[9] Truly Love You

Mulai dari awal
                                    

Satu jam sudah berlalu dan ini benar-benar hening! Aku duduk mengerjakan tugas sementara Fro memeriksa tugas lain yang kukerjakan tadi. Apa ia tidak sadar kalau aku sedang sakit? Kenapa ia tidak bertanya keadaanku selama seminggu ini? Kenapa ia bersikap dingin?

"A-"

Telepon berbunyi yang membuat ucapanku terhenti. Fro segera mengambil lalu mengangkatnya. Aku bisa menebak itu dari Tamara karena Fro langsung mengiyakan seluruh ucapan dari sang penelepon. Biasanya ia selalu berkata 'tidak' pada semua orang.

"Aku harus ke rumah Tamara." Fro merapikan buku-bukunya setelah ia mematikan telepon. "Tamara memintaku datang lebih awal karena ia akan pergi. Kamu sudah bisa tanpaku."

Sudah kuduga... Ia pasti tidak bisa menolak kalau itu dari Tamara. Tapi, kenapa aku yang harus dikorbankan?

Saat aku hendak mengerjakan soal, tiba-tiba kepalaku pusing. Seluruh pandanganku buram. Telepon... Dengan lemas, aku mengambil telepon dari atas meja, membuka kontak. Edgar ....

"Hyolin, ada apa?"

"To-tolong aku ...."

"Hei, kamu kenapa?"

Aku hendak menjawab, namun seketika pandangan menjadi gelap.

"Kalau kamu sedang tidak enak badan, seharusnya jangan memaksa untuk belajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau kamu sedang tidak enak badan, seharusnya jangan memaksa untuk belajar."

Edgar menempelkan tangannya pada dahiku. "Sehabis ini kamu langsung tidur, jangan melakukan hal lain sebelum keadaanmu membaik." 

Aku mengangguk pelan. Edgar memang baik. Ia datang hanya dua menit dengan membawa obat yang berada dalam plastik. Sepertinya ia tahu kalau aku sedang tidak enak badan dari nada bicaraku yang parau.

"Hyolin."

"I-iya?"

Edgar memegang kedua tanganku yang tentunya membuatku terkejut. Ia menatap kedua mataku dengan lekat. Kenapa jantungku menjadi tidak karuan seperti ini? Jangan-jangan ....

"Hyolin, aku tahu kita baru dekat seminggu. Aku tahu aku tidak bisa menjagamu sewaktu di bar. Tapi, ijinkan aku menjagamu mulai dari sekarang. Aku menyukaimu, Hyolin. Maukah kamu menjadi pacarku?"

A-aku ....

Aku harus bilang apa? Aku memang suka pada Edgar, tapi itu dulu. Sekarang hatiku... Aku menyukai Fro. Tapi, Fro terlihat tidak peduli. Bahkan, ia tidak menanyakan keadaanku padahal jelas sejak tadi aku batuk-batuk.

"Iya, aku mau."

Edgar tersenyum. "Terima kasih, Hyolin."

Edgar melepas tangannya dan langsung memelukku. Aku terdiam untuk sejenak lalu membalas pelukannya.

"Ekhem."

Dehaman tersebut membuat kegiatanku dan Edgar terhenti. Kami menoleh ke arah sumber suara. Fro? Sedang apa ia di sini? Bukankah ia seharusnya mengajar Tamara?

Treat You Like An Enemy | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang