Omake | Aku Tidak Takut

1K 230 61
                                    

"AH!" Jungkook hampir menjatuhkan ponsel yang ia pegang sedari tadi. Matanya bergetar, ia mengeratkan cengkeraman pada pegangan tangga. Anak itu menarik napas panjang. Mendongak, dengan kaku, melirik takut pada tangga yang bermuara di lantai dua.

"Tidak. Aku tidak melihat apapun." Ia menggeleng ribut.

Malam ini listrik mati, dan sialnya, hanya Jungkook yang masih terjaga, setelah menyelesaikan game online yang ternyata memakan waktu hampir dua jam. 

Ia benar-benar sendirian di ruang tengah. Seokjin masih di kantor, sedangkan Yoongie dan Hoseok sudah tidur terlebih dahulu. Mendadak, remaja itu menyesal karena tak mengikuti ucapan sang paman untuk tidur lebih awal.

"Hoseokie Hyung?" ia memanggil. Berharap sosok yang ada di lantai dua menoleh untuk menjawab panggilannya.

Tidak ada jawaban. Jungkook mengeratkan kepalan tangannya takut. Itu bukan Hoseok.

Matanya berair, anak itu hampir menangis ketakutan. Ia menggigit bibir. 

"Hantu itu tidak ada, Jungkook-ssi ... kau hanya melihatnya di film," ia berujar pada dirinya sendiri.

Tapi ... bagaimana jika memang ada, dan yang barusan ia lihat di lantai dua adalah salah satu dari 'mereka'?

"Hei, ayolah. Kenapa jadi penakut seperti ini?" Jungkook tertawa sumbang. Tertanam pada kepalanya, derajat manusia yang lebih di atas. Setan, hantu, atau apalah itu, mereka lebih rendah dari manusia.

Mudah untuk dipikirkan, tapi tidak untuk dilakukan, karena segera setelah meyakinkan diri, bulu kuduknya berdiri. Ia mengusap tengkuk. Takut membuatnya mengurungkan niat untuk menuju kamar di lantai dua. 

Ia berani ... sebenarnya. Tapi membayangkan bagaimana wujud mahkluk yang akan ia temui membuatnya parno sendiri. Mungkin tidak apa, jika yang ia lihat hanya sekelebat bayangan. Tapi, bagaimana jika wajahnya rusak? Penuh darah? Atau bahkan tidak memiliki kepala?

Teorinya tentang derajat manusia melebur seketika.

"O-oke, aku akan menunggu saja. Jin Hyung akan segera pulang," ia merapal kalimat yang sama dalam benak. Berjalan pelan, dan duduk di sofa lantai bawah. Ia mengirim pesan, bertanya apakah Seokjin sudah dalam perjalanan pulang.

Tetapi, yang ia dapatkan, justru di luar ekspetasi. Seokjin membalas bahwa ia akan menginap di kantor. Hujannya terlalu deras. Jalanan pasti sangat licin. Terlalu berbahaya jika ia memaksa untuk pulang.

Oh, ayolah ... ini pukul satu dini hari, dan listrik belum menyala. 

Jungkook memberanikan diri untuk menatap sekitar. Dapur, ruang tengah, dan ruang tamu aman. Tidak ada siapapun atau apapun, hanya dinginnya udara yang menusuk kulit, dan suara hujan serta guntur membuatnya tak berhenti mengelus tengkuk.

Cepatlah menyala, ini menakutkan ....

Menarik napas panjang, Jungkook membulatkan tekad. Ia tidak mungkin menunggu, atau tidur di sini hingga pagi tiba, sebab kemungkinan besar, listrik akan menyala esok hari, ketika hujan telah berhenti. 

Ini juga terlalu dingin, Jungkook merindukan selimut tebalnya. Tapi, ia takut untuk naik. Sosok putih di penghujung tangga, Jungkook yakin, ia melihatnya. Dan menuju kamarnya, itu berarti Jungkook harus mengucap salam padanya.

Jungkook menarik napas. Bertekad untuk menjadi berani dengan memilih opsi kedua. Itu lebih baik, menurutnya, mengingat baterai yang sudah tak banyak lagi, memungkinkan ponselnya untuk mati sewaktu-waktu.

Baiklah ....

Jungkook berdiri. Ia akan merapal doa sepanjang jalan, mengucap permisi ketika sampai di lantai dua, lalu segera berlari menuju kamarnya. Ya ... rencana sempurna.

"A-ayo, aku tidak takut pada hantu--JANGAN MENDEKAT!!" Ia spontan berseru. Memasang kuda-kuda siap tempur, kala ia merasa mendapat tepukan di punggung. Matanya memejam rapat, dengan sikap siap dan tangan terkepal. Sampai ketika cahaya senter menusuk kelopak, baru ia berani membuka mata.

Hantu tidak sepintar itu untuk menyalakan senter, 'kan?

"Kook?" Matanya membulat.

"Kau? Hoseokie ... Hyung?" Jung Hoseok mengernyit heran. Menatap aneh sang keponakan yang memasang sikap siap tarung. 

"Ada apa? Ayo segera tidur." Jungkook tersenyum lega. Ia mengikuti Hoseok yang berjalan lebih dulu dengan membawa lampu senter. Anak itu mengelus dada. Apa yang ada di pikirannya tidak muncul, untungnya ....

"Untung saja itu kau, Hyung. Kupikir, itu ... "

"Hantu?" potong Hoseok. Jungkook tertawa pelan, ia malu.

"Tidak ada yang namanya hantu, Kook," sang Paman melanjutkan. Jungkook mengangguk.

"Iya, tidak ada, dan aku tidak takut." Sekali lagi, Jungkook menghela napas lega ketika berhasil  sampai di lantai dua. Sosok putih yang ia lihat, rupanya hanyalah kemeja kerja Seokjin yang diletakkan tidak pada tempatnya.

Huh ... kali ini ia benar-benar percaya bahwa hantu hanya ada dalam film dan cerita fiksi.

"Segera tidur, besok kau sekolah," Hoseok berujar. Jungkook mengangguk cepat. Tentu, ia jera tidak menuruti ucapan Hoseok. Tangannya membuka pintu kamar, namun sebelumnya, Jungkook menyempatkan diri untuk melirik ke lantai bawah.

Napasnya tertahan, Jungkook mematung.

Kalau hantu itu tidak ada, maka ... siapa sosok putih yang sedang duduk di sofa lantai satu?

"A-apa?"

Dan menoleh pada Jungkook dengan senyum lebar mengerikan pada wajah rusaknya.





Omake End

ADORABLE YOONG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang