16 Definisi Keluarga Bahagia

4.5K 365 7
                                    

Dari lantai atas, samar-samar aku bisa mendengar suara orang mengobrol di lantai bawah. Sepertinya Kavin dan Serra sudah datang.

Aku melirik jam tangan. Pukul 8 lewat 10 menit. Semalam Kavin memang mengabariku melalui whatApps kalau dia akan menjemput ke rumah jam 8.

Untuk menghindari kemacetan kami memilih berangkat lebih awal. Di hari libur nasional seperti ini, pasti banyak sekali orang yang pergi liburan bersama.

Kavin dapat nomor ku dari mana ya? Itu kalimat pertama yang terlintas semalam begitu aku menerima pesan darinya.

Namun pertanyaan bodoh itu urung aku tanyakan pada Kavin saat membalas pesannya. Kami kan sekantor, mungkin saja dia mencari nomorku di grup WhatApps atau dia minta ke mamanya yah? Opsi kedua sepertinya tidak mungkin.

Aku segera menuruni tangga untuk menemui mereka . Disana aku melihat Kavin dan Serra duduk di sofa ditemani oleh mama dan papa.

Omaigat! Aku baru ingat kalo aku belum memberi tahu mama hari ini aku akan pergi dengan Serra. Lebih tepatnya bersama dengan Kavin juga. Kemarin aku hanya mengatakan pada mama kalo hari ini aku akan pergi bersama teman.

Aku menghembuskan nafas. Siap-siap diomeli dan diwawancarai mama nih.

"Kak Zaraaa." Serra yang lebih dulu menyadari keberadaan ku berlari menghampiriku lalu memeluk kaki ku.

Aku mensejajarkan tinggi ku dengan nya.
"Haii Serra, Apa Kabar?" Ucapku sambil membalas pelukannya.

"Kangen!." Ucap Serra lalu melepas pelukannya kemudian menggenggam tanganku.

Aku terkekeh mendengar ucapannya. Yang ditanya apa yang dijawab apa?

"Itu Zaranya udah siap. Kalian berangkat gih. Biar gak terlalu macet nanti di jalan." Kata papa pada Kavin.

Aku dan Serra berjalan kearah sofa menghampiri mereka. Mama menatapku sambil menghela nafas.

"Kok kamu gak bilang jalannya bareng Kavin? Dulu sok-sokan nolak. Sekarang diam-diam bae yaa."

Kavin hanya tersenyum kikuk mendengar ucapan mama. Tuh kan! Wawancaranya dimulai!.

Kenapa aku malah iya-iya aja saat semalam Kavin mengabari akan menjemput ku, kenapa gak janjian di tempat yang ingin kami datangi saja? Gak usah jemput ke rumah. Bego lo, Ra!

"Yasudah, Om tante kami berangkat dulu, ya." Ujar Kavin lalu bangkit dari sofa diikuti oleh mama dan papa.

"Aku berangkat ya, pa, ma." Pamitku menyalami mereka diikuti Kavin dan Serra.

"Kalo aja kamu nerima dari dulu, harus nya sekarang mama dan Rena pasti lagi sibuk siapin acara pernikahan kalian." Gumam mama yang masih bisa kudengar.

Papa hanya menggelengkan kepala melihat tingkah mama, lalu mengantar kami sampai pintu depan rumah.

"Hati-hati di jalan ya." Ujar papa.

"Duhh kalian kaya keluarga bahagia yaa. Gak sabar nimang cucu nih." Celetuk mama sambil terkikik.

Aku hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan mama. Lalu berjalan kearah mobil Kavin yang terparkir di carspot rumahku.

Begitu tiba di mobil Kavin, aku langsung membuka pintu belakang mobil. Lalu Serra masuk lebih dulu ke dalam mobil.

"So, Saya duduk sendirian di depan?" Tanya Kavin saat aku akan masuk ke dalam mobil untuk duduk disebelah Serra.

Aku mengernyit heran.

"Saya bukan supir kamu Zara." Ucap Kavin yang sudah membuka pintu depan mobilnya.

Principle Of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang