35 - Maaf

2K 230 4
                                    

Hana duduk di sisi tempat tidurnya. Usai makan malam tadi, ia langsung masuk ke dalam kamar. Tanpa mengatakan apa-apa, bahkan sejak menerima berita pencopotan jabatan Adelio dari Fely selaku bagian dari MPK, membuat Hana terdiam membisu memikirkan alasan di balik pengunduran diri cowok berkacamata itu.

Dengan raut datar, Hana termenung cukup lama. Entah mengapa rasanya ingin menangis menunggu hari esok. Hana tidak tahu, tapi rasanya ada sesuatu besar yang akan terjadi. Air matanya pun tanpa sadar sudah menetes di sana.

Gadis itu mengusap pipinya sesaat, lantas menghela napas. Kemudian menggerakkan tangannya untuk meraih hp yang ada di atas nakas. Dengan segera Hana mencari kontak kakaknya dan menekan dial. Namun setelah berkali-kali menghubunginya, nomornya berada di luar jangkauan. Kini Hana beralih pada room chat WAnya.

Room chat Hana - Sadboy 6 tahun

Hana : he jomlo

Hana : bang

Hana : YANG MULIA RAGEL ADITOPUTRA GUE MAU CURHAT

Tidak ada jawaban dari sang kakak. Akhirnya Hana memutuskan beralih ke Fely. Dua orang ini memang selalu menjadi tempat pelarian Hana saat ingin curhat dan menumpahkan segala kegundahan dalam hati.

Pintu kamar Hana yang belum tertutup pun tiba-tiba diketuk pelan, membuat Hana yang baru saja akan mengetik di room chat Fely, jadi mengangkat dagu dan menatap lurus pria itu di sana. Pak Surya tersenyum meneduhkan, membuat Hana ikut membalas senyumannya begitu ayahnya melangkah masuk.

"Ada apa, Pak?" tanya Hana saat pria tersebut duduk di sebelahnya. Senyuman manis melekat di bibirnya, mencoba menyingkirkan kegelisahan yang menghantuinya sejak pagi tadi.

"Putri Bapak kenapa lagi, heum?" tanya pak Surya, mengabaikan pertanyaan Hana sambil mengusap-usap rambut putri kesayangannya ini dengan lembut. "Cerita sama, Bapak."

Hana menipiskan pandangan. "Enggak kenapa-napa kok, Pak."

Sekarang gantian pak Surya yang menipiskan pandangan. Pria itu tahu bahwa putrinya ini sedang memikirkan sesuatu. Bahkan sikapnya terlihat agak berbeda. Padahal biasanya sehabis makan malam, Hana akan duduk di depan TV dan bercerita panjang lebar. Entah itu soal kejadian di sekolah atau obrolan aneh yang bisa mengundang candaan. Tapi tadi, putri kesayangannya ini langsung masuk ke kamar tanpa mengatakan sepatah kata pun padanya.

"Ayo, cerita sama, Bapak."

Suara pak Surya yang terdengar halus dan penuh pengertian itu pun membuat Hana tidak bisa menahan diri lagi. Dia menggigit bibir bawah, walau berikutnya ia memeluk ayahnya dengan air mata yang kembali menetes.

"Kenapa?" tanyanya tampak khawatir.

"Hana gak tau ... tapi Adelio tiba-tiba jadi aneh, Pak," ucap Hana sedikit terisak, membuat pak Surya mengusap-usap punggungnya lembut.

"Adelio kenapa, heum? Tadi dia keliatan baik-baik aja kok," kata pak Surya yang memang sempat melihat Adelio mengantar Hana pulang. Bahkan menyalaminya dan menanyakan kabar padanya.

"Dia ngundurin diri dari jabatannya. Hana pengen nanya, tapi takut nyinggung dia. Meski baru dua bulan, tapi aneh banget kalau dia tiba-tiba lepas gitu aja setelah berjuang dapetin itu. Rasanya ... rasanya ada sesuatu yang bakal bikin Hana sakit hati."

Pak Surya melepas pelukan Hana, lantas mengusap rambut putrinya itu sambil memberikan pengertian. "Bapak, rasa itu cuma persepsi kamu saja. Mungkin Adelio mau fokus belajar. Jadi ketua OSIS itu susah-susah gampang, Nak."

"Enggak mungkin," ucap Hana kekeuh, menolak pendapat ayahnya. Mengingat apa yang dikatakan Adelio mengenai alasannya mengundurkan diri pada rapat itu. Besok, memangnya apa yang akan terjadi besok? Pertanyaan itu terus terngiang di benak Hana hingga saat ini. Bahkan ia sampai tidak ingin datang sekolah saking paranoidnya.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Where stories live. Discover now