(24)

2.4K 178 28
                                    

Terlihat siluet seorang gadis tengah berdiri dibelakang pembatas balkon kamarnya. Berdiri menikmati semilir angin malam yang perlahan membelai wajah cantiknya. Jari lentiknya memegang secangkir kopi dan sesekali bibir ranumnya menyesapnya. Malam ini bulan tidak memamerkan sinarnya,begitupula dengan bintang. Tidak ada secercah cahaya pun yang menghiasi langit malam. Langit tampak mendung,persis seperti suasana hatinya.

Sudah tiga minggu sejak ia berkunjung kerumah Alena. Sejak saat itu pula ia belum bertemu lagi dengan temannya yang menyandang nama Giessen. Setitik rasa ingin bertemu hinggap dihatinya. Ia ingin menatap wajahnya,ia ingin mendengar suara ketusnya,ia ingin berdebat dengannya. Apakah ini yang dinamakan rindu? Tapi mengapa muncul rasa seperti ini. Jujur saja sampai sekarang pun ia tidak paham dengan perasaannya sendiri.

Tidak hanya memikirkan hal itu. Ia juga memikirkan kekasihnya. Kekasih? Ya dia memiliki kekasih. Satu minggu yang lalu dirinya resmi berhubungan dengan Gavin,sebagai kekasih. Tetapi apa,sejak saat itu pula mereka jarang sekali menghabiskan waktu bersama. Mereka hanya bertemu saat berangkat dan pulang sekolah,selebihnya tidak. Gavin kata ia sibuk. Dan lagi-lagi Glen hanya mengangguk memaklumi. Dia sebenarnya serius tidak? Pertanyaan itu sering sekali muncul dalam benaknya. Beberapa orang mengatakan bahwa Gavin hanya mempermainkannya. Tetapi ia selalu menepis pernyataan itu. Ia selalu mencoba untuk mempercayai kekasihnya itu.

Saat sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri,tiba-tiba ada sebuah tangan menyentuh pelan pundaknya. Reflek ia menoleh kebelakang, dan terlihat sang mama berdiri disana,menampilkan senyum hangat seorang ibu.

"Mael ngagetin aja ih,coba kalo tadi itu abang. Melayang nih kopi" ujar Glen

"Halah,udah ah ayo masuk tutup pintunya. Sebentar lagi hujan turun,sebaiknya kamu tidur Glen" ucap Elyana,Glen mendengus

"Ganggu aja si mael" ujar Glen tanpa sadar,Elyana mendelik

"Maksud kamu ngomong kaya gitu apa yah sayang?"

"Eh eh engga mah,bukan apa-apa. Iya iya Glen masuk" Glen langsung ngacir masuk dan menenggelamkan dirinya kedalam selimut. Elyana hanya geleng-geleng kepala kemudian menutup pintu balkon.

"Kemarin tante Alena nelpon mama loh" ucap Elyana sambil membereskan buku-bukh Glen yang berserakan dibawah. Dari tempatnya Glen melirik sang mama.

"Alhamdulillah, novel plus-plus nya udah gue simpen. Coba kalo belum,bisa dibakar abis sama mael" batin Glen bersyukur

"Emang bener yah kamu abis kerumahnya? Kamu engga bikin rusuh kan Glen?" tanya Elyana memastikan.

Deg.

"Duh! Gimana nih,massa iya gue bilang masalah gue sama si kumis sih. Bisa abis gue"

"Engga ko mah,Glen kan anak baik" jawab Glen memilih berbohong. Kini ia menegakkan tubuhnya menjadi duduk. Elyana melirik tajam ke arah Glen. Glen menelan salivanya gugup.

"Oke mama percaya" Ujar Elyana,Glen menghela napas lega.

"Iya mama percaya kalo kamu itu BOHONG!" lanjut Elyana mendelik kearah Glen. Mampus kamu Glen!

"Bo-bohong apa mah? Glen jujur" Ucap Glen tergagap. Kebiasaan Glen nih,suka ngeles. Readers jangan begitu yah,engga baik.

"Kamu ngerusak palang masuk kompleknya tante len kan? Sampe dikejar-kejar satpam komplek? Ngaku kamu Glen!" kini Elyana memfokuskan dirinya penuh kepada Glen. Glen kicep,semua yang dikatakan sang mama itu benar adanya.

"Untung ada Alena,coba kalo engga ada. Bisa diarak kamu. Besok-besok jangan kaya gitu lagi" ujar Elyana lebih tenang. Lagi,Glen menghela napas lega. Tapi itu hanya sebentar,kini napasnya tercekat. Saat sang mama berjalan kearah rak bukunya. Disana ia menyimpan koleksi novel plus-plusnya! Belum sempat ia mencegah sang mama,ditangan Elyana sudah ada salah satu novel bergenre dewasa milik Glen. Hening melanda kamar luas milik Glen. Sepersekian detik kemudian

Naefa [Selesai]Where stories live. Discover now