40. After: Baby Blues - Day by Day

844 56 4
                                    

Terhitung sudah tiga hari sejak Crystal siuman, wanita itu terlihat sangat lelah. Tampak jelas sekali, wajah segarnya yang selalu ceria tidak lagi terlihat. Sejak Crystal diperbolehkan pulang, lalu mulai merawat Aslan, wanita itu jarang sekali istirahat. Bahkan tubuhnya terlihat kurus, pipinya yang semakin tirus, lalu kantung mata yang terlihat lebih cekung dan sedikit gelap. Jika Crystal akan berkaca, ia memilih untuk memejamkan matanya daripada harus melihat bentuknya yang sekarang.

Rasanya juga Crystal ingin sekali menangis, saat malam tiba, ia masih berusaha untuk istirahat, tiba-tiba saja Aslan menangis. Entah itu haus, pipis atau buang air besar. Seperti sekarang ini, Crystal baru saja berhasil memejamkan matanya sekitar lima menit yang lalu dan sekarang sudah menunjukkan pukul dua pagi. Perlahan, Crystal mengganti popok Aslan, membersihkan pantat bayi itu dengan penuh hati-hati.

Crystal melirik ke arah Austin yang terlihat tidur dengan pulas. Ia tersenyum masam. Setitik air matanya terjatuh, bahunya mulai bergetar. Crystal membekap mulutnya agar tangisannya tidak bersuara. Sungguh, ia sangat lelah. Menjadi seorang ibu benar-benar tidak mudah. "A-aku lelah," gumamnya. Tanpa memperdulikan Aslan, Crystal pergi dari kamar, pergi sejauh mungkin lalu menangis sejadi-jadinya.

Crystal meringkukkan tubuhnya di atas rerumputan hijau. Menekuk lutut lalu memeluknya. Menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut, lalu menangis. Austin memang membantunya untuk mengasuh Aslan, tapi terkadang. Karena pria itu pergi ke kantor di pagi hari, pulang saat malam tiba. Membersihkan diri, makan malam, bermain sebentar dengan Aslan, lalu sibuk dengan beberapa pekerjaan kantornya, setelah itu pergi tidur.

Crystal juga tidak mengerti, ia merasa Austin sedikit berubah. Tapi entah itu hanya perasaannya saja atau memang benar, Crystal tidak tau. Lalu tentang Austin yang berselingkuh kembali mengganggu pikirannya. "Akhhh! Aku benar-benar bisa gila," gumamnya. "Tapi sepertinya, aku memang sudah gila." Lanjutnya terkekeh sembari mengusap pipinya yang basah.

🍑

Seluruh orang di mansion mencari keberadaan Crystal yang menghilang. Crystal dan Austin memang memutuskan tinggal di rumah Xander untuk sementara waktu, karena akan banyak yang mengawasi dan membantu menjaga Aslan.

Aiden yang pertama kali menemukan Crystal, pria itu berinisiatif pergi ke taman belakang dan menemukan Crystal yang meringkuk. Aiden menggendong tubuh kurus Crsytal, lalu beberapa detik menatap wajah adiknya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Terkadang, Crystal sangatlah malang. Dia masih begitu muda, tapi sudah memiliki beban seberat ini. Aiden melangkahkan kakinya memasuki mansion, Izzy yang pertama kali menyadari kehadiran Aiden dengan Crystal yang berada di gendongan putranya itu segera berlari, sontak berteriak. "Crystal!"

"Kau menemukannya di mana?" tanya Izzy.

"Dia ada di taman belakang, Mom."

Izzy menutup mulutnya, terkejut. "Astaga, bagaimana bisa," ujarnya dengan suara bergetar. "Bawa ke kamar Mom saja, Den."

Aiden mengangguk singkat, lalu membawa Crystal ke kamar orang tuanya yang berada di bawah. "Crystal ditemukan di mana, Mom?" tanya Austin menatap khawatir ke arah Crystal yang sudah terbaring di atas ranjang.

"Taman belakang," balas Aiden.

"Ah, syukurlah. Aku akan menelepon dokter," ujar Xander menghembuskan napasnya lega, menatap Crystal.

Keheningan terjadi, Austin terus mengusap-usap kepala Crystal. “Jika melihat Crsytal yang tiba-tiba berada di taman belakang, sepertinya, dia seperti akan mengalami baby blues.” Aiden memecahkan keheningan, membuat Austin dan Izzy serempak menatapnya. Izzy yang terlihat diam, berpikir. Sedangkan Austin yang berpikir, merasa asing dengan kata itu.

Baby blues? Apa itu?” tanyanya mengerutkan alisnya.

Baby blues terjadi pada wanita dua atau tiga hari setelah melahirkan, memang tidak semua, hanya sebagian wanita yang mengalaminya. Itu terjadi karena biasanya, mereka yang terkejut dengan pola hidup setelah melahirkan, seperti saat harus terbangun tengah malam karena bayi yang menangis, entah itu haus, pipis, atau hanya pup. Benar-benar merawat bayi mereka dua puluh empat jam. Meskipun ada yang membantu merawat, tetap saja wanita yang mengalami baby blues waktu istirahatnya berkurang, napsu makan juga menurun. Karena itu, mereka yang sedang mengalami baby blues sangat sensitif, mudah tersinggung, banyak diam, mereka bahkan bisa saja tidak mau menyentuh bayinya.” Izzy menerangkan, sembari matanya menatap Crystal sendu. “Dan sepertinya melihat Crsytal .....”

Izzy tidak melanjutkan kalimatnya, karena setelah itu Xander datang dengan dokter. Semua keluar, membiarkan sang dokter memeriksa Crystal.

“Bagaimana dengan kondisinya, dok?” tanya Austin begitu sang dokter keluar dari kamar.

Sang Dokter menghembuskan napasnya, lalu menatap mereka bergiliran. “Kondisinya sangat lemah, padahal Nona Crystal baru melahirkan. Dia juga terlihat kehilangan banyak berat badan. Seharusnya setelah melahirkan, kita semua juga harus memperhatikan Crystal. Dan juga, dukungan dari keluarga sangat penting.”

“Tapi apakah putriku perlu dirawat inap, dok?” tanya Izzy.

Sang Dokter menggeleng, tersenyum hangat. “Tidak perlu, Nona Crystal hanya harus banyak istirahat dan juga pikirannya tidak boleh terganggu. Karena sepertinya dia sedikit stress, mungkin saja karena ada beberapa hal yang mengganggu pikirannya. Lalu akhirnya membuat dia seperti ini.”

Semua yang mendengar mengangguk serempak, mengerti. “Baik, terima kasih, dok.”

“Jika begitu, saya pergi,” ujar sang dokter berpamitan.

“Mari Saya antar,” ujar Aiden ramah.

“Aku akan tidur di sini, menemani putriku,” ujar Izzy setelah kepergian Aiden bersama dokter keluarga mereka.

“Sayang, tidak perlu. Jika kau tidur di sini, lalu di mana Austin akan tidur. Lagipula dia adalah suaminya.” Xander bersuara, pria paruh baya itu tau jika istrinya sedang merajuk.

Izzy menggeleng, dengan Austin yang mengangguk setuju. “Biarkan Crystal dengan Mommy, Dad. Aku akan tidur di ruang tengah, lalu Daddy tidur saja di ruang tamu.”

Xander mendengus kesal. “Dad juga akan beristirahat di ruang tengah. Kau tolong beritahu para maid untuk menyiapkan tempatnya.”

Sepanjang malam, Austin merenung. Ia hanya tidak menyangka saja, Crystal mengalami hal berat ini setelah melahirkan. Salah satu faktornya adalah dirinya sendiri. Austin lah yang menyebabkan Crystal seperti itu. Karena jika diingat-ingat juga, Austin yang terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor, sampai lupa untuk menanyakan bagaimana keadaan istri kecilnya itu. Bahkan hanya berbincang, meluangkan waktu untuk keluarga kecilnya, hampir tidak pernah.

Austin mendesah, mengusap-usap wajahnya dengan kasar. “Kau melakukan kesalahan lagi, Austin.”

Before After: Marriage ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now