Siapa?

342 60 5
                                    

Alcan melihat pemberitaan di televisi, masih sama dengan hari hari sebelumnya, semua saluran menayangkan berita pengeboman yang terjadi di sebuah mall. Jumlah korban bertambah, tidak ada tersangka yang dicurigai karena semua CCTV mall mati saat itu, tidak ada gerak gerik seseorang mencurigakan yang tertangkap.

Alcan sedang memikirkan cara untuk menyelesaikan semuanya, tapi semua yang Alcan butuhkan untuk melaporkan Aditya tidak ada. Satu satunya cara yang ada saat ini, Aditya sendiri yang harus menyerahkan diri atas perbuatannya.

“Haish! Bang Jeas lama amat sih!”

“Nih.” Eyo memberikan Alcan sepiring wafel. Semakin membosankan jika mereka menunggu tanpa melakukan apa apa. Minimal mulut harus mengunyah disaat seperti sekarang.

“Kenapa gak lo aja yang nyamperin dia sih!? Lo kan tinggal buka pintu, trus muncul didalem mobilnya bang Jeas.” Eyo memberi saran. Dia juga lelah mendengar omelan Alcan karena orang yang ia tunggu tunggu tidak datang juga.

“Gak bisa.”

“Kenapa?”

“Gue hanya bisa melakukan teleportasi ditempat yang tetap. Mobil bergerak, lokasinya berubah, males gue untuk ngejelasinnya, tapi yang pasti, itu gak bisa dilakukan.” Alcan memberi sedikit gambaran.

Eyo mengangguk. Bukan berarti dia paham, hanya tidak ingin membahas yang menurutnya tidak menarik.

“Mama ayah…”

Alcan menoleh, Figo yang baru keluar dari kamarnya berlari keruang tamu.

“Figo lupa kasih tau, kalo sabtu ini, sekolah ngadain lomba antar keluarga murid. Satu tim, terdiri dari Ayah, mama, dan anak. Atau selain ayah dan mama, anak bisa didampingi walinya yang lain. Figo pengen Ayah dan mama datang, bantu Figo jadi juara tahun ini. Yahh?” Figo menatap keduanya dengan penuh harapan.

“Waw.” Alcan gelengkan kepalanya. Bukan karena dia menolak ajakan Figo, namun ada hal lain yang membuatnya kagum kepada anak ini.

“Gimana bisa anak sekecil ini handal memberi informasi yang begitu jelas?” Alcan menatap Jifa yang ikut keluar dari kamar Figo. Itu berarti pertayaan yang baru saja ia ucapkan, diperuntukkan untuk wanita didepannya.

“Tuan muda, Den Figo tidak hanya pandai menjelaskan, namun dia benar benar anak yang cerdas jauh dari level usianya. Saya tidak harus mengerjakan tugas sekolahnya seperti kepada tuan muda dulu,…

“Heit! Jangan banding bandingin! Itu diskriminasi namanya. Asal lo tau aja, gue saat seusia Figo dulu, gue udah bisa ngatur strategi perang, nguasain lebih dari 5 bahasa dan…

“Lo mau pamer apaan Can?”

Alcan langsung menutup mulutnya. Eyo juga memotong kalimat Alcan. Persis seperti apa yang laki laki itu lakukan saat Jifa berbicara tadi. Eyo malas mendengar celotehan Alcan lebih lama.

“Wah… Pemandangan ini…” Pak Yus yang ikut bergabung setelah sebelumnya menikmati kopi di balkon, terlihat kagum oleh suasana yang terasa saat ini.

“Tuan muda, anda terlihat seperti seorang suami yang takut kepada istrinya.” Pak Yus berkomentar.

“Mama Eyo memang Istrinya Ayah.” Figo memberi jawaban dengan wajah polosnya.

“Nah. Itu bener. Fiks, lo emang jenius.” Alcan bersemangat memangku Figo didalam lahunannya. Dia senang ada yang ikut mewujudkan kehaluannya. Tapi siapa yang akan tau? Mungkin saja Eyo dan Alcan akan benar benar menjadi sepasang suami istri.

“Jadi apa ayah sama mama bisa ikut?” Figo bertanya lagi. Jawabnnya belum terjawab sampai saat ini. Mereka malah asik berdebat.

“Gue sih bisa yah. Cuma ayah lo ini Go, sabtu ini kayanya dia gak bisa…” Eyo menjawab dengan fakta yang ada.

ALCANTARAWhere stories live. Discover now