Bab 1 ; Masuk Sekolah

310 73 19
                                    

Vereshia berjalan memasuki pekarangan SMA Jaksanagara dengan buku di tangannya. Langkahnya terlihat berirama dengan kedua tangannya yang mengepal di samping tubuhnya. Gadis itu melangkahkan kakinya pasti, tanpa mempedulikan pandangan orang-orang yang mengarah kepadanya. 

Hari ini, gadis itu telah resmi menjadi murid baru di SMA Jaksanagara. Yang di mana merupakan sekolah favorit di daerah Jakarta. Bukan hanya berisi anak-anak ambis, tapi SMA Jaksanagara terkenal dengan kaum adam yang memiliki paras tampan. Apalagi kakak tingkatnya, yang terlihat begitu menggiurkan untuk di tatap. 

Vereshia memeluk bukunya erat. Sedikit merasa gugup karena beberapa pasang mata, terus melihat ke arahnya.  Oke, mari kita berpikir positif. Mungkin Vereshia terlalu cantik, makanya sekarang jadi pusat perhatian. Bener gak? 

Tidak memikirkan tatapan orang lebih lanjut. Vereshia memilih untuk terus berjalan menuju ruang kepala sekolah. 

Selamat datang di sekolah baru!

****

Vereshia tengah duduk di kursi paling pojok sambil mendengarkan Bu Rara yang sedang menjelaskan materi. Pagi-pagi gini, pelajarannya sudah bikin otak mikir sekali. Matematika di jam pertama, membuat otak Vereshia jadi pusing. Di tambah, Vereshia yang benci sekali dengan matematika. Hal ini membuat Vereshia sempat kewalahan karena materi yang kebanyakan. 

Vereshia sebenarnya gak mau dengerin penjelasan Bu Rara. Tapi, berhubung dia murid baru di SMA Jaksanagara. Gak mungkin dong, dia langsung bar-bar begitu. Murid baru harus sok alim dulu, biar dapat first impression yang bagus. Bener gak? Lagipula, mau ngobrol juga, Vereshia belum kenal dengan siapa-siapa di kelas ini. Teman sebangkunya sedari tadi juga hanya tidur-tiduran. Vereshia ingin mengajak ngobrol juga jadi malu-malu kucing. 

"CLARETTA!" Teriak Bu Rara menggelegar. 

Seluruh pasang mata menatap sosok perempuan yang di panggil Bu Rara. Merasa tidak ada respon apapun dari si pemilik nama, Bu Rara menghela napas dan berkacak pinggang di depan kelas. 

"Tamat riwayat lo, Ta!" Ucap Naddela yang duduk di hadapan Claretta. 

Vereshia mengerutkan keningnya. Claretta tuh yang mana? Maklum ya, namanya juga anak baru. Vereshia masih belum kenal sama teman-teman sekelasnya. 

"CLARETTA MAHARANI!" Teriak Bu Rara lebih kencang. Guru itu masih berkutik di depan papan tulis dengan tangan di pinggang. 

"Ta! Claretta!" Panggil Naddela pelan. 

Vereshia mengangkat satu alisnya, ketika melihat Naddela yang sedang berusaha memanggil teman di sebelahnya. 

"Eh, bangunin dong tuh bocah." Ucap Naddela kepada Vereshia. 

Vereshia berpikir sejenak. Maaf, ya, Vereshia anaknya emang agak lemot. Berpikir selama kurang lebih 1 menit. Akhirnya, Vereshia paham apa yang di maksud Naddela. Jadi, yang duduk di sebelah gue tuh Claretta. 

Vereshia menepuk bahu kanan Claretta pelan. Oke, gak ada respon. Kayaknya ini anak bukan tidur lagi deh. Tapi, mati suri. Eh, becanda, Ta!  Vereshia menepuk bahunya lagi, tapi kali ini lebih keras. Oke, masih belum ada respon. Terus, Vereshia harus gimana dong sekarang? 

"Buset dah ini bocah tidur apa pingsan anjir! Lebih keras lagi, Ver!" Seru Naddela kepada Vereshia. 

"Pukul aja yang keras sekalian. Biar bangun." Ucap Austrin, cewek yang duduk di sebelah Naddela. 

Vereshia mengikuti saran kedua cewek itu. Akhirnya, Vereshia memukul bahu Claretta dengan keras. Ya, gak sekeras tampolan Iron Man sih. Tapi, cukup keras lah kalau seukuran cewek. 

PLAK!

"Mantep!" Seru Naddela ketika mendengar bunyi pukulan itu. 

"Aduh! Woi, siapa yang mukul gue?!" Teriak Claretta sewot. Cewek itu masih belum menyadari kalau ia sedang menjadi pusat perhatian di kelasnya. 

"CLARETTA!" Panggil Bu Rara sekali lagi. 

"Ini siapa juga lagi yang manggil! Gak tau orang lagi tidur apa. Ganggu aja!" Seru Claretta. Cewek itu tidak menatap sekitar. Sedari tadi ia sibuk mengusap bahunya yang sedikit memerah. 

"CLARETTA! SAYA INI GURU KAMU LOH YA!" Teriak Bu Rara membuat mata Claretta melotot. Dengan cepat ia berdiri dari kursi, menghadap ke arah Bu Rara dan menunduk berkali-kali. 

"Ya ampun, Bu! Maaf, bu, saya gak tau. Astaga! Maaf, ya, Bu. Maaf!" Ucapnya sambil membentuk kedua tangan yang melipat. 

"Kamu ini, bukannya dengerin penjelasan saya malah tidur! Kerjain halaman 25-30 sana di luar!" Perintah Bu Rara. 

Noh kan mampus! 

"Mati lo, Ta!" Seru Naddela pelan yang di balas delikan mata dari Claretta. 

Claretta menengok ke meja sebelahnya. Memberikan kode mata kepada temannya, untuk meminjam buku catatan materi hari ini. Ya, sehabisnya ia gak pernah nyatet kalo ada pelajaran Bu Rara. Wong, nyatet saja gak pernah di baca. 

"Jeanne! Minjem buku catatan dong!" Ucap Claretta pelan. 

Jeanne memberikan bukunya ke Claretta. "Balikin loh, ya!" Seru Jeanne yang di balas acungan jempol dari Claretta. Kemudian, cewek itu beranjak keluar kelas. 

Vereshia menggeleng-gelengkan kepalanya. Seru juga nih anaknya! 

"Jeanne, pindah sini aja lo! Daripada duduk sendirian!" Ucap Austrin menyuruh Jeanne duduk di sebelah Vereshia. "Gak apa-apa kan, kalo Jeanne duduk di sini? Lagian tambah temen baru juga, hehe. Oh iya, kenalin gue Austrin. Kalo yang di sebelah gue namanya Naddela. Nah, kalo dia Jeanne. Salken, ya!" Lanjutnya kepada Vereshia.

***

Jadi, gimana dengan chapter pertama ini? 

Bingung atau udah paham? 

STEVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang