"Arsa kamu janji, ya, selalu ada di samping aku? Nggak bakal ninggalin aku sendirian?" ucap Eleena dengan nada menuntut. Arsa terdiam dan kemudian tersenyum.

"Ya, gue janji."

••

Kara berbaring di kasur dengan kepala di ujung kasur memandang gelang yang diberikan Arsa di pergelangan tangan kanannya sembari tersenyum tipis. Kemudian ia menelungkup dan menyembunyikan wajahnya dan berteriak.

"Tau aja dia gue ngincer ini gelang. Tuh, kan, gelang, lo emang udah ditakdirkan untuk gue! Awas aja lo hilang." Ia tampak seperti orang gila berbicara kepada gelang yang notabene barang yang tidak bisa berbicara sedikitpun.

Cklek... Brak...

"Dek, pinjem laptop lo-eh ngapain lo senyum-senyum sendiri? Kesambet?" Zoya berjalan menuju meja belajar milik Kara mengambil laptop milik adiknya, sebenarnya Zoya memiliki laptop. Namun, di dalam laptop Kara banyak film-film disuka oleh mereka berdua ter-download di sana.

Kara menggerutu sembari memandang Zoya geram. "Masuk itu ngetok dulu napa sih!"

"Maaf, ini laptop gue pinjem."

Kara beranjak dari kasurnya menarik lengan Zoya yang ingin berlalu pergi. "Eh enak aja, gue mau marathon drakor ntar." Tanpa sengaja mata Zoya menangkap benda mengkilap yang ada di pergelangan tangan Kara.

"Widih banyak duit lo?"

"Nggak usah ngalihin pembicaraan, ya!"

"Di mana lo beli? Cakep banget."

"Siniin nggak laptopnya?" Kara ingin merebut kembali laptop yang ada di genggaman Zoya.

Zoya tampak terdiam, kemudian ia tersenyum membuat Kara tampak bergidik ngeri.

"Ya udah, tapi besok gue pinjem, ya, gelang lo?" Pinta Zoya bernegosiasi dengan adiknya.

"Enak aja! Beli lah, lo udah bisa nyari kerja juga."

"Sekali-kali dek, lo mah pelit banget."

"Udah cukup gue yang selalu jadi tempat buangan dari lo. Gue nggak mau pake bekas-an lagi, ya. Jadi, lebih baik lo beli buat lo, gue nggak mau kongsi-an."

"Tck! Pelit lo."

"Bodo, sini balikkin laptop gue."

"Eitss, nggak semudah itu ferguso!" Dengan cepat Zoya berlari dan memasuki kamar menutup cepat pintu kamarnya, membuat Kara geram menendang-nendang pintu kakaknya dengan kesal.

"Zoyaaaa!" teriak Kara di depan kamar Zoya.

"Astaga Kara, kamu ini demen banget teriak-teriak, kamu kira ini rumah hutan apa?!" bentak Intan yang sedang berjalan mendekatinya.

"Ehehe, mama. Itu mah, si Zoya enak banget minjem-minjem laptop Kara, padahal dia udah punya laptop sendiri." Intan mengangguk kecil setelahnya ia mengetok pintu kamar milik anak pertamanya dengan ritme cepat.

"Zoya! Keluar kamu!" Terdengar Zoya teriak dari dalam menyahuti.

Cklek..

"Kenapa ma?"

"Balikkin laptop adik kamu, kamu, kan, udah punya laptop sendiri. Kenapa minjem punya adik kamu, lagi, hm? Atau laptop kamu mau mama jual aja di pasar loak?" Zoya tampak misuh-misuh dengan apa yang dibicarakan mamanya, setelahnya ia melirik adiknya tajam. Sedangkan empu yang dilirik, sibuk memainkan kuku jarinya dengan tampak songong.

"Ma! Yaya sama Dede udah sepakat buat kongsian sebelum aku benar-benar kerja tetap. Lagian laptop aku nggak muat buat download drakor lagi, Yaya bosan lihat laptop sendiri, isinya cuma file tugas dari dosen, mumet Yaya tuh mah."

"Udah tau banyak tugas sempet-sempetnya kakak nonton drakor? Ya ampun kak! Tuh, kan, ma, karena drakor kakak nunda-nunda tugas dari dosennya, kalau sampe nggak lulus gimana? Jadi aib keluarga itu." Jangan lupakan Kara selalu menyelinapkan kalimat kurang mengenakkan, hanya untuk memanaskan suasana.

"Dede lo, ya!"

"Bener kata adik kamu itu, fokus belajar. Kamu kira dunia perkuliahan segampang dunia sma kamu dulu? Jangan ditunda-tunda, kalau nggak lulus, mama biarin kamu jadi gelandangan."

"Ya Allah mimpi apa aku semalam punya mama sama adik mulutnya kek silet. Ya udah iya, Yaya bakal belajar yang rajin."

"Jangan lupa bahagiakan mama papa juga, paling tidak kawin cepat, mama udah nggak sabar gendong cucu pertama. Jangan kayak sekarang punya cowok kok nggak ada yang ngasih kepastian, cinta apa pajangan?" sindir Intan membuat Zoya lagi-lagi melongo dibuatnya.

"Inget apa kata mama, cepet-cepet nikah biar nggak jadi perawan tua." Intan berlalu meninggalkan keduanya.

Zoya be like :

Zoya masuk ke dalam kamarnya mengambil laptop milik Kara dan memberikannya dengan hati yang sedikit tergores

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zoya masuk ke dalam kamarnya mengambil laptop milik Kara dan memberikannya dengan hati yang sedikit tergores. Mendengar perkataan yang menusuk buat Zoya, apalagi mamanya berpatisipasi dalam ajang membuatnya terdiam dan hati terkoyak habis, ingin rasanya mengubur kedua insan itu. Tak sanggup dengan cobaan seperti ini. Cukup adiknya saja membuatnya terinjak-injak jangan sampai mama dan papanya ikut serta.

"Nih, ambil dan tolong balik ke kamar lo. Jangan nyinyir lagi, sudahi perkataan yang nyakitin buat gue." Zoya menatap Kara menuntut meminta agar berhenti, ia tau seharusnya tidak mengusik adiknya kalau tidak mau kena semprotan rohani yang membuat batinnya kejang-kejang.

Kara memandang Zoya dengan alis yang menukik ke atas. "Drama banget lo!" Kara berlalu meninggalkan Zoya dengan ekspresi menyedihkan.

Aku sabar, aku tabah 😭✊

Kalau suka sama cerita ini, jangan lupa dimasukkan ke library kalian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau suka sama cerita ini, jangan lupa dimasukkan ke library kalian. Bila perlu di reading list!


···
보라해💜

Saturday, Nov 14th 2020

|Telah di revisi|
|28.12.20|

KARA |Serendipity|Where stories live. Discover now