lega dan langsung duduk di pinggir kasur tempat Sona. "Kau sudah tiga hari pingsan, dokter bilang kau memiliki luka dalam karena terlalu banyak menggunakan sihir."

Sona tersenyum saat mendengar nama lamanya dipanggil. Alea satu-satunya orang yang memanggilnya Sera. Dia merasa seperti kembali menjadi Yoon Sera setiap kali mendengar Alea memanggil dirinya begitu.

"Terimakasih Alea, aku pasti merepotkanmu." Ucap Sona tulus.

"Tidak, tidak. Kau temanku. Aku akan membantumu apapun yang terjadi."

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang