12. Disaster

1.1K 370 50
                                    

"Kalau menemui satu titik sinar asing diantara kelam, jangan sia-siakan titik tersebut, sekecil apapun itu"

.
.
.

Chan menghembuskan nafas kasar, berkali-kali ia menghidupkan layar ponsel berharap jaringan miliknya setidaknya terisi satu batang, tapi ini tidak sama sekali. Malah lebih parah sampai-sampai kartu sim nya tertulis panggilan darurat.

"Ku tak bisa hidup tanpa sinyal huhuhu...." keluhnya untuk yang kesekian kali.

"Yaudahlah Hyung, pacar lo juga ngerti. Lagian ini bukan pertama kalinya lo kayak gini kan?" Jeongin sedikit menghibur, sedikit juga meledek. Soal Bang Chan yang tengah merana akibat jaringan tak dapat hubungi kekasihnya, calon istri tepatnya. ( Kalau jadi :v)

"Beda aja rasanya...." sahut Chan lemas.

"Emang yang sebelumnya rasa apa?" Tanya Lino asal.

"Rasa yang pernah ada, Hyung..." bukan Chan yang menjawab tapi Jeongin.

"Yeeuu curhat lo!" Sindir Chan sambil melirik ke arah Jeongin, Jeongin menggeleng "Hanya berbagi kisah." Balasnya sambil tertawa.

"Kasian, mana masih muda." Chan menatapnya iba yang dibuat-buat.

"Alay lo! Serius gue nanya tadi. Emang yang sebelumnya rasa apa?" Tanya Lino.

"Rasa singkong keju gula aren!" Jawab Chan ketus, demi ibunya yang berjuang membuat ia bernafas di dunia yang rumit ini, ia masih jengkel dengan Lino sampai saat ini. "Pake nanya lagi, kaya orang gak pernah jatuh hati aja lo."

"Ya emang enggak, karena cinta bikin gila. Kaya lo contohnya." Lino menyahut.

"Tanpa Cinta, hidup ini tidak bermakna." Balas Chan kelewat mendramatisir keadaan.

"Tanpa duit hidup nggak bermakna. Lo mau makan apa? Cinta? Realistis aja."

"Udah kaya gue. Punya pangkat, punya gelar, punya calon, dapet restu dua paket. Gue juga ganteng. Gue lebih dari realistis...." Chan menepuk dada kirinya dengan bangga. "Kurang apa gue coba?" Lanjutnya.

"Kurang waras."

"Anjir, gelut yo!"

"Dih, ngapain. Buang-buang tenaga." Balasnya sinis. Wajah Chan sudah memerah karena kesal, tapi Lino abai tentu saja. Lagi pula mana peduli dia.

"AAAHHH....! Untung gue Manusia yang tabah." Chan memilih mengalah.

"Tabah sama pasrah itu beda tipis."

"Jangan heran kalo besok lo keracunan ya Lino!" Ancam Chan, Lino berdecih mendengarnya.

"Hmm, muka lo ada bibit-bibit kriminal soalnya. Jadi gue tau orangnya itu lo." Lino balik menjawab.

"Aku cinta keributan~~" Jeongin yang sedari tadi memperhatikan bersenandung ria. Sejujur jujurnya orang jujur, Jeongin bahagia berada di situasi ini.

"TAUAH! PUSING! DIEM LO BERDUA!" Teriak Chan setelahnya. Lino hanya mengangkat bahu tidak peduli dan lanjut pada kemudinya. Lalu Chan memilih kembali memasang ear zoom, tapi ia tak menangkap sinyal apapun sedari tadi. Maka ia putuskan untuk menumpu kepalanya di atas lengan, sambil kembali bersenandung menyanyikan beberapa potong lagu.

"Hutan amazon sama segitiga bermuda lebih seram yang mana?" Tanya Chan random tiba-tiba. Lino dan Jeongin melirik sekilas.

"Masa depan kita semua." Lino menjawab. 

Bukan candaan tapi wajah Lino kelewat serius. Jeongin lebih memilih diam, sementara Chan kembali tegakan badan.

"Jangan gitu dong, kalo ngomong tuh yang baik-baik. Gue balik mau lamaran tau. Jangan bikin parno ah!" Katanya, Lino tersenyum tipis mendengarnya.

Bermuda Triangle - StrayKidsWhere stories live. Discover now