4. Depature ; 1

1.9K 560 269
                                    

"Terkadang tidak hanya yang ditinggalkan sisakan rasa sakit, yang meninggalkan pun tak jauh berbeda kacaunya"

.
.
.

"Gue jalan ke Bandara sendiri aja, lo gak usah nganter, Hyung."

Pria yang lebih tua yang sedang merapikan tatanan rambutnya di depan kaca menoleh, ada adiknya di ambang pintu dengan ransel besar khas tentara.

"Lo bakalan gak ketemu gue lama banget loh, masih ajah ngambek sama gue." Tawanya ringan sambil menghadap adiknya itu, Han Jisung.

"Bodo Amat, lo jahat sama Caca Cici. Gue bales pake dengki." Jawabnya masih kesal sebab peliharaannya tidak cukup dirawat dengan baik, ditambah dengan permasalahan dokumen kemarin yang membuat ia dapat tegur di dalam rapat. kakaknya itu malah semakin besarkan tawa, kemudian berjalan menghampiri adiknya lalu memegang dua pundaknya.

"Apaan sih? Gue mau jalan ini." Jisung menyingkirkan lengan kakaknya.

"Masih marah? Gue kan udah minta maaf. Gue samperin deh si Lino itu, kalo itu salah gue." Ujarnya membujuk sang adik.

"Gak perlu, udahlah emang gue yang salah." Balas Jisung sembari memakai sepatu.

"Ya Ampun, dari dulu ngambekan mulu lo ya." Cibir sang Kakak tatap adiknya yang sedang menggerutu.

Jisung sendiri tidak memperdulikan ucapan Hyungnya, lantas ia berdiri dan mengambil sayuran untuk diberikan kepada hewan peliharaannya sembari ucapkan salam perpisahan.

"Han Jisung," interupsi sang Kakak yang masih  diabaikan. Sampai akhirnya karena kesal sendiri ia balik paksa tubuh adiknya sembari pegang kedua pundaknya.

"Kenapa lagi sih Hyung, udah ah gue ga mau ribut pagi-pagi." Ucapnya sembari singkirkan kembali lengan Hyungnya.

"Dengerin gue. Han Jisung, umur sudah kepala dua, bentar lagi kepala tiga. Sekali ajah coba tunjukin sisi kepahlawanan lo di depan gue, bisakah? Kenapa lo gak ngebiarin gue liat sisi lo yang itu? Dari sekian tahun lamanya mengabdi di negara." Ujar kakaknya itu memandang sang adik dengan serius.

"Hyung, jangan mulai deh." Jemari Jisung mengepal erat bendera kebangsaan yang ia pegang di lengan.

"Tanpa gue tunjukin ke lo pun, mereka bakalan tau kok Hyung. Mereka liat gue yang sekarang, meskipun gue gak tau gimana rupa mereka sejak lahir." Jisung menundukkan kepalanya. Ini yang membuat ia berat untuk melangkah, kakaknya selalu seperti ini. Terlebih ia hanya diberi waktu dua minggu sejak kepulangannya dari negara konflik, dan dua minggu itu pula ia tak habiskan waktu banyak dengan kakak nya itu. Selalu ada panggilan untuk datang ke markas, dan kakak nya pun akan sibuk di kantor kejaksaan.

"Lo tau? Setiap gue doa ke Tuhan, gue gak bisa banggain lo. Gue cuman mau Mamah sama Ayah dengar yang bener-bener dengar dari mulut gue, kalo gue berhasil bikin dia bangga, berhasil bikin lo kaya sekarang. Tapi gue gak tau apa-apa soal sikap lo, sifat lo dan watak asli lo. Lo pun gak pernah cerita gimana pengalaman lo jadi Tentara Militer, gimana susahnya, sakitnya, senengnya ketika lo jadi tameng buat negara. Lo gak pernah nunjukin itu di depan gue, semua masih sama. Sama kaya Han Jisung umur lima tahun yang suka merengek sama ngambek ke gue."

"Hyung...." Jisung tersenyum sembari memegang kedua lengan kakaknya itu, mengusapnya pelan yang terasa kasar di tangannya. Tangan ini yang mengantarkan ia pada mimpi-mimpinya, tangan ini juga yang menggantikan sosok orang tua bagi dirinya.

"Hyung, lo denger gue. Lo gak perlu tau gimana sakitnya jadi orang yang mempertaruhkan nyawa buat lindungin jutaan nyawa, lo gak perlu tau gimana sakitnya saat datang disambut dengan harapan terus pulang meninggalkan cemas yang berlebihan, gimana sakitnya tiba-tiba peluru menembus badan gue. Harusnya lo gak perlu tau Hyung. Kenapa? Karena gue cuman mau lo tetep memandang gue sebagai seorang adik, yang harus lo lindungi dari kejamnya dunia. Di luar sana gue berani pasang badan di garis terdepan. Tapi di rumah, gue mau posisi lo tetep jadi seorang kakak yang orang tua kita banggain. Orang tua kita tahu, mereka nyaksiin kita. Lo berhasil jadi orang yang berharga di mata mereka dan gue. Tapi mungkin sudah saatnya lo berhenti dari semuanya, Hyung...." sejenak ia menghela nafas.

Bermuda Triangle - StrayKidsOnde histórias criam vida. Descubra agora