05 : Sebuah Ketakutan

34.1K 6.5K 525
                                    

Lagi mikir nih, gimana caranya ini lapak rame ya? Kalau nggak dikasih target, tante-tante pada nggak mau komentar nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi mikir nih, gimana caranya ini lapak rame ya? Kalau nggak dikasih target, tante-tante pada nggak mau komentar nih. Sedih deh Lingga🥺

 Sedih deh Lingga🥺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas!"

Aku langsung menghampiri Mas Aga, memeluknya dengan perasaan tidak menentu. Aku sudah di rumah, menunggu Mas Aga. Tadi siang, aku ditemani Marinka dan tim legal Marin Manajemen ke pihak berwajib. Kami melaporkan Kak Airin atas kasus penipuan terhadapku.

"Kamu nggak papakan?" Mas Aga bertanya sembari memeriksaku, dia memutar badanku ke kanan dan ke kiri. Memeriksa kira-kira ada lecet tidak pada diriku.

Aku memutar mataku sebal. "Secara fisik aku oke, Mas." Aku menggerutu sembari melepaskan diri dan duduk di sofa.

Lingga sedang bermain bersama Mbak Nuri ruangan yang memang berisi segala macam mainan milik Lingga. Aku dan Mas Aga perlu membicarakan soal permasalahan yang menimpaku. Artikel yang terbit juga semakin menggila, lama-lama seperti teori konspirasi.

"Berapa besar yang diambil Airin?" tanya Mas Aga dengan matanya yang menatapku tajam.

Aku menundukkan kepalaku, kedua tangannku saling bertaut. Aku merasa gelisah untuk mengatakannya. Karena, menurutku ini bukan jumlah yang sedikit. Korbannya juga tidak hanya satu atau dua orang.

"Ocha ...." Mas Aga menggenggam tanganku. Dia mengangkat daguku, memaksaku untuk menatap matanya.

"Sejauh ini sudah terhitung sebesar 105 juta rupiah," sahutku pelan dengan mata yang memelas.

Kenapa aku bilang sejauh ini? Karena baru ini yang melaporkan dengan membawa bukti penipuan yang mereka miliki. Semuanya ditransfer ke rekening Kak Airin.

Mas Aga membawaku ke dalam pelukannya. Kini aku tidak bisa lagi untuk tidak menangis. Aku sangat-sangat takut luar biasa. Rasa kecewaku pada Kak Airin juga sangat besar. Aku menangis di dalam pelukan Mas Aga. Aku dapat merasakan usapan pelan Mas Aga di bagian belakang kepalaku.

"Nggak papa, ada Mas di sini," tutur Mas Aga yang sedikit menenangkanku.

Aku beruntung Mas Aga ada di sini, memelukku dan menenangkanku. Dulu, saat Mas Aga tertimpa masalah aku hanya bisa menangis sebari membaca buku top secret. Tidak terbayang olehku bagaimana perasaan Mas Aga saat itu.

Jumpalitan Dunia Ocha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang