27. Before: Sinner - The Day

1.4K 87 12
                                    

Crystal menatap dirinya dari pantulan kaca. Wajahnya terlihat semakin cantik ketika memakai riasan make-up tipis agar memiliki kesan natural. Ia memperlihatkan senyum manisnya. Bukankah ia harus bahagia? Karena hari ini, orang yang dicintainya akan menikah. Bagian coklat coklatnya digulung hingga menyisakan beberapa anak rambut yang dibiarkan jatuh menjuntai. Dan rangkaian bunga-bunga yang disusun memanjang menjadi hiasan rambutnya.

Lalu dressnya, sebuah dress cantik yang memperlihatkan belahan dada berwarna biru ke abu-abuan dengan lengan tipis yang panjang hingga menyentuh tanah begitu pas di tubuh Crystal. Apalagi bagian kanan dress yang membelah hingga paha membuatnya terkesan semakin seksi dan high heels berwarna kecoklatan dengan haknya yang sangat tipis melengkapi kaki jenjangnya. Crystal benar-benar sempurna dan terlihat seperti Dewi. Bagai Dewi Aphrodite yang melambangkan Dewi Cinta dan Kecantikan dalam mitologi Yunani, yang menjelma menjadi manusia cantik untuk diutus ke bumi.

Crystal menatap dirinya sekali lagi, dirasa sudah sempurna ia memilih untuk segera pergi ke tempat di mana pernikahan Austin dan Lauren akan dilaksanakan. Semua keluarganya sudah berangkat, dan Crystal memang sengaja untuk tidak berangkat bersama. Ia akan berangkat sendiri karena hanya ingin mengulur waktu agar tidak menyaksikan janji suci yang akan diucapkan Austin nantinya. Crystal hanya berharap begitu dirinya sampai di sana, upacara pernikahan sudah dilaksanakan.

Lamborghini berwarna pink yang diberikan Xander untuk Crystal di ulang tahunnya yang ke tujuh belas sudah terparkir di halaman mansion. Mobil cantik itu yang akan menemani Crystal ke sana. Tentunya, Crystal sendiri yang akan mengemudikannya, tanpa sopir. Meskipun tadi sebelum keluarganya berangkat, Xander sudah mengutus sopir pribadi keluarga Oberoi untuk menemani Crystal. Ia memang mengiyakan, tetapi setelah itu ia tetap tidak mau dan memaksa sang sopir untuk diam.

Cuaca yang sangat cerah pagi ini. Matahari tidak sungkan memperlihatkan sinarnya untuk menerangi bumi. Jalanan cukup padat, karena hari ini adalah akhir pekan. Tentu saja banyak orang yang berpergian, menghabiskan waktu bersama keluarga, kekasih dan pastinya orang-orang tersayang. Crystal melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Ia juga patuh pada lampu lalu lintas, lagu-lagu yang terputar menemani perjalanan Crystal. Sesekali, ia ikut bersenandung.

Hingga lampu berwarna hijau, Crystal menginjak pedal gasnya dan mulai melajukan mobilnya lagi, tetapi tanpa Crsytal sadari dari arah berlawanan sebuah mobil jeep berwarna hitam tanpa plat nomor itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata dan menghantam keras mobil Crystal. Crystal yang terkejut tidak sempat untuk menghindar, ia memejamkan matanya. Mobilnya berputar-putar dengan cepat hingga menabrak pembatas jalan sangat keras.

Crystal memejamkan matanya perlahan, samar-samar ia mendengar seseorang meneriaki namanya. "NONA CRYSTAL!" Mendengar itu Crystal terkekeh, dapat dipastikan sopirnya mengikuti Crystal dari belakang. Xander memang sangat paham dirinya dan dapat menebak jika Crystal akan melanggar tanpa pengawasan nantinya. Maka dari itu, Xander menyuruh sopir untuk tetap mengikuti diam-diam dari jarak jauh. Sebelum kesadaran Crystal semakin hilang, ia hanya berharap semoga Austin sudah mengucapkan janji sucinya. Karena itu akan membuatnya lega.

🍑

Di sisi lain, Austin terlihat sangat tampat dengan tuxedonya berwarna putih. Pria itu sudah berdiri di depan pendeta, sedangkan dari belakang Lauren dan Lanon-daddynya sudah berdiri bersampingan.

Alunan biola dimainkan, seperti upacara-upacara pernikahan ala kerajaan, Lauren dan Lanon berjalan beriringan. Sedangkan di depan Lauren ada Cassandra dan Clarissa yang menjadi bridesmaid, gadis kembar itu membawa karangan bunga kecil di tangan mereka masing-masing. Para keluarga, kerabat dekat, dan sahabat dari kedua belah pihak berdiri rapi di sisi kanan dan kiri. Mereka menyaksikan upacara pernikahan ini dengan tenang. Lanon melepaskan tangannya pada Lauren, menyerahkan putri satu-satunya pada Austin.

Austin yang melihat itu tersenyum simpul, ia merasa gelisah karena Crystal belum juga terlihat. Izzy mengatakan jika Crystal akan menyusul dengan sopir karena merasa perutnya kurang enak. Ingin rasanya, Austin mengulur waktu dan akan melaksanakan upacara pernikahan begitu Crystal datang. Tetapi ia tidak bisa melakukannya. Para tamu juga sebentar lagi pasti juga akan terus berdatangan.

Pendeta baru saja akan memulai upacara pernikahan, teriakan Izzy yang histeris membuat semua pasang mata menatap ke arahnya. "CRYSTAL? PUTRIKU! Aku harus ke sana, Xander!" Izzy menangis, memukul-mukul dada Xander.

"Tenanglah, honey. Putri kita akan baik-baik saja. Dia anak yang kuat." Xander memeluk Izzy, menenangkannya.

Austin yang mendengar itu segera menghampiri orang tuanya tanpa memperdulikan lagi tentang pernikahannya, membiarkan Lauren juga di altar. "Dad, apa yang terjadi. Katakan padaku." Austin menatap Xander dan Izzy bergantian.

Xander menatap Austin. "Crystal, adikmu kecelakaan ketika akan kemari."

Setelah mengatakan itu, tanpa banyak kata Austin langsung pergi. Mengabaikan teriakan-teriakan semua orang yang memanggilnya untuk menyuruh Austin setidaknya menyelesaikan upacara pernikahan terlebih dahulu. Tetapi Austin tidak peduli, yang ada di pikirannya adalah menemui Crystal dan mengabaikan gadisnya itu baik-baik saja.

"Austin kau mau pergi ke mana!" teriak Lauren yang dianggap angin lalu oleh Austin.

Bagaimana bisa kecelakaan, Austin sangat tahu Crystal bukan tipe orang yang akan mengendarai mobilnya di atas kecepatan rata-rata atau melanggar peraturan lalu lintas. Tidak, Crystal bukan orang yang seperti itu. Hidup Crystal teratur, tertata rapi dan menurut pada peraturan yang berlaku dalam hal kecil sekali pun. Dia memiliki prinsip di hidupnya.

Austin menghubungi orang kepercayaannya untuk menyelidiki kecelakaan yang terjadi pada Crystal. Setelah itu ia mencari tahu, di rumah sakit mana Crystal berada. Di satu sisi, Austin merasa bersyukur, dengan kejadian ini pernikahannya tidak terjadi. Tetapi di sisi lain, Austin merasa sedih. Bagaimana bisa Crystal yang menjadi korbannya? Austin bersumpah akan membunuh orang yang berani membuat Crystal celaka. Austin menebak, jika dia adalah orang ugal-ugalan yang sedang mabuk atau justru orang suruhan. Ada dua kemungkinan, dan entah kenapa Austin sangat yakin pada opsi kedua.

Before After: Marriage ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now