Kasih Sayang Seorang Kakak

292 20 0
                                    

***

Beberapa saat setelah Sukma Pangeran pergi, mata Anjani terbuka dengan perlahan. Asma tersenyum lega atas kesadaran Anjani dan membantu gadis itu untuk duduk bersandar pada pohon.

"Aku dimana?" tanya Anjani lirih. Matanya menyisir ke sekitar. Dia tampak masih linglung.

"kamu ada di Pesantren Al-Ikhlas," Asma menjawab.

"Pesantren?" Anjani terdiam. Seingatnya, dia sedang mengadang preman-preman yang mencuri tas milik seorang wanita pedagang. Lalu, kenapa sekarang dia bisa berada di Pesantren? "Siapa yang bawa aku ke sini?"

"Pangeran yang membawa kamu kesini, Anjani. Tapi, tadi dia sudah pamit pergi."

"Pangeran?" Anjani kembali terdiam. Dia ingat sekarang. Sebelum terkena serangan dari dua preman itu, dia sempat melihat Pangeran.

"Jadi yang aku lihat sebelumnya itu benar-benar Pangeran?" pikirnya.

Pandangan Anjani beralih menatap Asma yang tersenyum padanya. "Kamu siapa? Kok bisa tahu nama aku? Perasaan aku gak pernah ketemu sama kamu."

"aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Asma, aku baru beberapa bulan mesantren disini. Aku tahu kamu dari Ustad Khaidir. Dia pernah bercerita tentang kamu," jelas Asma.

Anjani manggut-manggut saja.

"tadi Pangeran memintaku untuk segera membawamu ke Pondokan jika sudah sadar. Dia bilang kamu harus banyak istirahat untuk memulihkan tenagamu. Ayo! Aku akan membantumu," ajak Asma. Dia meraih lengan Anjani, hendak membantunya bangkit. Namun, Anjani segera menepisnya yang membuat Asma menatapnya bingung.

"Ada apa Anjani?"

"Aku gak bisa ikut dengan kamu. Aku gak mau tinggal di sini! Aku mau pergi aja!" Anjani bangkit dengan tertatih-tatih dan hendak pergi. Akan tetapi, Asma menahannya.

"kamu mau ke mana, Anjani? Pesantren ini tempat tinggal kamu. Kalau kamu pergi, kamu mau tinggal di mana?" tanya Asma.

"tempat ini banyak kenangan yang selalu bikin aku rindu sama orang-orang yang aku sayang yang udah pergi ninggalin aku! Dari pada aku terus mengingat mereka dan dirundung kesedihan, lebih baik aku pergi." Anjani menjawab sendu. Matanya mulai digenangi air bening yang siap untuk jatuh layaknya hujan.

"aku selalu rindu sama kak Aida ... Sama Ayah. Aku selalu merasa kesepian di sini walaupun banyak santri-santri lainnya," lanjutnya terdengar serak menahan tangis.

Asma menghela napas. Ia mendekati Anjani dan menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Tak sadar air matanya jatuh saat memeluk Anjani. Dia dapat merasakan kerinduan yang sama. Isak tangis Anjani membuat Asma semakin ikut terhanyut dalam kesedihan.

"Anjani, aku tahu bagaimana rasanya merindu. Saat ini aku juga merasakannya. Tapi, tidak ada gunanya kita menghindar. Ini semua adalah cobaan tuhan agar kita bisa memperkuat rasa sabar kita."

Asma melepaskan pelukannya secara perlahan. Pandangannya menatap lekat wajah Anjani yang berurai air mata.

"kamu harus lawan rasa rindu itu dengan doa. Doakan mereka yang kamu rindukan. Itu lebih baik dari pada kamu menghindar namun terus dihantui rasa rindu pada mereka. Aku, Pangeran, Ustad Khaidir, Iman, Rojali, Mas Adipati dan santri-santri lainnya ada buat kamu, Anjani. Kami saudara kamu," ucap Asma.

Isak tangis Anjani mereda. Dia merasa lebih tenang setelah Asma mengatakan hal yang demikin. Sepertinya memang benar, tidak ada gunanya terus menghindar. Benar kata Asma, Dia harus melawan rasa rindu itu dengan doa.

"mulai sekarang, anggaplah aku sebagai kakak mu! Aku akan membantu mu mengobati rasa rindu itu." Asma menyungging senyum. Senyuman yang terlihat begitu tulus sehingga Anjani merasakan kenyamanan seperti saat bersama Aida.

PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)Where stories live. Discover now