Tepat sehari saat Tuan Choi pergi ke Jepang menyusul ayah dari bayinya, Irene mengalami kontraksi yang mengharuskannya melahirkan dengan Caesar, karena kondisinya yang lemah tak memungkinkan untuk ia melahirkan secara normal. Tentu perlu pengorbanan yang besar untuk menyelamatkan bayinya itu, hingga akhirnya sang bayi pun selamat lahir ke dunia.

"I-Irene ...."

Suara seseorang mengalihkan pandangannya dari sang bayi, ke arah suara yang baru saja memanggilnya.

Ia menoleh ke arah pintu dimana di sana seorang pria tengah berdiri, memandang ke arahnya.

"K-kau?" Begitu terkejutnya saat mengetahui siapa pria yang kini berada di ambang pintu. Seorang pria yang sudah lama tak ia temui, seorang pria yang telah menghancurkan hidupnya, seorang pria yang kini ia benci namun ... ia rindukan.

Pria itu berjalan mendekat ke arahnya yang juga disusul oleh sang appa di belakang pria tersebut.

Ia masih menatap lekat tak percaya dengan kehadiran sosok pria yang kini telah berdiri di hadapannya. Pria itu. Ayah dari putri mungilnya.

"Ini ... a-anak kita?" ucapnya terbata seraya menatap nanar bayi mungil yang tengah tertidur dalam ranjang kecil itu.

"Untuk apa kau kemari? Pergilah, Ini anakku ... bukan kita!" Irene memalingkan wajahnya, "kita sudah tidak punya urusan apapun lagi," cecarnya seraya menjauhkan pria tersebut dari bayi mungilnya.

"Jangan seperti itu!" Itu suara tuan Choi yang sejak tadi berada di antara keduanya, tampak seperti mengawal. "Apa kau tidak berpikir bagaimana susahnya aku membawa pria bajingan ini kemari?"

"Aku hanya memberitahumu saja siapa sebenarnya ayah dari anakku, itu pun karena appa memaksa, aku tidak memintamu untuk membawanya datang kemari."

"Dia harus mempertanggung jawabkan semuanya! Kalian harus menikah!"

"Tidak appa!! Aku tidak mau menikah dengannya. Aku tidak mau menikah dengan pria yang TIDAK MENCINTAIKU!"

'PLAK'

Satu tamparan berhasil mendarat di pipinya, dan itu ulah tuan Choi. Dngan segera pria itu menjauhkannya dari sang ayah.

"Gwenchana?" tanya pria itu, seraya menyentuh pipinya yang baru saja terkena tamparan.

"Jangan menyentuhku!" Irene mendorong pria itu agar menjauh darinya.

"Mianhe," ucap pria itu lirih.

Namun Irene hanya terisak, seraya menyentuh pipinya yang masih terasa panas akibat tamparan sang ayah, enggan menjawab.

Lalu tuan Choi, ia akhirnya memutuskan keluar meninggalkan anaknya dengan pria tersebut, mencoba memberi ruang untuk mereka agar bisa berbicara serius.

"Irene-ah maafkan aku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVE HIM✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang