Ikhlas

270 24 0
                                    

***

"Dear?" Pangeran menyadarkan Dear. Mata gadis itu berkaca-kaca dan dengan segera menyekanya.

"Kenapa liatin gue nya gitu banget sih?" Pangeran berpura-pura tak tahu.

Dear tersenyum kecut. "Gak papa. Oh, iya. Ngomong-ngomong soal perjodohan kita, kalo lo emang gak bisa lanjutin, gue rasa gak masalah, kok." Sahutnya berusaha mempertahankan diri untuk tidak menjatuhkan air mata di hadapan Pangeran.

"Emangnya Lo gak marah kalo gue gak lanjutin perjodohan kita?" tanya Pangeran.

"ya, buat apa juga gue marah? Emang dari awal, kan kita sama-sama gak setuju sama perjodohan itu. Jadi, kenapa sekarang di permasalahin? Lagian Gue juga gak bisa maksa lo buat terima perjodohan itu. Ya, mungkin emang kita gak berjodoh." balas Dear disertai kekehan hampa.

Pangeran menatap Dear, iba. Pandai sekali gadis itu menyembunyikan kekecewaannya.

"beneran nih? Emangnya lo gak ada perasaan sama gue? Secara kan gue ganteng," celetuk Pangeran mencairkan suasana.

Sontak saja Dear tertawa. "pede banget lo!"

Pangeran ikut tertawa. "ya, siapa tau kan ..."

Tawa Dear perlahan berhenti, selanjutnya ia mengungkapkan isi hati yang sedari tadi dia tahan. "tapi jujur, gue emang punya perasaan sama lo, Ran."

Pangeran terdiam mendengarnya. Ini yang tidak Pangeran inginkan. Mematahkan hati seseorang yang sudah berharap padanya. Dia sudah mematahkan banyak hati dan kali ini dia mematahkan hati lagi. Resiko jadi cowo ganteng.

"tapi apa sih artinya perasaan gue? Tuhan lebih tahu yang terbaik buat kita kedepannya, kan? Mungkin aja kita itu emang gak berjodoh. Tapi gue yakin, Allah akan memberikan jodoh yang terbaik buat kita."

"gue Ikhlas, kok. Karena takdir yang ditulis tuhan itu lebih indah dibandingkan Takdir yang kita tulis di lembar kehidupan. Lo juga gak perlu khawatir soal bokap gue. Gue bakal bantu lo kasih pengertian sama bokap gue," lanjutnya.

Pangeran memandangi Dear seolah tak percaya Dear bisa berkata-kata seindah itu. Sosok Dear yang saat ini berada di sampingnya seperti bukan Dear yang pertama kali bertemu dengannya setelah pulang dari Pesantren dulu.

"Makasih, Dear. Lo udah ngertiin gue,"

Dear mengangguk sembari tersenyum tipis.
"cuma, Pangeran, ada satu hal yang gue pinta dari lo."

"apa?" tanya Pangeran.

"sebelum lo pergi lagi ke Pesantren, dan jauh dari temen masa kecil lo ini. Lo mau gak jadi imam salat gue kali ini aja?" Dear bertanya dengan perasaan sangsi. Dia takut Pangeran menolak.

"cuma itu?"

"iya,"

Pangeran tersenyum dan mengangguk setuju. "yaudah. Sekarang kita ke Mushala. Kebetulan udah masuk waktu dhuha, nih."

Seketika saja kedua sudut bibir Dear tertarik membentuk lengkungan senyum lebar. Dia sangat bahagia. Setidaknya ini akan menjadi kenangan terakhir dia dengan Pangeran sebelum Pangeran pergi ke Pesantren.

Mereka pun akhirnya pergi menuju Mushala untuk melakukan salat dhuha.

***

Di Mushala, Pangeran menjadi imam salat dhuha untuk Dear. Keduanya tampak begitu khusyuk. Selesai menjadi imam salat, Pangeran pun menjadi pemimpin doa. Keduanya menadahkan tangan, memanjatkan doa kepada Sang Khalik.

"Ya Allah, hamba ikhlas jika harus melepas Pangeran. Hamba yakin Engkau lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kedua hamba Mu ini. Berikan kebahagiaan untuk Pangeran. Permudahkan segala urusan nya Ya Allah. Pertemukan dia kembali dengan Aida. Dan kabulkan apa yang dia inginkan ..."

PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)Where stories live. Discover now