28. Oracle

54.1K 8.2K 546
                                    

Sona mengerjap berkali-kali ketika membuka matanya, tubuhnya terasa kaku dan berat. Untuk mengangkat tubuh bagian atasnya dan duduk pun terasa sulit.

Perlahan dia memandang ke seluruh penjuru ruangan lalu mengernyit, "Ini bukan kamarku."

Ornamen klasik ruangan itu sungguh berbeda dengan ornamen mewah yang ada di istananya. Semuanya terlihat asing bagi Sona.

"Ini dimana?" Gumamnya menunduk lalu berusaha mengingat kembali ingatan terakhirnya. Sesaat kemudian barulah dia sadar dan terkejut.
"Ah! Aku diracuni! Tapi..."

"Aku yakin aku belum mati." Gumamnya lagi seraya mencubit pipinya kuat-kuat. Itu terasa sakit.

Sona ingin sekali turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar ini untuk mencari tahu langsung dimana dia berada, tapi itu tidak mungkin untuk sekarang. Kakinya terasa kaku, tubuhnya tak bisa bergerak sesuai keinginannya.

Tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka dan seorang wanita dengan seragam putih yang familiar masuk membawa nampan berisi makanan ditangannya.

"Ah! Kau sudah bangun?" Ujarnya terkejut.

Biarawati? Apakah aku berada di gereja suci? Batin Sona ketika mengenali baju khas orang-orang gereja.

Wanita itu buru-buru menaruh nampannya di meja samping tempat tidur Sona. Lalu perlahan memberikan semangkuk bubur pada Sona. "Kau pasti lapar, Putri. Makanlah terlebih dahulu. Aku akan pergi sebentar."

Sona tersenyum kecil lalu mengangguk, "Terima kasih."

Setelah wanita itu pergi Sona menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya.

Rasa hambar membuat Sona mengernyitkan dahi heran. Tapi tetap saja dia tak bisa protes dan menghabiskannya dengan cepat karena perutnya terasa lapar.

Setelah menghabiskan makanannya Sona kembali menatap ke sekelilingnya seraya berpikir bagaimana mungkin dia bisa berada di gereja saat terbangun, bukannya di istana.

"Yang Mulia Putri." Sapa seseorang dari ambang pintu lalu menghampirinya. Wanita itu tersenyum hangat dengan wajah teduhnya. Meski sudah agak berumur, wajahnya tetap terlihat cantik murni. Ditambah dengan pakaian yang ia kenakan menambah keanggunannya. Mungkin umurnya berada di akhir tiga puluhan.

Sona balas tersenyum dan ikut menundukkan kepala dengan sopan tanpa mengatakan apa-apa. Sona sengaja tak bertanya siapa dirinya karena wanita itu pasti akan memperkenalkan dirinya sendiri dan menjelaskan semua yang ada dipikiran Sona.

"Namaku Leah Yang Mulia. Aku adalah Saintess di gereja suci ini."

"Ah!" Tanpa sadar Sona berseru kaget, tapi kemudian berdeham memperbaiki sikapnya. "Senang bertemu denganmu Saintess, maaf aku tidak bisa menyapamu dengan semestinya." Kata Sona dengan sopan.

Posisi Saintess di kekaisaran setara dengan Putra Mahkota. Posisinya berada tepat dibawah Kaisar itu sendiri. Memang gereja suci tak ikut andil dalam masalah politik kekaisaran Alterion, tetapi mereka berhak menentang suatu keputusan akhir para pejabat militer pada situasi yang akan membahayakan kekaisaran.

Saintess juga sangat kuat karena memiliki Holy Magic. Itu adalah atribut elemen sihir terlangka di dunia ini yang mampu melawan dark magic, menyembuhkan penyakit apa pun, dan mampu melawan semua jenis elemen sihir. Pengguna Holy Magic hanya ada satu banding satu milyar orang, karena itu hanya kekaisaran-kekaisaran besar saja yang memiliki seorabg Saintess.

Leah tersenyum lembut menatap Sona, "Tidak perlu terlalu formal, aku baik-baik saja. Aku senang kau baik-baik saja, Putri."

Sona menatapnya penasaran, berbagai pertanyaan ingin ia lontarkan saat itu juga, tetapi dia menahannya mengingat ada dua orang biarawati di belakang Leah. Sona ingin berbicara berdua saja dengan Leah.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang