10. Not Too Late

1.5K 438 120
                                    

'Tiba saat fajar terbitkan cahayanya, kita tidak akan pernah tahu apa yang dihadiahkan temaram cahaya bulan. Rahasia tidak akan berhenti berderap, ia akan menemani setiap langkah kecilmu'

.
.
.

Beratapkan gejora diantara dirgantara berselimut deru semesta yang mendekap, singkirkan huru hara yang menjajah pikiran. Jumantara malam itu tengah damai dengan alam sekitarnya, gelombang kecil air laut bergoyang membuat kapal yang mengambang di tengah malam buta jadikan senandung mendayu akibat riak air yang ditiup nafas semesta.

Lino tatap di bawah lewat jendela anjungan, semua orang tengah berkumpul di galadak dasar. Nikmati camilan sambil gurau lakon saling dilontarkan, timbulkan senyum dan tawa sederhana dapati kebahagiaan yang tidak sirna dibawah cahaya rembulan yang bergoyang karena riak air laut. Sedang dirinya masih di tempat, nikmati sunyi tanpa libatkan orang lain untuk hanyut dalam remang lampu petromak menambah suasana temaram yang sendu.

"Hhhhh....." Lino menghela nafas, sandarkan tubuh dan menutup mata nikmati kesunyian sementara.

Pernahkah kalian merasa, kalau kesepian adalah satu hal yang paling kita benci, tapi berteman dengan sepi adalah satu hal yang amat candu bagi diri sendiri? Mungkin seperti itu yang menjadi gambaran hidup Lino.

"Hyung...."

Lino kembali melirik ke bawah. Satu orang yang berkumpul di sana sudah tidak ada, maka benar ada yang menghampiri dan memanggil.

"Istirahat yuk, lagian udah malem...." katanya membujuk, agar yang lebih tua mau bergabung bersama yang lain di bawah.

Lino abai, kembali tegakkan badan jalani kapal yang sebelumnya sengaja dimatikan mesinnya. Decak sebal keluar dari belah bibir tipis rekannya, kim Seungmin tatap punggung kokoh yang sebenarnya rapuh itu sinis. Harus berapa lama lagi memang Lee Minho berada dalam kubik yang ia cipta sendiri? ingin sekali ia berteriak kalau ia juga korban, bukan hanya Lino. Mengapa lelaki itu seolah merasa ia yang paling tersakiti? 

Guncangan mesin membuat kapal melaju tiba-tiba buat yang ada di galadak dasar terkejut, melirik ke atas dari jendela anjungan. Chan berniat bangun menghampiri, namun Jeongin menahan.

"Biarin aja, jangan ikutan terlibat Hyung..." kata Jeongin, Chan menghela nafas lalu mengangguk menurut.

"Dia tuh punya masalah apa sih anjir di hidupnya? Sebel gue lama-lama." Amuk Jisung, Felix ulurkan tangan mengusap-usap punggung Jisung sambil berkata "Sabar ya, sabar. Sabar itu indah kok."

Jeongin yang mendengar sedikit sunggingkan senyum.

"Emang ada di dunia ini, manusia yang nggak punya masalah? Kalau ada, coba dong tolong cerita sesempurna apa hidup nya, gue mau denger." Sahut Jeongin, Jisung hanya diam menggaruk kepala belakangnya canggung.

"Emang nggak ada yang sempurna, tapi melibatkan orang lain di dalam masalah itu bukan suatu yang harus terus di benarkan. Manusia gak bisa selamanya harus terus memaklumi, karena balik lagi yang lo bilang. Semua manusia juga punya masalah, dan kita hidup gak berpusat di dia ajah." Hyunjin balas menyahut.

"Lo bisa ngomong gitu karena lo enggak tahu apa-apa." Jeongin memberikan pembelaan.

"Of course, gue emang gak tau. Karena mungkin emang gue gak perlu tau dan melibatkan diri di rahasia itu. Ada beberapa hal di hidup ini yang mengharuskan kita untuk diam," Balasnya, Jeongin berdecak.

"Lo kaya gak punya hati tau gak."

"Oh ya...?" Hyunjin tertawa, apa Jeongin lupa siapa yang sudah menyelamatkan hidupnya saat ekspedisi palung Mariana? Hyunjin tak masalah akan hal itu, dia ikhlas membantu. Tapi klaim 'tidak punya hati' tentang dirinya, Hyunjin sedikit tersinggung sebenarnya.

Bermuda Triangle - StrayKidsWhere stories live. Discover now