14. Who is he really?

1.5K 395 104
                                    

"Setiap orang punya peran besar dalam hidupnya. Kita adalah tokoh utama dalam kisah kita sendiri. Maka figur yang bermain di belakangnya, akan mempengaruhi proses dalam langkah yang kita pijaki. Berhati-hatilah."

.
.
.

Kapal bermuatan besar tiba dalam kurun waktu cukup lama, meski terasa dekat nampak dari anjungan kapal, ada pelabuhan terdekat disana yang nampak terlihat abu-abu dedaunan diantara pulau.

Lino, selaku yang mengemudi hanya diam. Meski memang lelaki itu selalu diam, namun untuk yang kali ini Chan dan Jeongin merasa ada sesuatu yang berbeda dari kerabatnya itu. Keduanya tak keluarkan cakap, mereka sama diamnya dan hanya adu tatap yang kemudian kembali nyalakan mesin.

"Navigasi berfungsi?" Chan menoleh ke arah ruangan Jeongin yang mulai memasang ear zoom miliknya.

"Iya, kalo navigasi berfungsi. Harusnya sinyal radio berfungsi. Ada pulau disana." Jawab Jeongin, Chan pun hanya merespon dengan mengangguk. Dan kembali fokus pada tugasnya.

Sedangkan Jeongin menghela nafas, sebelum kembali perhatikan layar dimana menampilkan koordinat dari keberadaan mereka. Ia ingat, bahkan sudah dari jauh hari sebelum memulai pelayaran ekspedisi. Jeongin sudah lebih dulu membaca di peta khusus atau tematik yang mana menurut keterangan yang terdaftar pelabuhan dan pulau yang mereka singgahi beberapa hari yang lalu adalah yang terakhir. Tidak ada pelabuhan apapun setelahnya.

Ya, Jeongin yakin itu. Karena setelah melewati pulau Miami (Pulau yang terakhir mereka singgahi) akan langsung menuju area pulau Bermuda. Dan koordinat layar miliknya, kapal mereka sudah berada di pertengahan area segitiga bermuda. Tapi mengapa tiba-tiba pulau yang ia tidak ketahui muncul dalam navigasi?

"Hyung." Panggil Jeongin sembari bangun dan jalan menuju Lino yang masih diam dan hanya fokus pada perjalanan.

"Ikutin aja." Lino berucap tanpa menoleh pada Jeongin, seakan sudah tahu apa yang ingin rekannya itu katakan. Jeongin menggeleng, harusnya Lino tahu bahwa ini salah. 

"Gue tau, lo tau. Miami adalah pulau yang terakhir." Ujar Jeongin, yang mana menyita perhatian Chan hingga mengalihkan pandangannya pada dua rekannya itu.

Lino menoleh, hanya diam katupkan bibir dan menatap yang termuda. Jeongin masih tidak mengerti mengapa Lino berambisi untuk ini. Jika tujuannya adalah sesuatu yang ia ketahui, maka Jeongin akan meneriaki Lino dengan sebutan orang bodoh.

Sementara itu Lino tidak menggubris, satu hal yang sangat ia tidak sukai akan perubahan Lino sejak kejadian di tahun 2017 itu. "Hyung, lo jangan egois. Kita kesini dengan delapan orang yang punya janji masing-masing sama orang yang dinanti. Singkirin ego lo." Ujarnya, yang mana tidak sama sekali dapatkan balasan apapun. Jeongin menghela nafas.

"Gue mau lo lanjut, gak usah singgah-singgah ke pulau itu." Kata Jeongin lagi. Lino masih diam, yang kemudian kembali fokus pada kemudi.

"Hyung!" Bentak yang termuda dengan nafas yang memburu, puncak emosi pikirannya mulai mendominasi.

"Balik ke tempat." Jawabnya. Mendengar itu, Jeongin menganga dibuatnya.

"Gila lo ya?!" Balasnya.

"Siapa?" Tanyanya sambil menoleh.

"Ya lo lah, masa gue."

"Balik ke tempat."

"Gak mau."

"Terserah." Balas Lino final.

"Brengsek! Matiin nggak mesinnya." Jeongin merebut kemudi secara paksa, sedangkan Chan hanya memandang dua orang tersebut dengan tatapan bingung, ia tidak paham dengan apa yang terjadi sebenarnya. 

Bermuda Triangle - StrayKidsWhere stories live. Discover now