KS - 30

187 60 201
                                    

Jangan lupa vote ya teman-teman !🤗

Happy Reading >~<
••

Kara, Daryna, Arsa dan Ahsan berada di salah satu kursi kantin. Arsa mempertanyakan kebenaran di balik video tersebut. Arsa tak ingin membuat tuduhan yang salah. Dia memiliki insting yang kuat ketika Kara mencoba dijebak oleh seseorang dengan cara seperti postingan beberapa hari lalu.

"Jadi, lo sama kak Damian cuma ngobrol biasa aja? Terus, kenapa lo nggak sadar sama sekali, ada yang merhatiin lo dari jauh, Kar?" ucap Daryna usai mendengarkan segala hal yang berhubungan dengan masalah tadi dari mulut Kara.

"Gue mana bisa sadar kalau keadaan gue tadi kehausan. Gue sempet sadar, sih. Tapi, gue coba ngusir pikiran buruk itu," ucap Kara mampu membuat wajah Daryna sedikit memerah menahan emosi.

"Seharusnya lo lihat sekitaran lo dulu. Jaman sekarang, mereka lebih mudah menelan mentah-mentah apa yang mereka lihat tanpa mendengar penjelasan dibaliknya. Gue gak mau, ya, hidup lo terancam karena lo ngelakuin hal ceroboh kayak gini, lagi." Wajah Daryna terlihat cemas dengan keadaan teman seperjuangan yang satu ini.

"Gue tau, pikiran negatif terhadap orang lain itu nggak baik, tapi, sesekali lo coba ikutin kata hati lo sama firasat buruk itu, setidaknya demi kebaikan diri lo, Kar," kata Daryna. Tersirat ketidakadilan implisit atas apa yang Kara alami.

Kara tidak mengatakan apa-apa. Sudah terlanjur, apa yang perlu dilakukan? Mengubah segalanya menjadi seperti semula? Maaf, Kara bukan Doraemon. Bisa kembali ke masa lalu dengan pintu ke mana saja.

"Lo nggak bisa merubah situasi, karena masalahnya udah terjadi. Lo marah sama situasi pun yang lo dapat cuma emosi belaka yang nggak ada habisnya. Tapi, lo bisa merancang strategi yang valid untuk menjaga reputasi lo dari kecaman orang lain," kata Arsa yang selama ini mendengarkan. Kara, Daryna dan Ahsan menatap Arsa dengan tanda tanya.

"Karena semuanya udah terlanjur. Dan lo, Kar, udah kesal karena nama baik lo, orang tua lo disinggung sama yang lainnya. Lo perlu ngelakuin hal yang sama yang dilakukan orang yang jebak lo."

"Caranya?" ujar Kara dengan kerutan pada dahi yang terlihat jelas.

"Jadi gini, gue, Daryna sama Ahsan bakal pantau lo dari jauh. Si dalang ini pasti akan dekati lo dengan berbagai alasan. Yang perlu lo perhatikan gerak-gerik ditambah dengan ekspresi si dalang yang datang ke lo nanti." Arsa memandang satu-persatu wajah temannya yang menuntut kejelasan yang dimaksud olehnya.

"Kenapa gue bisa menebak kalau si dalang ini datang menemui lo? Ya, logika deh, mana ada orang yang mau dekati lo di saat nama baik lo tercemar. Oke, dia sahabat lo, temen deket lo. Tapi, kalau sampai orang lain yang baru aja lo kenal, datang-datang menemui lo aneh banget, 'kan? Orang lain lebih memilih menghindar dari lo, ketimbang mengakrabkan diri sama lo." Tanpa sadar Kara menganggukkan kepala, membenarkan perkataan Arsa.

"Dan satu lagi, lo perlu berakting semenyedihkan nya hidup lo, karena temen-temen lo nggak mau dekat lagi sama lo. Lo pancing aja terus, sampai 'dalang' itu tanpa sadar mengakui kalau dia yang bikin nama baik lo tercemar."

"Tapi, kalau seandainya hari ini nggak ada tanda-tanda si dalang itu dekati lo, ya, lo harus sabar tunggu besok, karena gue ragu sih, pasti si dalang itu nggak sebodoh yang kita kira." Kara hanya bisa mengangguk mendengarkan arahan Arsa.

Daryna Arsa dan Ahsan beranjak pergi. Sebelum itu, Daryna hanya ingin berpartisipasi dalam aksi yang akan Kara lakukan. "Gue, gue nggak nyangka, Kar. Lo sampai berbuat aneh-aneh di sekolah ini, lo ... Kara yang asing, Kara yang nggak bisa gue kenalin lagi, gue ...." ucap Daryna sedikit menggelegar menggeleng kecil sembari berjalan mundur dengan pandangan ke arah Kara dengan raut tak percaya.

KARA |Serendipity|Where stories live. Discover now