10 Rekor Baru

4.8K 395 9
                                    

Aku duduk di depan meja rias  bersenandung kecil, menyanyikan lagu-lagu random yang hanya kuingat separuh liriknya sambil  mengeringkan rambutku dengan hairdryer.

Aku yang masih fokus mengeringkan rambut sedikit tersentak ketika mendengar suara pintu kamar ku terbuka. Dari pantulan cermin aku bisa melihat mama berdiri disana sambil nyengir.

Sepertinya mama akan langsung menodongku dengan berbagai macam pertanyaan tentang Kavin, malam ini.

"Maa, aku tahu mama mau ngomongin apa. Tunda besok aja ya." Kataku masih sibuk dengan hairdryer.

"Gak bisa, Ra. Harus sekarang. Mama penasaran nih." Ujar mama sambil cekikikan lalu masuk dan duduk di tepi ranjang.

Aku hanya bisa menghela nafas. Semenjak mengenal Kavin. Sepertinya hidupku belakangan ini selalu dipenuhi dengan namanya. Heran deh!

"Oh ya , sabtu ini kita ke rumah Kavin ya. Ada acara syukuran".

Aku mematikan dan meletakkan hairdryer di meja rias, lalu menghadap kearah mama.

"Mama ketemu sama Tante Rena?" Tanyaku.

Mama mengangguk. "Iya, kemarin kami ketemu."

Aku menghela nafas. "Ya terus kenapa mama kayak syok gitu pas tau aku sama Kavin sekantor. Tante Rena pasti udah kasih tahu kan? Mama kan dekat sama Tante Rena. So, mama gak perlu nanyain tentang Kavin lagi."

Mama mencebik. "Jadi, Rena udah tahu? Mama emang beneran baru tahu. Kemarin kami gak sempat ngobrol lama, dia buru-buru. Maklum ngurusin bisnis clothing nya yang baru".

"Cuma kemarin dia sempat ngusulin untuk jodohin kalian lagi. Ya, mama iyain aja. Mama suka Kavin, Ra. Anak nya ganteng sopan lagi." Sambung mama lagi.

"Semua orang pasti bakal sopan sama orang yang lebih tua, Maa. Apalagi temen orangtuanya." Sahutku.

Mama melipat kedua tangan di dada. " Sejak kapan kalian sekantor? Dia bos kamu? Atau gimana? Kenapa kamu gak cerita kalo kalian sekarang sekantor? Dan tadi dia nganterin kamu, berarti kalian dekat kan? Kamu udah mulai suka sama dia kan?"

Aku memijat pelan kepalaku. Pusing dengan semua pertanyaan mama. Mama benar-benar menodongku.

Aku menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Maa, kami udah sekantor sekitar sebulan yang lalu. Boss ku. Dia manajer di divisi keuangan. Aku gak cerita ke mama karena itu bukan hal yang penting Ma. Dan satu lagi, kami gak dekat dan aku gak suka sama Kavin. Dia nganterin aku pulang, karena Kalandra gak bisa jemput aku. Udah jelas kan, Ma . Jadi jangan tanya-tanya tentang Kavin lagi." Jawabku singkat, padat dan jelas.

Semoga Mama paham dan gak nanya-nanya lagi. Aamiin.

"Ckck..Penting menurut Mama, Zara. Fine, Mama gak nanya lagi. Lagian kalian emang udah sekantor. So, Mama dan tante Rena gak perlu ngerencanain apapun biar kalian bisa dekat. Mama cuma mau bilang sekali lagi sabtu ini kita harus ke rumah Tante Rena. Kamu harus ikut okee? Mama gak mau tahu. Ayo turun, makan malam. Papa pasti udah nungguin dari tadi." Kata mama lalu keluar dari kamarku.

Sabtu lagi. Sabtu lagi. Kenapa sih dengan hari sabtu? Heran. Aku mengacak-ngacak rambutku frustasi. Aku udah janji sama si Rafi sialan itu.

Aku keluar dari kamar berlari menuruni tangga. Menghampiri mama dan papa di ruang makan.

"Aku gak bisa mah, Sabtu ini. Ada janji." Kataku begitu sampai di ruang makan.

"Sama siapa?" Tanya mama sambil menuangkan air putih ke dalam gelasnya.

"Alya, Ma." Jawabku spontan lalu menarik kursi meja makan untuk duduk. Aku gak bisa bilang kalau mau ketemu Rafi. Yang ada mama makin menodongku dengan berbagai pertanyaan lainnya.

Principle Of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang