Jawaban Yang Harus Dicari

404 76 2
                                    

Alcan terbangun di jam 6 pagi minggu ini. Sebuah keajaiban yang terjadi dikehidupannya Sebagai Alcantara. Tubuh ini, Alcan tidak tahu mengapa dirinya sangat malas, menjengkelkan, dan tidak berguna dikehidupannya yang sekarang. Padahal, jika Alcan ingat ingat tentang kehidupannya yang dulu, dia selalu keren dengan sifat sifat mengagumkannya, tapi mengapa yang terakhir ini berbeda?

Alcan memutuskan keluar dari kamar Lintang. Sepeninggalannya dari rumah utama Aditya, ya rumah sahabatnya ini. Rumah paling tepat untuk membawa Kirana agar bisa beradaptasi. Lintang hanya tinggal dengan Ibunya, Ayahnya telah meninggal 2 tahun yang lalu. Dengan status barunya yang tanpa suami, Kirana bisa berguru kepada ibu Lintang. Wanita tangguh yang membesarkan putranya sendirian.

"Loh, sayang udah bangun? Keberisikan yah?"

Alcan tersenyum saat melihat Kirana menyambutnya diruang tamu. Seperti hari hari sebelumnya, seperti tidak ada apapun yang terjadi, Kirana tetap hangat kepada Alcantara. Dia menghampiri Alcan dan membelai wajah anaknya penuh kasih sayang.

"Seperti biasanya, Alcan semakin tampan setiap harinya." Kirana memuji.

"Apa mamih tidur nyenyak semalam?"

Kirana mengangguk tanpa ragu dengan senyumannya. "Kalo jagoan mamih?"

Sejujurnya ini sangat menyakitkan, Alcan tau Kirana tidak baik baik saja, namun wanita itu selalu tersenyum menyembunyikan lukanya. Tidak bisakah dia jujur kepada Alcan? Menangis didepannya dan meminta bantuannya?

"Nak Alcan mau sarapan? Ambil saja didapur yah, jangan malu malu. Ibu kepasar dulu... Nyonya, saya tinggal sebentar yah..." Dipagi ini Ibu Lintang nampaknya memang selalu sibuk. Wanita ini bahkan sudah melesat jauh meninggalkan rumah sejak saat baru selesai berbicara.

Tidak perlu ditawari juga Alcan akan mandiri. Hanya saja saat ini Alcan tidak ingin.

"Mamih bantu ibu Lintang sedikit sedikit, kamu juga coba bantu Lintang yah... Kita jangan terlalu menyusahkan mereka." Kirana mengelus elus pipi Alcantara. Dia memberi tahu tatakrama dasar bagi seseorang yang menumpang tinggal.

Alcan mengangguk. Dia menuju dapur karena Lintang terlihat ada disana. Rumah ini tidak besar, Kesibukan Lintang bisa dilihat dari ruang tamu rumah ini.

"Bukannya lo mau bantu gue?"

Langkah Alcan terhenti saat dirinya hendak memasuki wc yang kebetulan berada didapur. Lintang bertanya tidak sambil melihat Alcan, dia sibuk memasang gas untuk nanti ibunya memasak. Lintang benar benar cekatan dalam membantu ibunya. Anak yang sangat bisa diandalkan.

"Gue ada meeting sama pemegang saham, maaf yee..." Alcan melanjutkan langkahnya. Memasuki kamar mandi, lalu menutup dan mengunci pintunya dari dalam.

"Bisa gila tuh anak! Kemaren katanya mau ketemu investor sekarang meeting sama pemegang saham." Lintang menggeleng gelengkan kepalanya.

Sebuah mobil terdengar memasuki halaman rumah. Lintang menengok keruang tamu untuk melihat siapa yang datang. Disana Kirana telah membukakan pintu, menampilkan seorang laki laki tampan yang menyapa sekaligus memberi hormat kepada Kirana.

"Apa kamu dan Alcan hendak bepergian? Kemana?" Kirana bertanya kepada laki laki didepannya.

"Saya tidak tahu nyonya. Tuan muda hanya menyuruh saya untuk menjemputnya." Jeas menjawab dengan jujur.

Kirana terlihat mengangguk, lalu dirinya mempersilahkan Jeas untuk duduk menunggu Alcantara yang sedang mandi.

Lintang memutuskan untuk membuat teh hangat. Sepagi ini, di hari minggu yang bebas, Jeas harus menuruti perintah tidak jelas dari majikannya, sungguh malang.

ALCANTARAWhere stories live. Discover now