02 - Kontradiksi

7.9K 585 39
                                    

"Gue gak mau jadi sekertaris dia, pokoknya gue gak mau!"

Hana memekik hebat dan menggebrak meja di area kantin. Tanpa merasa malu, ia terus saja seperti cacing kepanasan hingga tidak menyadari bahwa dirinya telah menjadi pusat gunjingan para siswi yang memerhatikannya dari meja seberang.

Sementara itu, Fely Anastasya--sahabat rasa saudara Hana--hanya bisa menutup wajahnya malu akibat kelakuan kurang anggun dari cewek di depannya itu.

Sahabat gue gini amat, God.

Hana, gadis dengan bandana khas berwarna putih di atas poninya itu sama sekali tidak menjaga image meski sang ayah telah mendapatkan julukan guru matematika ter-killer di SMA Unggulan Bumi Khatulistiwa.

"Helyyyyy!" pekik Hana dengan hentakan kaki yang terdengar mendesak.

"Nama gue Fely, woi."

"Cuma beda h sama f apa salahnya sih?" tukas Hana tanpa dosa.

"Gue bukan guguk," balas Fely datar--tidak terima jika namanya diubah menjadi seperti nama anjing di salah satu lagu familiar yang selalu ia nyanyikan semasa taman kanak-kanak dulu.

Hana hanya mendecak tidak karuan, lalu meneguk jus jeruknya hingga tandas. Kemudian ia kembali melanjutkan keluh kesahnya pada Fely--sahabat jaimnya itu.

"Si kacamata rese itu bikin gue naik darah tau gak?! Gila banget dia. Bisa-bisanya nunjuk gue jadi sekertaris OSIS padahal udah jelas banget kalau tulisan gue mendekati gak bisa di-ba-ca."

"Elah, lo hidup di jaman apa sih? Ngapain nulis kalau sekarang tinggal ngetik di komputer?" ucap Fely dengan santai.

"Iya juga, tapi bukan gitu--ahk!" Hana kembali mencak-mencak kaki. "ihhhhh, kesel banget gue, banjing!" pekiknya sambil menggebrak meja dan membuat beberapa siswi yang melewati meja mereka melirik risih pada Hana.

"Apa?!" tukas Hana tambah kesal dan membuat Fely yang melihat perilaku Hana yang lagi-lagi 'tidak anggun' pun menghela napas lelah.

"Yaudah sih, terima aja. Bukannya lo juga mau banget jadi sekertaris osis yak?" ujar Fely sembari mencoba untuk memberikan sedikit saran disela-sela mengunyah baksonya.

"Mau sih, tapi bukan dia juga ketuanya," protes Hana dengan bibir mengerucut sebal.

"Jadi lo tetep nolak nih? Sayang banget loh, padahal kan lo udah mimpiin itu dari awal kita masuk SMA," kata Fely mengingatkan.

Hana terlihat sedikit berpikir setelah mendengar perkataan sahabatnya itu. Yang dikatakan Fely memang benar, tetapi itu ia inginkan sebelum cowok bernama Adelio datang dan mengusik dirinya sejak semester lalu.

"Lagian ...." Fely menelan baksonya dan kembali berujar, "Adelio kaleman kok orangnya. Pintar, baik, dan bertanggung jawab. Jadi gue rasa yang bakalan nyusahin di OSIS ya elo doang, Han."

"Heh!" teriak Hana sambil melotot pada Fely. "Sebenarnya lo itu sahabat gue apa dia, hah?" lanjutnya dengan suara melengking di akhir kalimatnya.

"Gue netral sih," jawab Fely mengabaikan tatapan cewek di depannya yang terlihat seperti ingin menerkamnya.

"Alesan." Hana terdengar mendecak tidak karuan. Dia sama sekali tidak punya solusi untuk masalahnya sendiri.

Sejak Adelio datang sebagai siswa baru di awal semester kemarin, Hana benar-benar tidak bisa tenang. Mengingat betapa ambisiusnya cowok berkacamata itu ketika melawannya dalam hal mendapatkan nilai plus di setiap mata pelajaran.

Bahkan, Hana harus berlapang dada ketika rangkingnya bergeser karena perbuatan Adelio. Lalu, untuk apa ia sampai bermurah hati dan menjadi sekertaris osis untuknya? Kalau Hana pikir-pikir lagi, ternyata tidak ada untungnya.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ