Dendam

252 22 6
                                    

***

Pangeran mendatangi Lapangan untuk berkumpul dengan Maba baru lainnya. Akan tetapi, baru saja dia datang, dia sudah disuguhkan dengan pemandangan mengenaskan dari seorang Maba perempuan yang ditindas oleh beberapa pembina ospek.

Posisi Gadis itu tampak seperti bersujud di tanah dengan kepalanya yang ditekan oleh perempuan berambut keriting. Pangeran tak bisa melihat wajahnya. Namun, dia melihat nama yang tertera di kardus berbentuk hati yang mengalung di lehernya. Jessica nama gadis malang itu.

"Apa-apaan, nih?" Pangeran sakit hati melihat penindasan itu. Dia juga marah kepada orang-orang sekitar yang malah menjadi penonton bukan membantu.

Dalam sekali hentakkan, perempuan penindas itu menarik rambut gadis yang ditindasnya hingga wajahnya terangkat menghadap langit, saat itulah hati Pangeran semakin napas karena ternyata gadis itu adalah gadis yang hampir tertabrak oleh Pangeran sebelumnya.

"Kak tolong ... Berhenti, Kak. Sakit ... " Gadis itu terisak. Ia ingin melawan, tapi tak bisa.

"Aduh ... Sakit ya? Kasihan ... kenapa? Kamu mau marah? Kamu gak suka? Kalau gak suka mendingan kamu pulang aja! Jangan belajar di kampus ini! Ini semua untuk melatih mental kamu!" teriak perempuan bernama syahila tersebut.

"tapi kenapa hanya saya yang di perlakukan seperti ini? Saya tahu kakak sebenarnya sedang mengerjai saya,"

"oh, berani kamu ya! Dasar cabe-cabean!"

Kesabaran Syahila habis. Dia dengan cepat melepas sepatunya dan ingin memukulkannya pada kepala Jessica. Untung saja Pangeran cepat menahan tangan Syahila.

Pandangan perempuan itu terpaku pada tangan Pangeran. Perlahan pandangannya mengikuti tangan itu hingga sampai pada wajah pemiliknya. "heh, ngapain kamu?" Tanyanya sambil mendorong tubuh Pangeran menjauh.

"gak ngapa-ngapain. Saya cuma menghentikan penindasan yang gak seharusnya Kakak lakukan," sahut Pangeran.

"kamu itu gak usah ikut campur! Apa yang saya lakuin itu buat melatih mental dia!"

"melatih mental kok dengan penindasan? pake mau mukulin Maba sama sepatu lagi. Kalo kenapa-kenapa emangnya Kakak mau tanggung jawab?" potong Pangeran.

"kamu tahu apa? Saya dulu juga di giniin sama pembina ospek saya. Kamu mau ngerasain juga?"

Syahila melempar sepatunya itu pada Pangeran, tapi gerakan Pangeran begitu cepat menepis hingga sepatu itu terbang berbalik pada pemiliknya.

sepatu itu berlabuh tepat di kepala Syahila. Akibatnya Syahila meringis kesakitan. Semua orang juga tercengang melihat kejadian tadi. Sementara Pangeran hanya menunjukkan senyum simpul.

"heh! Kamu berani banget ya sama saya! Siapa nama kamu? Saya laporin kamu ke Pak Molen!" ancam Syahila. Tangannya memijat kepala yang terasa sakit akibat terkena lemparan sepatu miliknya tadi.

"nama saya Pangeran. Kenapa emangnya? Mau laporin saya ke Pak Molen yang rektor itu? Silahkan! Saya juga bisa laporin kakak karena sudah melakukan penindasan pada Mahasiswi ini! Orang-orang yang ada di sini adalah saksinya!" Pangeran berbalik mengancam Syahila.

Syahila tersenyum remeh. Dia menatap satu persatu wajah para Maba yang berada di sekelilingnya. "Apa ada yang berani jadi saksi disini?"

Diam. Semua Maba memilih diam. Syahila semakin dibuat senang atas reaksi tersebut. Ia melirik Pangeran dengan senyum kemenangan.

Pangeran menggelengkan kepala melihat tak ada satupun manusia yang ingin membelanya.

Di saat itu, Maung Bodas muncul di samping Pangeran. "Aki akan membantu Pangeran." Ucapnya lalu melakukan pergerakan tangan yang menghadirkan pendaran cahaya. Setelah itu, Maung Bodas mengarahkan cahaya tersebut pada semua orang.

PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant