Pelindung

343 68 9
                                    

Semakin hari, penampilan Alcan semakin berantakan. Rambutnya tidak tersisir rapih, matanya terlihat sayu seperti dia jarang sekali tidur akhir akhir ini. Kancing seragamnya juga ia biarkan terbuka, membuat baju kaos yang ia kenakan terlihat disana. Jika bukan karena wajah tampan Alcan, Alcan benar benar seperti gembel jalanan.

"Pekerjaan lo pasti melelahkan." Eyo menyodorkan susu strawberry yang ia dapatkan dari penggemarnya.

Sejak Eyo bersekolah disini, dia mendapatkan banyak perhatian dari murid lainnya. Lokernya selalu penuh dengan catatan kecil pemberi semangat, laci mejanya juga penuh dengan makanan dan surat surat menggemaskan. Akan Eyo tunjukkan kebaikan hatinya sebagai seorang peri kepada Alcan, ia akan membagi 1 dari seluruh makanan dan minuman dilaci mejanya.

"Lo udah 3 hari gak pulang kerumah. Figo kangen banget sama lo meskipun lo sering telpon dia. Harus yah perusahaan itu lo kembangin dengan sebegini kerasnya?"

Alcan meneguk susu pemberian Eyo sampai habis. Dia mengangguk anggukkan kepalanya, itu balasan untuk setiap kalimat yang Eyo ucapkan.

"Jangan ngangguk ngangguk aja. Lo punya anak anjir!" Eyo mengepretkan tangannya kebahu Alcan.

Alcan lelah, kepretan kecil dari Eyo saja hampir membuatnya terjatuh dari kursi. Ditambah lagi, ucapan Eyo saat ini terdengar oleh beberapa murid, membuat mereka merimajinasi sendiri dengan hanya satu kalimat tak berarti.

"Gue gak bisa jalan perlahan. Perusahaan ini ibarat benteng pertahanan gue sekaligus Figo. Jika Aditya punya kuasa, setidaknya gue juga harus punya untuk berjaga jaga."

Eyo menghembuskan nafasnya. Masalah manusia selalu membuatnya bersyukur telah diciptakan sebagai Peri Nirwana.

"Guys!"

Lintang dan Denta berlari memasuki kelas. Menyita semua perhatian orang orang didalamnya termasuk Eyo dan Alcan.

"Ekspedisi alam...hh akan diadakan bulan depan. Tapi, hh... Kayanya kelas kita gaakan dilibatkan." Denta memberi informasi dengan nafas yang tersenggal. Ini informasi yang sangat penting untuk diketahui semuanya karena ekspedisi alam adalah acara tahunan yang banyak dinantikan.

"Heh!? Kenapa woy!?"

"Salah satu sponsor ngancam mundur kalo kelas kita ikut serta." Lintang yang menjawab.

"Siapa sponsornya? LC!?"

Celetukan seseorang memancing lebih banyak suara yang keluar. Banyak orang yang beropini sambil melihat kearah Alcan, ekspresi mereka beragam, namun lebih banyak yang terlihat kesal.

'Itu benar benar LC'

Alcan mendengar suara Eyo dari dalam hatinya. Sepertinya Eyo sudah membaca pikiran Lintang atau Denta.

"Ngapain juga sih ikut acara gituan. Nantang bahaya! Gue aja masih trauma dengan kejadian terakhir kali gue dihutan. Acara ultah gue ancur gegara babi hutan sialan." Alcan sedikit kesal. Di lelahnya ini, Alcan mengharapkan ketenangan, tapi teman teman sekelasnya malah membuat Alcan semakin merasa tak nyaman.

"Maksud lo, elo babinya?" Riki bertanya dengan senyum iblisnya.

"Kenapa lo kira gue?...

Eyo memegang bahu Alcan. Eyo merasa hati Alcan sedang dalam tingkat amarah yang rentan meningkat. Eyo tidak tahu, akan seperti apa jika seorang Dyozeno meluapkan amarahnya.

"Ki! Lo tau? lo udah kelewatan saat ini."

"Lo berdua bakal hancur jika masih temenan sama dia." Riki merespon ucapan Lintang dengan senyuman mengerikannya.

"Riki bener. Kalo kita ada di pihak Alcan. Kita akan ikut dihancurkan. Gue mau Alcan pindah sekolah."

"Gue juga."

ALCANTARAWhere stories live. Discover now