25. Kekacauan

60.3K 9.2K 674
                                    

Genta menatap dingin pada para koki dan pelayan dapur dihadapannya. Ia menyelidiki siapa yang menaruh racun di makanan Sona.

Sebenarnya, racun itu juga termakan oleh Arjen, Hero dan Genta. Tapi mereka tak sadar dan racun itu ternetralisir secara otomatis karena kekebalan tubuh serta sihir mereka sehingga segala jenis racun tak akan mempan pada mereka. Julukan monster bukanlah hiasan belaka untuk keluarga Alterion.

"Bicara atau aku akan mencincang seluruh tubuh kalian dan memberi makannya pada anjing!" Genta melotot dingin seperti orang gila pada orang-orang itu.

Srak!

Genta memenggal kepala wanita paruh baya dihadapannya karena ia tak mampu menjawab.

"Siapa diantara kalian keparat yang berani meracuni adikku?" Pertanyaan itu terus berulang, dan kepala yang terbang oleh pedangnya pun berulang terjadi dalam beberapa menit.

"Y-yang mulia! Bukan aku! Aku bersumpah..."

Srak!

Satu lagi kepala terbang bahkan sebelum laki-laki berbaju koki itu selesai bicara.

"Aku tak butuh omong kosong, katakan siapa itu. Dan aku akan membiarkan kalian pergi."

"Yang Mulia! A-aku melihat Celine mencampurkan sesuatu di makanan sebelum disajikan!" Seorang pemuda berambut pirang membuka suara.

Genta berjalan lalu mengangkat kerah baju laki-laki itu dengan wajah dingin. "Katakan lebih jelas. Dimana orang bernama Celine itu?"

Dengan gemetaran laki-laki pirang itu menunjuk ke seorang gadis berambut hitam panjang yang memakai baju pelayan yang tengah menunduk dalam-dalam di lantai dengan tubuh gemetaran.

Genta menyeringai lebar lalu melangkah cepat ke arah Celine tanpa memperhatikan pelayan lainnya.

Tak.

Genta menancapkan ujung pedang di lantai, tepat di sebelah kepala Celine. "Kau?"

"Y-yang mulia!" Celine bersujud di kaki Genta dengan ketakutan.

Genta berjongkok lalu berbisik ke arah Celine. "Siapa yang menyuruhmu?"

Jleb!

Ujung pedang Genta menancap di punggung tangan kiri Celine yang sedang bersujud hingga menembus ke lantai.

"Arrggh!" Gadis itu berteriak seraya menangis pilu. Darah merembes keluar dari tangannya yang terluka. "Ampuni hamba... am-puni hamba Yang mulia!" Teriaknya kesakitan.

"Katakan padaku, siapa yang menyuruhmu." Genta berjongkok sejajar lalu mengangkat kepalanya paksa dan kasar.

"H-hamba tidak tahu! Hamba bersumpah tidak mengerti Yang Mulia. Tubuh hamba bergerak sendiri, dan tiba-tiba semuanya terjadi." Kata gadis itu dengan wajah pucat, bingung sekaligus kesakitan.

Genta menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar penuturan tak masuk akal itu.

Apa-apaan? Apa seseorang mengendalikannya? Genta berpikir dalam-dalam.

Genta mendengus dalam hati, kemudian memegang kepala gadis itu seraya memejamkan mata. Ia berusaha memasukkan sihirnya ke alam bawah sadar serta ingatan gadis itu. Genta mampu melihat semua ingatan seseorang dengan sihirnya yang rumit, tapi ia tak pernah menggunakannya kecuali di keadaan terdesak. Kekuatan itu memiliki resiko yang sangat tinggi yang akan merusak pikirannya kalau digunakan terlalu sering. Tapi, ia bahkan tak memikirkan itu dan menggunakannya demi menemukan dalang yang menyakiti adiknya.

"Akh!" Genta memegang kepalanya yang berdenyut dan mengumpat. "Keparat! Bajingan itu menggunakan Dark Magic! Aku tak bisa menembusnya."

Sesaat setelah Genta melepaskan kepala Celine, tubuh Celine langsung ambruk ke lantai. Wajahnya terlihat mengerikan dengan darah yang keluar dari kedua mata, hidung dan mulutnya. Nyawanya hilang seketika ketika kekuatan sihir Genta berusaha masuk ke tubuhnya. Orang yang mengendalikan Celine sudah memasang penghalang sihir sehingga tak ada seorang pun yang bisa mencaritahu lewat Celine. Satu-satunya petunjuk kini hilang bersama nyawa Celine.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang