(1) Gadis mesum.

31K 552 4
                                    

Dug! Dug! Dug!

Bukan suara bedug, bukan pula gendang. Melainkan suara sepatu yang dipukul-pukulkan ke dinding. Sepanjang koridor, suara itu terus terdengar seiring dengan langkah ringan seorang gadis. Tangan nakalnya tak pernah bosan menciptakan gambar cap sepatu yang terlihat jelas di tembok sekolahnya itu.

"Gambar ciptaan gue memang nggak pernah jelek." ujarnya menepuk dada. Mengabaikan karyanya, ia kembali berjalan sembari bernyanyi ria.

Dug! Dug! Dug!

"Digeboy geboy mujair, nang-ning-nong, nang-ning-nong pak guli pak, bang dung ding ser ser ser!" serunya menggoyangkan pinggul. Surai hitam legamnya ikut berayun lembut seiring tubuhnya bergerak. Kedua sepatu yang dipegangnya ia putar-putarkan ke udara. Nampak sangat menikmati apa yang ia lakukan. Sampai-sampai tidak sadar, bahwa di depan sana ada seorang pemuda yang tengah berjalan ke arahnya tanpa memperhatikan sekitar.

"Mustopa jadi nggak kuat, mustopa tergila-gila mustop--"

Bruk!

"Duh, kalau jalan pakai kaki dong!" pekik nya galak ketika tubuhnya terdorong mundur akibat bertubrukan dengan dada bidang seorang pemuda berwajah kebarat-baratan. Kedua sepatunya ia banting ke lantai agar terlihat kejam.

"Lo yang jalan nggak pakai mata! Awas minggir gue mau lewat!" Tak mau kalah, pemuda itu ikut berseru. Menatap tajam sang gadis.

"Nggak ada sejarahnya jalan pakai mata!"

"Ya berarti gue benar dong, LO JALAN NGGAK PAKAI MATA!"

"Oh iya yah." cicit si gadis terlihat berfikir.

"Gadis aneh, awas minggir gue mau lewat!" Saat lelaki itu hendak melangkah pergi, tubuhnya ditahan oleh sang gadis.

"Ah Abang, buru-buru banget. Mau kemana sih?" ucapnya mencolek dagu pemuda di depannya.

"Heh! Colek-colek sembarangan!"

Terkikik geli, kini pandangannya beralih ke name tag yang lelaki itu pakai. "Akh...akhh..."

"Jangan mendesah di depan gue!" ujar pemuda itu menatap horor si gadis.

"Akh akh akhh...."

"Gue bilang, jangan mendesah di depan gue! Lo tuli?!"

"Itu nama depan lo ogeb! Coba-coba lihat, nama panjang lo siapa."

"Eh mau apa lo! Grepe-grepe gue yah?!" jeritnya histeris ketika tangan si gadis bergerak cepat menyingkirkan kedua tangan yang sengaja ia silangkan di depan dada.

"Sini Bang, adek grepe-grepe...." sahutnya mengedip-ngedipkan mata menggoda.

"Cewe gila!"

"Iya adek gila gara-gara Abang...."

"Benar-benar nih cewe, otaknya cuma setengah!"

"Lah apaansih lo! Gue tuh cuma mau tahu nama panjang lo elah!" Seperti bunglon, nada bicara sang gadis kembali berubah. Wajah genit yang sempat terlihat kembali menjadi seram.

"Kepo lo! Awas minggir!"

"Sun dulu dong, baru minggir."

"DASAR CEWE GILA!"

"Hahaha..." Tawa sang gadis pecah. Melihat wajah lawannya yang kini memerah karena geram.

Dengan segala rasa kesal yang terpendam, laki-laki tersebut pun berlalu. Saat matanya melihat kaki putih si gadis yang tak berlapiskan apa-apa, dengan

"Argh!" erang sang gadis saat kaki telanjangnya di injak. "Dasar lo yah cowo tak berperasaan! Kaki gue sakit ogeb! Awas ya kalo ketemu! Gue potong anu lo!" teriaknya menggebu-gebu.

"Anu apa Glen?"

"Eh pak Iwan! Hehe enggak ada pak! Saya permisi." Gadis bernama Glen itupun  meninggalkan koridor sekolah dan menuju kelas.

Gimana-gimana? Lanjut ngga nieh??
Bintang nyaa bintangg nyaa biar author semangat!

Tehdy-
30 April 2020.

Naefa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang