18. Before: Sinner - Silent

1.9K 140 0
                                    

"Ketika semua pertanyaan terjawab oleh keterdiamannya."

-Sinner-

🍑🍑🍑

"Keterdiamanmu adalah jawabannya. Aku tahu apa itu." Crystal menatap Austin yang berada di atasnya dengan pandangan mata tidak terbaca. Gadis itu berusaha memperlihatkan senyum manisnya.

Dengan perlahan, Crystal mendorong tubuh Austin--membuat pria itu menyingkir. Mudah memang, karena Crystal dapat melihat ekspresi pria itu yang terkejut. "Keluarlah, Kak. Aku lelah dan benar-benar ingin istirahat."

Crystal melirik ke arah Austin yang masih terdiam di tempatnya, mengambil inisiatif Crystal meraih pergelangan pria itu lalu menariknya keluar. Tanpa banyak kata, Crystal langsung menutup pintu dan menguncinya begitu posisi Austin sudah ada di luar kamar. Crystal bersandar pada pintu, tangannya memegang dada di mana jantungnya berada. "Kau memang tidak pernah mencintaiku, Kak."

Sekarang yang perlu Crystal lakukan adalah diam dan menjauh seperti sebelumnya. Ia juga tidak akan dengan mudah jatuh ke dalam pelukan Austin lagi. Meskipun itu tidak mudah, Crystal akan melakukannya. Karena sampai kapan ia akan bertahan pada satu orang yang jelas-jelas tidak bisa digapai? Lagipula Crystal sadar, sebentar lagi Austin dan Lauren akan menikah. Jadi, semua selesai. Austin bahagia dengan keluarga kecil yang akan dibangunnya. Sedangkan Crystal sedang berusaha untuk melupakan semuanya. Oh ayolah, Crystal hanyalah gadis kecil yang polos dan naif.

Di sisi lain, Austin duduk terdiam di sisi kasur. Pertanyaan Crystal berputar-putar di pikirannya. Pertanyaan yang mengejutkan dan di luar dugaan. Ia tidak menyangka jika Crystal akan menanyakannya langsung pada dirinya.

"Apakah kau mencintaiku atau hanya mencintai tubuhku?"

Jika Austin dapat menjawabnya dengan tegas, ia akan menjawabnya. Tapi semua itu tidak bisa Austin lakukan ketika mengingat pernikahannya dengan Lauren yang akan terjadi beberapa minggu lagi. Austin tidak bisa menjawab pertanyaan Crystal karena itu akan melukainya. Sudah banyak Austin mengecewakan dan membuat Crystal terluka. Entah bagaimana bisa gadis itu masih tahan dengan perlakuannya. Crystal bisa saja menolak, tapi Austin selalu memiliki cara untuk semua keinginannya tercapai. Ya, itu yang dilakukannya. Ia juga tahu, Crystal berulang kali menolak dengan segala cara dan selalu lari, juga menghindarinya. Tetapi dengan mudah ia berhasil mendapatkannya kembali.

Baiklah, mungkin bersikap seperti beberapa tahun yang lalu pada Crystal adalah keputusan yang baik.

🍑

Xander merasa jika aura di pagi hari yang cerah ini sedang tidak baik-baik saja. Sudut matanya melirik ke arah Crystal dan Austin bergantian. Terlihat dengan sangat jelas jika keduanya sedang perang dingin. Mungkin semua orang di sini juga menyadarinya. "Daddy tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Dad mohon, singkirkan masalah kalian sejenak agar sarapan berjalan dengan lancar." Kalimat Xander sontak membuat Crystal dan Austin menatap pria paruh baya yang menjadi daddynya itu.

Dalam hati Xander tersenyum miring. Lihat, meskipun putra dan putrinya sedang dalam masalah nyatanya mereka tetap kompak. Entah apa yang terjadi sebenarnya, Austin dan Crystal tidak pernah bisa akur. Sejak dulu, Austin selalu bersikap dingin pada Crystal dan membuat putrinya itu selalu menangis. Apalagi ketika Austin mulai membeda-bedakan. Xander tahu semuanya. Pernah Xander bertanya pada Austin, tapi putranya itu selalu menghindar dan memilih diam. Padahal Austin sudah berumur dan sudah cukup dewasa. Bahkan memang sudah dewasa mengingat umurnya saat itu menginjak kepala tiga dan sekarang sudah kepala empat.

"Ah ya, Dad berpesan jika kalian memiliki masalah satu sama lain, tolong sekali untuk diselesaikan dengan baik-baik. Kalian sudah dewasa dan pastinya mengerti." Lanjut Xander sebelum memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Mom, Dad sepertinya hari ini aku tidak akan pulang."

"Kenapa, sayang?" tanya Izzy pada Autumn.

"Aku ada pemotretan dan itu sampai malam. Mungkin aku akan bermalam di apart atau hotel."

"Dad rasa lebih aman kau menginap di apart saja, sayang." Xander mengusulkan membuat Izzy mengangguk setuju.

Autumn mengacungkan jempolnya. "Siap Dad!"

"Ah, bagaimana jika kau menemaniku, Crys." Autumn beralih menatap Crystal, menaik-naikkan sebelah alisnya. Bukankah ia kakak yang peka? Karena ia membaca situasi saat ini sedang tidak baik, mungkin dengan mengajak Crystal pemotretan adalah solusi terbaik.

Crystal sontak menoleh ke arah Autumn. "Menemani kakak pemotretan?"

Autumn mengangguk, tersenyum lebar. "Kau ada kuliah? Kita bisa berangkat setelah kau selesai. Nanti aku akan menjemputmu di kampus. Bagaimana?"

Crystal mengangguk, bersemangat. "Boleh, aku akan ikut. Bagaimana Dad, Mom? Apakah kalian mengijinkanku?"

Izzy dan Xander serempak mengangguk. "Boleh, sayang. Itu lebih baik. Setidaknya kakakmu ada yang menemani."

🍑

Keadaan di dalam mobil terasa canggung, Xander sengaja menyuruh Austin untuk mengantarkan Crystal ke kampus padahal arah kampus dan kantor sangatlah berlawanan. Austin paham, Daddynya itu ingin dirinya dan Crystal berbaikan. Tapi ia tidak akan melakukannya.

Crystal menikmati musik yang terputar dari radio mobil, sedangkan Austin sibuk dengan kemudinya. Hingga mereka sampai di parkiran kampus Crystal, tanpa banyak kata--termasuk berpamitan pada Austin atau sekedar berterima kasih, ia memilih untuk segera keluar dan pergi dari dalam mobil. Membuat Austin yang melihatnya menghembuskan napasnya kasar.

Dapat dipastikan, lagi-lagi Crystal sedang berusaha untuk menghindar darinya. Diam adalah kunci dari gadis itu. Austin sangat menghapalnya. Karena memang begitulah Crystal, jika sedang marah atau hanya suasana hatinya buruk, Crystal memilih diam. Bahkan gadis itu bisa bertahan diam berhari-hari. Pernah saat itu, Crystal bertengkar dengan salah satu temannya, karena temannya telah membuatnya terjatuh. Tidak mau membalas dan enggan menimbulkan keributan, Crystal memilih membiarkan dan diam selama berhari-hari, membuat Izzy bingung.

Ah, Crystal. Dia adalah adik sekaligus gadis yang dicintainya. Batin Austin tersenyum geli tersadar akan kenyataan yang menyakitkan.














Semarang, 05 Maret 2021

Before After: Marriage ✔ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang