[5] So Be It

1K 232 1.4K
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

"Hari ini kamu menang, bergembiralah. Tapi, lihat saja. Kemenanganmu itu akan segera menjadi milikku."

[5] So Be It

Dering telepon membuat Fro memundurkan langkahnya, berjalan menuju meja. Tangannya mengambil handphone untuk melihat sang penelepon.

"Pulanglah. Aku akan datang nanti, jadi persiapkan dirimu."

Tanpa menjawab, aku melangkahkan kaki pergi. Memangnya, siapa yang mau berlama-lama dengan guru iblis sepertimu?

 Memangnya, siapa yang mau berlama-lama dengan guru iblis sepertimu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawa menggelegar dari ujung sana membuatku mengerucutkan bibir.

"Clar, aku serius. Dia benar-benar menyebalkan."

"Dan mamamu sengaja memilih orang yang mampu melawan seluruh sifat jahilmu."

"Tenang saja, itu belum seberapa. Aku masih menyimpan satu senjata yang akan digunakan saat darurat."

"Aku tidak sabar ingin mengetahui siapa pemenangnya."

Saat aku hendak menjawab ucapan Clar, ketukan pintu terdengar. Itu Fro! Aku berpamitan kepada Clar, lalu mematikan telepon secara sepihak. Setelah itu, aku menaruh handphone di atas meja.

Eh, eh. Aku menyeimbangkan tubuh saat hendak terjatuh. Untung tidak tersenggol. Dengan melompati tali putih tipis, aku berjalan menuju pintu, lalu membukanya.

"Jarakmu dari sofa dengan pintu tidak seluas taman kota. Kenapa lama sekali membukanya?"

Ugh, benar-benar, ya. Rasanya aku ingin sekali mengambil tali rafia, mengikat tubuhnya lalu kuseret keliling kota. Atau, pergi ke tempat penyihir untuk membuat guru iblis itu menjadi pelayanku. Selamanya.

Senyum jahilku langsung meredup ketika suara deheman dari guru iblis itu membangunkan lamunan. Beraninya ia menghapus keinginan jahatku dalam sekejap.

"Kamu ingin aku mengajarmu di depan pintu?"

Benar! Hampir saja lupa. Setelah mempersilakan guru itu masuk, aku berjalan beriringan dengannya. Saat mendekati tali putih, aku sengaja menginjaknya. Berharap guru iblis itu terkena senjataku, ternyata aku salah. Salah besar.

Treat You Like An Enemy | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang