Spesial

366 64 8
                                    

Terorisme.

Jeas masih memikirkan tentang kejadian tadi yang membuatnya memiliki sebuah pertanyaan.

Mengapa terjadi 2 ledakan tetapi hanya ada satu kerusakan?

Jeas ingat betul, ada seseorang yang berteriak bahwa ledakan pertama menyebabkan kebakaran di salah satu lantai mall. Tapi dari berita di televisi, tak satupun ada yang menyebutkan ada tempat lain yang diledakan selain area food court atau ada kebakaran yang terjadi. Hanya lantai teratas mall itulah yang menjadi satu satunya titik pengeboman. Lalu ledakan pertama itu untuk apa? Benar benar membingungkan.

"Can. Lo mau kemana!?"

Jeas segera berdiri saat melihat Alcan dalam tampilan yang rapih. Alcan saat ini memakai kemeja, terlihat sangat berbeda dari biasanya.

"Ah, lo belum tidur juga." Alcan mungkin hendak pergi tanpa diketahui siapapun, tapi ternyata Jeas melihatnya.

"Gue cuma mau keluar. Temen gue ngadain acara. Jaga Figo yah bang..." Alcan menepuk nepuk lengan Jeas. Isyarat memberi kepercayaan kepadanya.

"Acara siapa? Lintang? Denta? Atau Jonathan? Alcan!!!"

Jeas berlari menyusul Alcan saat anak laki laki itu menghiraukannya. Suasana saat ini sedang tidak aman. Jeas tidak akan membiarkannya sendirian.

Namun apa yang terjadi!?

Dimana Jeas saat ini!?

Jeas sangat ingat dia menyusul Alcan yang keluar dari pintu rumah, namun saat dirinya keluar juga, pemandangan didepannya sangat berbeda.

"Alcan."

Alcan tersentak. Dia segera membalikkan badannya dan menemukan Jeas yang berdiri kebingungan disana.

"Bang! Anjir kok lo bisa disini!?" Alcan ikut terkejut. Dia kembali kedekat pintu yang barusaja menjadi transportasinya tadi.

"Ini dimana?" Jeas dengan mata yang selalu waspada melihat sekitaran dengan seksama. Nampaknya Jeas tengah berada disebuah gedung dengan orang orang asing didalamnya, dan jika Jeas tak salah menebak, pintu keluar dibelakangnya adalah tempat asal kedatangan dirinya sekarang.

"Lo udah datang Ji an."

Alcan mengalihkan pandangannya. Jung jae in sahabatnya barusaja tiba.

Hari ini adalah hari dimana Jung Jae In mengadakan acara pertemuan dengan Alcan. Bisa dibilang pertemuan ini adalah acara syukuran atas terpilihnya dia menjadi presiden Korea Selatan.

"Dia siapa?" Jung Jae In menunjuk Jeas yang sedang dalam posisi siaga.

Alcan tersenyum. "Pengawal gue, gaksengaja ngikut."

"Lah kok bisa!?"

"Ya namanya juga kecelakaan."

Jung Jae In segera tertawa. Kasian sekali nasib pengawal Alcan saat ini. Dia benar benar kebingungan dengan keadaan sekitarnya. Persis seperti Jung Jae In saat di ajak Alcan melewati pintu ajaib pertama kali.

"Terlanjur. Lo ajak aja." Jung Jae In memberi saran yang langsung diangguki oleh Alcan.

Alcan juga yakin Jeas pasti akan menolak dipulangkan.

"Ntar gue jelasin semuanya. Lo ikut gue sekarang."

"Lo ngomong apa?" Jeas bertanya karena tidak mengerti.

Alcan merutuki dirinya. Dia lupa mengubah bahasa, dia malah berbicara menggunakan bahasa korea kepada Jeas. Jelas saja pegawalnya itu semakin kebingungan.

ALCANTARAWhere stories live. Discover now