Bab 14

48.5K 5.8K 168
                                    

Telinga Raksa masih disuguhkan pertanyaan teman Ayel, yang kini Raksa ketahui bernama Adis. Tak hanya pertanyaan saja yang terlontar, berbagai pujian kagum terus saja terucap. Adis pula tak hentinya bercerita tentang kisah persahabatan mereka berdua. Intinya Raksa seperti sedang mendengarkan anaknya yang sangat antusias menceritakan keseharian yang dilaluinya, setelah terpisah lama.

Bagaimana dengan Ayel? Setelah menghabiskan makanan Wanita itu hanya memandangi temannya yang mendadak menjadi juru bicaranya, sesekali ia mendesah kesal akibat kelemesan mulut Adis yang tak terkontrol. Apakah semua tingkah dan sifat buruknya akan terbongkar di depan lelaki yang Adis sendiri pun tak tahu maksud kedatangan mendadak kehadapannya ini.

"Kak Raksa, kita berdua temenan dari kecil, lebih tepatnya sih dari sekolah dasar." Lanjutnya Adis menceritakan awal mereka berteman dengan antusias. "Dulu Ayel ini cengeng banget, masa waktu dianter ke sekolah, ibuknya pergi pulang dia nangis mau ikut."

Ayel memandang kesal sahabat tak tahu dirinya itu. "Ngaco Lo!" Ucapnya kesal.

Adis tak menghiraukan delikan kesal Ayel, ia hanya memberi isyarat menyuruh Ayel tetap diam, duduk manis saja. "Terus ya Kak, Ayel itu orangnya penakuttt bangettt." Lanjutnya siap akan melanjutkan bercerita.

"Oh ya?" Respon Raksa, ia ikut antusias mendengar suara wanita itu yang begitu bersemangat menceritakan, dirinya pun senang mengetahui lebih dalam tentang Aeleanne, karena jika menunggu wanita itu menceritakan sendiri, tampaknya sulit. Sedari tadi saja ia enggan membuka suara, hanya merespon ucapan temannya yang membuka aib dirinya.

"Iyaa!" Adis menepuk tangan ketika mengingat satu momen lucu. "Kan waktu itu kita abis nonton bareng, film horor, sama teman-teman lain juga, rame-rame. Terus ni Ayel dengan pedenya berani nyelesain film yang kebanyakan scene hantu kepala gantung." Adis ikut bergedik mengingat film itu.

"Nah! Terus waktu film nya udah selesai baru deh respon ketakutannya keluar, posisinya tuh kita lagi minap bareng, pagi-pagi Ayel masih mandi kedengaran sih suara air nya cebar-cebur tergesa gitu, eh terus Ayel keluar kamar mandi sambil teriak keras." Cerita Adis terhenti karena berulang kali meringis, merasakan pedasnya cubitan Ayel.

"Sakit." Adis menepis tangan Ayel.

"Ya makanya, udahan Lo ngedongeng sok-sokan mau ngalahin pentas wayang di lapangan samping?" Geramnya, pentas wayang yang di maksud Ayel adalah pentas wayang di lapangan dekat kostan Adis. Yang sering digelar ketika malam hari, saat-saat tertentu.

"Terus?" Tanya Raksa menghentikan perdebatan dua wanita itu, dirinya penasaran dengan kelanjutan cerita itu. Raksa tersentak ketika mendapat tatapan tak bersahabat dari Ayel, apakah dirinya salah antusias mendengar cerita itu. Tatapannya kembali tajam syarat akan dendam, melihat binar antusias Raksa ketika Adis melanjutkan bercerita.

"Si Ayel keluar teriak ketakutan, katanya, waktu nyiram air 'kan matanya mejem, nah yang ada di pikirannya penuh sama potret hantu di film tadi." Adis tertawa mengejek Ayel. "Padahal Ayel keluar tuhh posisinya lagi penuh sampo di kepalanya."

Raksa tertawa membayangkan Ayel keluar dengan kondisi seperti itu, otaknya sontak saja traveling kemana-mana. "Mohon maaf Om, aku luar make handuk ya, dasar mesum pasti udah mikir aneh-aneh!" Ayel menatap kesal lelaki itu, yang sepertinya sedang berpikiran aneh-aneh. Raksa yang masih tertawa sontak saja tersendat ludahnya sendiri.

Ia harus membersihkan otak dan pikirannya setelah ini, sepertinya ada yang tidak beres dengan tubuhnya.

"Tuh! Handphone Lo bunyi." Ayel memberitahu Adis meskipun nada suaranya terdengar tak bersahabat.

Dengan cepat Adis mengangkat telepon yang ternyata dari Bany. Adis sengaja menghindar agak jauh dari mereka agar lebih nyaman berbicara.

Setelah kepergian Adis untuk mengangkat telepon, Ayel hanya diam tak berniat membuka perbincangan sedikit pun. Ayel yang masih kesal mengalihkan kegiatan dengan fokus bermain handphone. Meskipun kegiatannya hanya random membuka instagram, scroll beranda lalu buka-buka eksplor.

Centang Biru ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang