Harapan Baru

336 22 2
                                    

***

Mata kedua insan itu saling bertemu. Keduanya seolah menyelami rahasia yang tersembunyi di baliknya.

Pangeran terkesiap sadar jika posisinya dan perempuan itu begitu dekat. Cepat-cepat dia melepaskan lingkaran tangannya di tubuh perempuan tersebut.

"Maaf," ucap Pangeran sembari menjaga jarak. Pandangannya tak lepas dari wajah perempuan itu. Ternyata dia bukan Aida. Meskipun begitu, Pangeran mengenalinya. Dia korban dari kecelakaan yang terjadi padanya beberapa bulan lalu, yaitu Asma.

Asma menunduk lalu mengangguk pelan, menerima kata maaf dari Pangeran.
"Gak papa. Oh iya, makasih sudah menolong saya."

Tubuh Asma berbalik hendak masuk ke dalam Pondokan, akan tetapi langkahnya terhenti karena mendengar seruan dari Pangeran.

"tunggu!"

Asma kembali membalikkan tubuhnya menghadap Pangeran. Ia melirik pemuda tampan itu sesaat lalu kembali menundukkan kepala.

"iya?" Sahutnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Nama lo Asma, kan?" Pangeran bertanya sekadar ingin memastikan.

"hm ... Iya. Kamu tahu dari mana nama saya?" Perempuan itu berbalik bertanya. Tatapan matanya terlihat kebingungan.

"itu Pangeran," Ustad Khaidir menyahuti pertanyaan Asma. Tubuhnya menyembul dari belakang tubuh Asma membuat perempuan itu langsung menoleh.

"Pangeran ini adalah orang yang saya ceritakan kepada kamu. Kamu masih ingat kan, Asma?"

Senyum manis tersungging di bibir Asma. "Iya, Ustad. Saya masih ingat." Sahutnya. Ia kemudian melirik Pangeran dan menyapa, "Assalamualaikum, Pangeran. Akhirnya kita bertemu. Pak Khaidir sudah banyak menceritakan tentang kamu kepada saya. Bagaimana kabar kamu?"

"gue baik. Lo juga kayaknya udah sehat banget sampai isa angkat-angkat kursi. Hampir aja lo jatuh tadi. Untung gue cepet-cepet nangkap lo. Eh, tapi sorry ya. Tadi gue refleks meluk lo," kata Pangeran agak canggung jika mengingat kejadian tadi.

Asma tersenyum kikuk. "Gak papa. Justru kalau kamu tidak menangkap saya, pasti tadi saya sudah jatuh dan terluka."

Pandangan Pangeran tak lepas dari Asma. Gadis itu sangat berbeda dengan Asma yang dulu dia lihat di bingkai foto.

Asma yang ia lihat sekarang terlihat lebih bercahaya apalagi dia berhijab yang membuat kecantikannya bertambah. Dan hijab yang dipakai Asma saat ini membuatnya teringat kepada Aida. Hijab itu dulu dia belikan untuk Aida. Tapi, sekarang orangnya sudah tidak ada.

Asma yang sadar terus diperhatikan oleh Pangeran pun langsung tertunduk. Tingkahnya membuat Pangeran jadi semakin teringat pada Aida yang suka menunduk jika diajak mengobrol atau sedang diperhatikan.

"Lo mirip Aida tau! Suka nunduk kalo gue lihatin," ungkap Pangeran.

"m-maaf, Pangeran. Tapi, menurut saya kamu jangan terbisa memandangi perempuan yang bukan mahram kamu seperti tadi. Mungkin sekali, dua kali boleh saja. Tapi, jangan sampai berulang kali. Karna nanti takutnya termasuk Zina mata," jelas Asma.

Ustad Khaidir tersenyum melihat raut wajah Pangeran yang langsung tercengang saat Asma mengatakan hal tadi.

"kamu dengar kan, Pangeran? Asma ini termasuk pandai. Dia baru beberapa bulan mesantren. Tapi, ilmunya sudah banyak dia ambil dan diingat." Ujar Ustadz Khaidir memuji gadis di sampingnya dan diangguki setuju oleh Pangeran.

"iya, Mas. Saya jadi sungkan, nih. Harus lebih banyak belajar lagi supaya gak malu kayak gini. Masa Asma yang baru beberapa bulan mesantren udah sepinter itu, sedangkan saya yang sudah lama gak tau apa apa." ujar Pangeran diakhiri dengan kekehan kecil.

PANGERAN ~ New Versi (Proses Revisi)Where stories live. Discover now