01 - Tali Persahabatan

15.6K 1.3K 111
                                    

Jika suatu saat perasaanmu sudah berubah, kau boleh meninggalkanku.

Kalimat sejenis itu bukan pertama kalinya Kyara dengar dari Javier. Di malam pertama mereka menikah, Javier juga mengatakan kalimat yang mirip seperti itu—saat tanpa sadar ia mengatakan perasaan cintanya setelah mereka saling memeluk di atas tempat tidur.

Intinya, Javier memberikannya ijin untuk pergi jika perasaannya pada pria itu tak lagi sama. Jenis kalimat yang menurut Kyara seperti sedang mengejeknya. Javier jelas sangat mengetahui sedalam apa perasaannya pada pria itu. Jadi jelas saja Javier tahu bahwa kalimat itu tak akan berlaku pada mereka.

Dan semalam, Javier kembali mengatakannya. Lagi-lagi saat mereka saling memeluk, dan hampir terlelap.

"Apa kau bahagia menikah denganku?"

"Kenapa bertanya seperti itu?" Kyara bergumam dalam pelukan Javier. "Tentu saja aku bahagia. Bagaimana denganmu?"

"Aku?" Javier bergerak membenarkan pelukannya. "Aku juga bahagia," jawabnya. "Kya."

"Ya?"

"Jika suatu saat kau tak lagi jatuh cinta padaku, kau boleh meninggalkanku."

Dalam pelukan itu, tubuh Kyara menegang sejenak.

"Aku memang bahagia memilikimu, Kya. Tapi aku tak ingin lebih egois dari ini jika ternyata suatu saat perasaanmu padaku sudah berubah."

Kyara menarik napasnya. Sampai sejauh ini, ia sungguh-sungguh tak memiliki pemikiran untuk berhenti mencintai Javier. Baginya, Javier adalah segala yang dibutuhkan dan diinginkannya dalam hidup. Menghabiskan waktu bersama Javier adalah suatu keharusan yang membuatnya dapat bertahan hidup. Segila itu ia mencintai Javier.

Dering pada ponselnya, membuat lamunan Kyara terhenti dan segera menjawab panggilan yang masuk.

"Kau sekarang ada di restoran?"

"Jika kau ingin ke sini, aku akan segera pergi, Damie."

Di seberang panggilan, Damien tergelak mendengar balasan itu. "Baiklah. Aku akan ke sana. Aku tahu kau sangat merindukanku."

Kyara mendengkus keras saat menyadari panggilan sudah terputus begitu saja. Dan matanya seketika itu juga menyipit saat Damian—pria yang dikenalnya sejak remaja, sudah berdiri di hadapannya. "Kau mengerjaiku," cibirnya, yang langsung membuat Damian tertawa keras.

"Aku melihatmu sedang melamun dengan wajah jelek, dan itu sangat menggangguku," balas Damian, sambil bergerak duduk di depan Kyara. "Aku ingin pesan spageti buatanmu."

"Kau bisa memesan di sini, dan biarkan koki yang memasakkannya untukmu."

"Aku ingin Kyara Rouvin yang membuatnya untukku." Damian sengaja menekankan nama belakang suami Kyara.

Kyara berdecak kesal. Namun menyadari kalau tak akan bisa memberi perlawanan pada tingkah menyebalkan Damian. "Aku membencimu, Damie."

Damian membalas kalimat itu dengan tatapan yang dibuat begitu terluka. "Itu sangat menyakitkan, Kyara."

Melihat raut yang dibuat-buat itu membuat Kyara akhirnya tertawa pelan. "Tunggu di sini. Aku akan membuatkan spageti dan teh lemon untukmu."

"Ah, kau memang yang terbaik, Kya." Damian tersenyum begitu lebar.

Butuh waktu tiga puluh menit bagi Kyara untuk kembali menemui Damian dengan membawa spageti dan segelas teh lemon. Senyumnya melebar saat melihat bagaimana pria itu menikmati masakan buatannya.

"Kau tidak berencana membuat menu baru?"

"Apa kau rindu menjadi kelinci percobaanku?"

Kepala Damian mengangguk, sambil meminum teh lemonnya. "Karena masakanmu tak pernah mengecewakanku, Kya."

One Day [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang