KS - 39

166 21 204
                                    

Selamat membaca! 🤗

||
Gadis berseragam sekolah dibalut dengan jaket kain putih hanya bisa diam sambil mengamati sekeliling dari balik kaca mobil. Duduk bersebelahan di jok belakang dengan seorang pria paruh baya yang sibuk dengan laptop di pangkuannya. Suasana yang sangat canggung.

Mobil terasa sepi. Hanya suara samar tetesan hujan yang menemaninya dalam perjalanan ke sekolah. Gadis itu enggan membuka suaranya, bahkan melirik pria di sampingnya pun tak ada minat. Seperti sudah terbiasa dengan kondisi ini sebelumnya.

Segera mobil yang dimilikinya memasuki halaman sekolah. SMA Pamungkas. Ketika sudah cukup dekat dengan pintu masuk, mobil itu berhenti. Sopir yang mengantar langsung turun mengitari mobil dengan membawa payung.

Sebelum pintu dibuka, akhirnya pria paruh baya di sampingnya membuka suara membuat pergerakannya terhenti.

"Nanti Papa jemput," tutur pria yang menatapnya. Gadis itu berbalik sebentar dan melihat ke depan.

"Nggak usah, Pa. Pulang sekolah nanti Ana mau pergi ke Apartemen Oma dan nginap di sana," tolak Ana, Daryna Anastasia. Kemudian membuka pintu mobil.

"Daryna, tunggu!" panggil pria tersebut, membuat langkah kakinya terhenti. Dia menoleh ke arah Papanya. Pria itu merogoh, mengambil sesuatu dari saku kemejanya. Kemudian, menarik tangan anaknya dan meletakkan beberapa lembar uang. Daryna terkejut melihat tindakan Papanya.

"Ini uang tambahan untuk kamu. Kamu bisa menggunakan ini untuk keperluan sekolah kamu. Bayar uang kas misalnya," suruh pria itu. Daryna menunduk, merasa double terkejut dengan jumlah uang yang diberi.

Daryna menatap Papa dan uang yang ada di tangannya dengan ragu. Kenapa Papanya tiba-tiba memberinya uang dengan nominal yang tidak sedikit ini? "Tapi bukannya ini ... terlalu banyak? Daryna orangnya nggak boros kok, Pa."

"Kalau uangnya terlalu banyak di kamu sisanya, kan, bisa ditabung. Uang ini nggak cuma untuk sekolah tapi bisa kamu gunakan untuk beli barang-barang yang kamu suka. Tanpa harus memikirkan tindakan penghematan, karena ini hak kamu dari papa langsung."

Daryna mengerutkan keningnya. Tampak tak puas dengan alasan Papanya. Apa kebahagiaan dan kasih sayang bisa dibeli oleh uang? Hebat sekali jika bisa.

Menatap Papanya dengan pandangan redup. "Ah, buat beli hal yang aku suka ya?" Pria itu mengangguk sebagai jawaban.

Tapi sayangnya ... hal yang paling aku suka nggak bisa ditukar dengan uang, Pa.

"Oh ya udah, Daryna ke kelas dulu ya, Pa. Assalamu'alaikum," pamit Daryna sedikit lesu.

Di saat berpamitan, Papanya mengulurkan tangan, beberapa saat Daryna terdiam. Kemudian mengecup punggung tangan Papa, setelah itu membuka pintu mobil. Sopir yang sedari tadi berdiri di samping pintu mobil langsung memayungi anak Tuannya.

"Wa'alaikumsalam."

Sebelum pintu mobil itu ditutup, papanya berkata, "Nak, sebentar!" panggil papanya, dengan cepat Daryna menoleh, berharap sepatah kata penyemangat dari mulut Papanya. "hubungi papa kalau uangnya kurang. Papa bisa ngasih kamu lebih dari itu!"

Tanpa sadar Daryna menghela napas, kemudian memaksa untuk tersenyum dan mengangguk. "Iya, Pa," ucap Daryna terdengar lirih. Menutup pintu mobil dengan pelan, setelah itu berjalan menjauh dari mobil.

Papa Daryna yang memperhatikan punggung anaknya dari dalam mobil hanya bisa menghela napas panjang. Hubungan antara dia dan anaknya seakan dibatasi oleh perisai tak kasat mata.

"Terima kasih, Pak," kata Daryna sambil tersenyum ramah. Sopir itu hanya mengangguk. "Hati-hati di jalan, ya, Pak. Soalnya hujan, aspal pasti agak licin."

KARA |Serendipity|Where stories live. Discover now