Dari kejauhan, seorang gadis menatap Kara dengan marah, nampan di tangannya bergetar seolah dia meremas ujung nampan. Dia benar-benar tidak menyukai senyum melengkung sempurna di bibir Kara. Meski telah membuat sesuatu yang membuat kaget satu sekolah, tetap saja teman-teman bahkan laki-laki tetap memandang Kara dengan tatapan penuh perduli.

"Sendirian aja lo?" ucap Arsa duduk di depan Kara dengan memakan kacang rebus yang ia bawa.

"Gue nunggu pesenan." Kara memandang plastik kacang rebus yang dibawa Arsa, tangannya mulai menjalar ke plastik itu mengambil beberapa kacang.

"Dimana lo beli? Perasaan kantin gak ada kacang rebus deh," ucap Kara penasaran.

"Di depan, lagi pengin gue."

"Bolos lo?"

"Nggaklah, gak mungkin gue bolos mulu. Yang ada, bokap ngamuk lagi," balas Arsa.

"Jadi?"

"Gue tadi belinya lewat pager." Kara mengangguk dan memakan kacang itu hikmat, menunggu Daryna yang masih mengantri.

Arsa dan Kara yang sibuk makan kacang rebus dengan Ahsan yang memainkan ponselnya.

"Gak pesen makanan lo berdua?" Arsa dan Ahsan kompak menggeleng kecil. Kara mengendikkan bahunya acuh sembari menyantap kacang rebus milik Arsa.

Tak lama kemudian, Daryna datang dengan membawa nampan berisi makanan dan duduk di samping Kara. Daryna mendadak grogi, ia melirik Ahsan yang sedang asyik dengan ponselnya. Kara menggeser nampan dan mengeluarkan sepiring batagor dan segelas jus mangga.

Kara memakannya dengan lahap. Setelah beberapa menit menikmati waktu sendiri, Kara melirik ke arah Daryna karena sedari tadi gadis itu tidak menyentuh makanannya. Karena melihat gelagat aneh dari Daryna.

"Kenapa lo?" Daryna terdiam dengan pandangan tertuju pada Ahsan. Tidak lama kemudian, Daryna merogoh sakunya dan mengambil benda datarnya. Menggoyangkan ponselnya ke arah Ahsan, membuat pria itu terlihat tidak mengerti.

"Bagi nomor wa lo!" seru Daryna, mampu menyita perhatian beberapa orang yang sedang sibuk sendiri.

"Lo gak kenal gue ya? Gue yang waktu itu minta follback di dm itu, lho!" Ahsan sepertinya memikirkannya. Tak sedikit siswa SMA Pamungkas bahkan SMA lainnya yang memintanya untuk mengikuti kembali media sosialnya, membuat Ahsan menggelengkan kepalanya.

"Yah, pokoknya gue yang waktu itu," katanya, "Dan sekarang gue mau minta nomor wa lo, cepetan!" lanjutnya dengan nada yang terdengar memaksa.

Kara dan Arsa hanya bisa memandang mereka dengan hening.

"Nomor wa gue hanya orang terdekat doang yang tau, gue belum kenal lo jadi maaf aja gue gak bisa kasih," tolak Ahsan terkesan dingin.

"Kok gitu sih?! Padahal waktu itu kita sempet akrab di Instagram."

"Tapi maaf, gue gak bisa. Gue gak mau diteror sama cewek yang suka sama gue. Gue risih asal lo tau."

"Dih pelit lo. Lo kira gue se-gabut itu sampe lo berpikir gue fans fanatik lo. Dasar cowok! Mentang-mentang ganteng lo, ya." Daryna mendengus kesal dan memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. Memakan kuah bakso yang panas dengan cepat. Ia kesal berakhir lupa diri.

"Aduh ... anass ...." Daryna mengibaskan tangan ke arah lidahnya, karena ada Ahsan dia sangat lupa diri. Dia gugup, Daryna pikir Ahsan adalah orang yang pendiam namun nyatanya ... zonk!

Ahsan menyodori minuman itu. "Nih, lain kali kalau makan jangan keburu-buru, jadi sakit, 'kan, lidahnya."

Daryna meneguk jus alpukat itu sekali teguk, memandang tajam pria di depannya. "Gak usah sok ceramah lo, pergi lo dari sini. Muak gue tau gak!"

KARA |Serendipity|Where stories live. Discover now