13. Before: Sinner - Awkward And Ice Cream

2.2K 133 2
                                    

"Sepertinya rasa nyaman satu sama lain mampu menghilangkah kecanggungan yang terjadi beberapa saat lalu."

-Sinner-

🍑🍑

Canggung.

Keadaan di dalam mobil hening dan canggung. Mereka sama-sama diam, tidak berniat membuka suaranya. Crystal memainkan kaca jendela mobil dengan menaik-turunkan, sedangkan Austin-pria itu sesekali melirik ke arah Crystal yang sibuk memainkan kaca jendela. Terlihat sangat jelas dari raut wajah gadis itu jika sedang bosan. "Kau bosan?" tanya Austin pada akhirnya, membuat Crystal menghentikan aktivitasnya.

Crystal menaikkan sebelah alisnya. "Eh?"

"Kau bosan?" Austin mengulang pertanyaannya, membuat Crystal menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Tidak," balasnya singkat.

"Lalu, kenapa kau memainkan kaca jendela?"

"Hanya ingin." Setelah balasan Crystal, Austin tidak berniat untuk melanjutkan pembicaraannya begitupun dengan Crystal yang memilih diam dan meletakkan kepalanya pada sisi jendela.

Austin memelankan laju mobil, ia menepi ke arah mini market 24 jam. Setelah memarkirkan mobilnya, Austin langsung saja turun dari mobil tanpa mengatakan sepatak kata apa pun pada Crystal, membuat gadis itu mendengus kesal melihat tingkah Austin yang seenaknya.

Tidak lama menunggu Austin, pria itu akhirnya datang juga dengan membawa minuman kaleng berkafein dan ice cream cone yang diberikannya pada Crystal. "Ini," ujarnya memberikan ice cream cone rasa stroberi.

Crystal menoleh, menaikkan sebelah alisnya menatap Austin lalu melirik ice cream di tangan pria itu sekilas.

Austin mendengus melihat reaksi Crystal yang hanya melirik ice cream di tangannya tanpa berniat mengambilnya. "Ambil," ujar Austin lagi.

Dengan malas, Crystal mengambilnya. Austin meletakkan kaleng minumannya sebelum melajukan mobilnya untuk kembali ke mansion.

"Bisakah kita tidak kembali ke mansion?" Lama Crystal diam, akhirnya ia membuka suaranya.

"Memangnya kenapa?" tanya Austin. "Mom mencarimu."

"Mom tidak mencariku, dia hanya tahu aku di kamar beristirahat."

Austin diam, memakai alasan dengan membawa Izzy tidaklah berhasil. Karena memang Crystal sudah ijin pada Izzy jika gadis itu akan kembali ke kamar untuk beristirahat. Memang Austin tidaklah pandai mencari suatu alasan untuk berbohong. "Kau ingin ke mana?" tanya Austin.

"Apartemenmu saja," balas Crystal singkat.

Sesampinya di parkiran apartemen, Crystal melepaskan seatbeltnya baru saja akan membuka pintu mobil, Austin mencegahnya membuat mereka berhadapan. Austin terkekeh, membuat Crystal mengernyit heran. "Kenapa tertawa?"

Tangan Austin bergerak mendekat, memajukan tubuhnya, jemarinya menyentuh sudut bibir Crystal dan mengusapnya pelan.

"Ish, apa-apaan sih!" Crystal menyingkirkan tangan Austin dengan kasar, menyentakkannya.

"Ada sisa selai stroberi dari ice creamnya," ujar Austin memundurkan tubuhnya.

"Oh," balas Crystal singkat.

"Ya sudah, ayo turun," ujar Austin membuka pintu dan turun dari mobilnya membiarkan Crystal yang masih terdiam karena sikap Austin yang tiba-tiba.

Melihat Austin yang sudah jalan terlebih dahulu, dan terlihat jauh dari parkiran barulah Crystal turun dari mobil dan berjalan mengekori pria itu.

Austin berdiri di depan lift, menunggu pintu lift terbuka dan barulah Crystal muncul berdiri di samping pria itu. Keadaan koridor apartemen sepi, hanya satu-dua orang yang berlalu lalang. Bahkan para pegawai sudah tidak terlihat. Pintu lift terbuka, kosong tidak ada orang. Mereka melangkah masuk. Austin menekan angka 12 di mana letak apartemennya berada. Crystal menyandarkan tubuhnya pada dinding lift, kedua tangannya terlipat sembari memejamkan matanya sedangkan Austin berdiri tegap di depannya.


Di sisi lain, Austin melihat Crystal dari pantulan dinding lift yang memang terbuat dari kaca. Ia tersenyum miring, ide jahil terlintas di benaknya. Perlahan, ia memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Crystal yang belum menyadari karena gadis itu masih memejamkan matanya. Memajukan tubuhnya, Austin memejamkan mata sembari menempelkan bibirnya pada bibir Crystal, mengecupnya lama.

Crystal yang merasakan benda kenyal yang menyentuh bibirnya terkejut, refleks tubuhnya menegang, bahkan ia tidak berani bergerak atau bahkan sekedar membuka mata untuk mengintip. Lagipula dirinya sudah tahu, siapa dalang di balik semua ini. Siapa lagi jika bukan si brengsek Austin.

Melihat keterdiaman Crystal, Austin melancarkan aksi jahilnya dengan melumatnya perlahan meskipun ia tahu adiknya itu tidak akan membalas lumatannya. "Seharusnya begini aku membersihkan bibirmu dari sisa ice cream," gumam Austin meletakkan kedua tangannya ke belakang kepala Crystal.

Setelah mendengar perkataan Austin, Crystal membuka matanya, dengan sekuat tenaga ia mendorong dada Austin kuat hingga pria itu terhuyung ke belakang. "Dasar mesum!" ketus Crystal menatap Austin tajam.

Bukannya tersindir dengan perkataan Crystal, Austin justru terkekeh geli. "Aku mesum jika sedang bersamamu saja."

"Pembohong," ujar Crystal lagi bersamaan dengan itu pintu lift yang terbuka.

Tanpa menunggu Austin, Crystal dengan cepat melangkahkan kakinya terlebih dahulu keluar lift meninggalkan Austin yang menggeleng geli melihat tingkah menggemaskan Crystal.

"Hey, kau mau ke mana!" seru Austin membuat langkah Crystal terhenti, gadis itu menoleh-mengernyit.

"Apartemenmu, kan?"

Austin terbahak, pria itu tidak bisa menahan tawanya. "Jangan sok tahu," ujarnya sebelum melangkahkan kakinya berlawanan arah dari langkah Crystal berada.

Sedangkan Crystal, gadis itu menghentakkan kakinya kesal dengan wajah yang tertekuk. "Ish, menyebalkan! Kenapa tidak bilang sejak tadi," gerutunya yang masih bisa didengar oleh Austin yang sudah berjalan di depannya.














Semarang, 19 Februari 2021

Before After: Marriage ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now