3. Meeting 2

2.2K 566 331
                                    

"Tentang waktu, yang bisa jadi satu hal proses yang paling mahal untuk ditaklukkan atau satu hal yang menyesatkan"

.
.
.

"Chaaa.... makan yang banyak ya sayang-sayangnya aku."

Han Jisung dengan kebiasaannya saat dapatkan libur usai menyelesaikan tugas yang tak pernah rampung, memang begitu resiko mengabdikan diri pada negara. Tapi ia amat mensyukuri profesi yang dijalankan, bayangkan saja disaat mendapat tugas menjaga perdamaian di negara konflik, Jisung mendapati sorak tangis masyarakat seolah bersyukur kedatangan dirinya dan rekan yang lain, seakan hidupnya disumbangkan pada hal yang sangat indah dimata Tuhan atau dunia. Sebab ketika usai laksanakan tugas, untaian kata terima kasih dan tangis rindu anak-anak berwajah sendu harus disimpan dalam kalbu, ada yang menggenggam hatinya untuk bertolak kembali pada negara asalnya.

Siapa yang akan melindungi anak-anak itu lagi jika saja waktu untuk menjaga sudah usai? Padahal di negara tersebut serangan bisa terjadi sewaktu-waktu. Tentara pun punya kehidupan, Jisung suka dengan tugasnya, sampai lupa akan dua kesayangan miliknya yang sudah tumbuh pesat dengan ukuran yang besar.

Iya, siapa lagi kalau bukan dua kura-kuranya yang ia namakan Caca dan Cici tersebut?

"Lusa harus ninggalin lo berdua lagi, sebenernya gue tuh sedih, banget. Tapi gimana ya? Kalaupun lo berdua gue bawa, nanti dibuang sama si biadab itu. Nanti kita gak ketemu lagi....." ungkapnya sambil terus berikan sayuran yang sudah dipotong kecil-kecil.

Jisung merenggut, saat kura-kura miliknya terlihat makan dengan lahap. Bukannya ia tak senang, tapi seingatnya ia menitipkan kesayangannya itu pada Hyung-nya. Memangnya tidak dikasih makan? Sebab dari kemarin ia harus bolak balik ke kantor militer untuk mengurus persiapan pelayaran.

"Hyung! Brian Hyung! Brian Jelek! Ih nyahut kek kalo di panggil, sebel...."

"Paansih?! Berisik! Gue mau jalan ke kantor juga." jawabnya yang sudah rapi dengan setelan formal khas pekerja kantoran.

"Caca sama Cici kagak lo kasih makan ya?! Liat, kayak orang kelaparan. Jangan jadi Ibu tiri dong kalo gue gak ada di rumah, gini-gini juga mereka makhluk hidup." Jisung menunjuk wajah kakaknya itu menggunakan wortel, buat yang lebih tua risih dan singkirkan tangannya.

"Dari dua hari kemarin sih belum, gue lembur soalnya. Yaudah lah ya, yang penting kan masih hidup." jawabnya abai, sambil membenarkan dasi dan kerahnya.

"Ya tapi kan lo bisa kali ngecek keadaan sebelum jalan, taro ajah sayuran agak banyakan dikit. Gitu aja masa gak bisa sih?!"

"Heh! denger ya, gue ajah makan gak sempet masa ngutamain si caca sama cici dulu. Lo juga ya! gak ada sopan sopannya ama yang tua, nyuruh gue beres-beres, masak, nyuci, ngasih makan tuh hewan kolot. Lo pikir gue apaan anjir,"

"Ohh gak ikhlas."

"Nggak! Udahlah gue mau jalan, sarapan udah gue siapin di meja makan. Kalo mau jalan keluar jangan lupa kunci pintu, mandi dulu jangan gak mandi. Udah dekil tambah dekil."

"Berisik ya lo, udah sana jalan. Paham gue juga." cibirnya.

"Yee dikasih tau malah ngelawan, bener-bener ya lo. Gak ada gunanya gue punya ade."

"Udah sana, iya gue ngerti. Gak usah bawel, negara ajah gue urusin masa yang sepele gak ngerti," tukasnya sedikit berlagak sombong. Kalau bukan karena status Han adalah adiknya, mungkin sudah ia buang detik itu juga. Terlebih Han berpengaruh di Korea, bisa kena pidana jika ia macam-macam.

"Yaudah gue pamit."

"Hmmm."

"Inget kunci pintu, kemarin pintu nggak lo kunci. Kebuka lebar gitu ajah, barang gue mahal semua. kalau ilang lo mau tanggung jawab apa?!"

Bermuda Triangle - StrayKidsWhere stories live. Discover now