08 - Kerja Lembur Bagai Kuda

3.7K 401 15
                                    

"Thank you, Om Vino!" seru Hana yang main nyelonong turun dari motor Vino.

Beberapa waktu yang lalu, sesaat sebelum keluar dari sekret OSIS, Hana memaksa Vino untuk mengantarnya pulang. Cowok itu pun bersedia saja mengantar Hana pulang karena melihat hari mulai gelap, namun kini ia benar-benar menyesali keputusannya.

"Eh, Han. Helmet gue balikin, hei!" tegur Vino yang refleks membuat Hana menghentikan langkahnya, lalu menggigit pelan ujung lidahnya.

"Oh, iya. Lupa." Hana segera mengembalikan helmnya pada Vino, sedangkan cowok itu mendengkus.

"Ini pertama dan terakhir kalinya gue nganter lo pulang ya. Gak mau lagi gue satu motor sama lo, njir. Berisik banget astaga," ucap Vino seraya mengusap-usap telinganya.

Memang benar yang dikatakan cowok itu. Sepanjang perjalanan, Hana tidak berhenti berbicara. Entah itu gosip yang sedang hangat jadi perbincangan atau bahkan masalah yang menimpanya di dalam kelas.

Sumpah demi apapun, Vino tidak pernah mengira kalau putri dari guru yang terkenal killer itu ternyata berbanding terbalik dengan ayahnya. Sampai-sampai cowok itu berpikir kalau Hana sebenarnya anak yang dipungut pak Surya di dekat got. Astaga!

"Dih, jahat banget."

"Sabodo," ucap Vino menahan diri agar tidak mengumpat.

"Enyah lo dari rumah gue!" jawab Hana tidak kalah kesal.

"Kampai waseng, he!" pekik Vino, tanpa sadar menggunakan bahasa daerahnya waktu tinggal di Sulawesi Selatan dulu.

Hana memukul kepala Vino yang masih mengenakan helm. "Jangan ngomong pake bahasa planet. Gue mana ngerti bahasa lo!" protes Hana. Vino terkekeh, lantas memutar kunci motornya dan menoleh pada Hana.

"Lo jangan lupa, besok kita mesti bantuin SCL jualan es lilin. Trus kalau lo lagi online tuh, sempatin cek gc inti OSIS biar si ketos gak marahin lo mulu," peringat Vino. Hana mendecak pelan.

"Sok perhatian amat. Emang lo siapa?"

"Gue bundahara OSIS. Bahasa kerennya tuh lintah darat sang ketos. Kalau diterjemahin ke bahasa bank, gue adalah ATM berjalannya OSIS," jelas Vino dengan penuh kebanggaan. Hana memberikan Vino tatapan jijik.

"Kalo gue terjemahin ke sinetron Indonesia, pasti bunyinya gini." Hana berdeham sejenak. "Azab rentenir OSIS yang suka pelit ke sekbid dan ortom, kuburannya bakal dimahal-mahalin sama pemilik tanah makam."

"Anjir, apaan. Gak lucu recehan lo."

"Yaiyalah. Gue bukan pelawak!" tegas Hana. Vino menggeleng-gelengkan kepala. Sudahlah, ia tidak mungkin menemukan sisi anggun dari cewek yang satu ini.

"Kalau gitu gue balik dulu ya, bye."

"Hmm, hadija."

Vino yang bersiap menarik pelatuk gas motornya pun mendadak mengurungkan niat. Dia menoleh pada Hana, hendak meralat perkataan cewek itu.

"Gue Vino, bukan Hadija."

"Hati-hati di jalan maksud gue!" Hana langsung berlari menuju pintu rumahnya sebelum cowok itu kehilangan kesabaran karenanya.

***

"Assalamualaikum, Hana pulang!" pekik Hana sembari membuka pintu rumahnya.

Alisnya mengerut saat tidak ada jawaban. Memilih masuk dan meletakkan sepatunya di rak khusus alas kaki, Hana pun melangkah santai sambil meregangkan otot-ototnya yang terasa begitu letih.

"Bapak, abang ... Hana udah pulang loh. Tumben salamnya gak dijawab," ujar Hana sembari menuju kamar tidurnya.

Sebelum masuk ke kamarnya, Hana menyempatkan diri mengecek kamar ayahnya dan juga Ragel. Kosong. Ternyata keduanya tidak berada di rumah. Hana menghela napas.

Ketos Vs Sekretaris OSIS [SELESAI]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα