18 - Ayo Balikan!

Mulai dari awal
                                    

"Lo pergi dari hadapan gue sekarang." Leyna menunjuk ke arah ujung koridor dengan sorot mata menatap Leo tajam.

"Maafin gue," pinta Leo, mendekat hendak mengikis jarak, hingga punggung Leyna menabrak pintu gudang. Sontak ia langsung mendorong dada Leo dengan kasar. Namun itu nampak tak menggentarkan nyalinya sama sekali.

"Plis maafin gue, beri gue kesempatan sekali lagi." Leo kembali mendekat. Raut wajahnya amat menyesal tapi Leyna tak mau lagi-lagi tertipu.

"Perasaan gue ke lo itu kaya dinosaurus," ujar Leyna ketus sembari menahan dada Leo supaya tak mendekat lebih dari ini.

"Loh kenapa gitu?" Air mukanya terlihat sangat penasaran.

"Udah punah!"

"Kalau lo ga mau balikan, terus buat apa hati gue dicipatin?" tanya Leo memelas.

"Detoksifikasi darah, membuang billirubin, menyimpan glikogen dan lain-lain," jawab Leyna sembari menghitung menggunakan jari-jari tangan.

Leo nampak tak gentar sedikitpun. Ia berusaha memeluk gadis itu namun Leyna terus bergerak gusar, hingga pintu gudang terbuka membuat Leo tak melanjutkan aksinya.

Raut wajah Leyna semakin kesal. Tatapannya benar-benar tak bersahabat. Tapi Leo bagai menutup kedua matanya, tak mempedulikan hal itu. Sebelum tujuan yang ia mau tercapai.

"Pergi lo sekarang juga!" usir Leyna lagi-lagi dengan nada suara yang meninggi.

"Ley, beri gue kesempatan sekali lagi," lirih Leo, berkali-kali melakukan usaha hendak memeluk Leyna, namun gadis itu terus memberontak.

"Kalau telinga lo udah ga berfungsi. Mending gue potong aja, gimana?"

Leyna kaget dan langsung menoleh ke belakang. Merasa familiar dengan suara barusan. Ia membuka matanya lebar-lebar memastikan bahwa itu adalah laki-laki yang akhir-akhir ini selalu memberikan kata manis kepadanya. Tidak salah lagi, wajah datar dan angkuh. Serta aura intimidasinya benar-benar terasa. Ia melirik Leo yang nampak kaget.

Leyna menoleh ke arah laki-laki yang duduk di atas meja rusak dan berantakan. "E–Exton kenalin ini Leo, tapi kayanya lo udah kenal." Kembali Leyna mengalihkan pandangannya ke arah Leo yang masih tertegun. "Leo kenalin itu Exton. Atau lo mau berjabat tangan?" tawar Leyna namun dibalas cepat dengan gelengan.

"Gu–gue pergi dulu." Setelah mengucapkan itu Leo langsung lari terbirit-birit-birit hilang dari pandangan. Leyna mengintip sedikit, senyum kemenangan tercetak manis di bibirnya.

Leyna berbalik dengan raut wajah bingung. Melangkah ke arah Exton yang sudah ditemani oleh anggota-anggota inti Zertion. Mereka bersembunyi di balik tembok atas perintah sang Ketua. Dan keluar saat Leyna sudah aman. Semakin membuat kerutan di dahi gadis itu. Kenapa mereka bisa ada di sekolah ini?

Exton berdiri dengan baju seragam menggantung karena tak dimasukkan. Senyum Leyna yang awalnya melebar melihat Exton mendekat tapi perlahan memudar. Kedua bahunya dicengkeram kuat. Kilatan amarah di kedua bola mata Exton memancar. Helaan napasnya terdengar memburu.

"Kamu kenapa pergi ga bilang-bilang!!" Bentak Exton murka. Tangannya mendorong bahu Leyna kencang, tubuh gadis itu oleng namun dengan cepat ia menyeimbangkannya.

Leyna diam seribu bahasa, entah respon apa yang harus diberikan. Semuanya terjadi dengan tiba-tiba dan ia masih belum menyusun satu-persatu di dalam otaknya. Secepat itu kah laki-laki ini berubah? Ooh Leyna lupa, laki-laki ini tidak berubah. Tapi inilah jati diri Exton yang sebenarnya.

Teman-temannya menatap Exton kaget. Mereka masih berusaha mewajarkannya. Karena cara bicara Exton tidak berubah kepada Leyna sudah pasti laki-laki itu hanya kalap.

Napas yang memburu langsung mereda saat melihat wajah manis Leyna. Sorot matanya perlahan meredup. Exton mendekat dan langsung menarik gadis itu ke dalam dekapan. Diusapnya gerai rambut Leyna pelan. Aroma stroberi dari rambut Leyna menyeruak masuk ke indera penciuman Exton.

"Tutup mata Arley, tutup, siaga empat lima!!!" teriak Benji heboh melihat pemandangan di depan mata. Bobby menghamburkan buku-buku dari tas Benji. Langsung menutup kepala Arley dengan tas tersebut.

"Do not leaving me anymore." Suara berat dan penuh kelembutan memasuki pendengaran Leyna teramat sopan. Tak peduli dengan teriakan para setan di belakang. Pelukan Exton tetap hangat seperti yang pertama kali Leyna rasakan.

Leyna tak membalas pelukannya sama sekali. Justru gadis itu mendorong pinggang Exton pelan memberikan kode untuk dilepaskan. Pelukan melonggar, Leyna langsung berbalik pergi meninggalkan Exton dengan raut wajah penuh tanda tanya.

Exton berjalan mendekat ke arah yang lain. Raut wajahnya tetap datar. Tapi pergerakannya amat gusar.

"Gue salah apa?" tanya Exton polos.

"Gue bilang juga apa 'kan? Mending kita tadi masuk ke kelas aja," kata Bobby pasrah. Menyesal terseret arus mereka.

"Kita anak murid baru, jadi gapapa ga masuk kelas juga. Lagian kita tadi telat masuk. Mending nyantai di gudang. Lumayan ga kotor-kotor banget," timpal Benji mengedarkan pandangannya menyapu bersih setiap penjuru ruangan yang cukup besar ini.

Exton menghela napas panjang melihat tak ada yang merespon ucapannya. Ia mengacak-acak rambut terlihat frustasi. Sean melirik sekilas dan langsung menutup buku komik.

"Lo minta maaf," saran Sean mengundang atensi semua temannya. Terlebih lagi Exton, ia mendengar sangat serius.

"Kenapa gue harus minta maaf?" Exton semakin tak mengerti, salahnya dimana coba? Ia tidak melakukan kesalahan bukan?

"Lo kasar." Sean kembali membuka buku komiknya. Melanjutkan bacaan pertanda durasinya sudah selesai. Dan tidak akan bicara lagi.

Terima kasih sudah membaca :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih sudah membaca :)

Tak henti²nya author berterima kasih sama kalian yang selalu ngasih vote dan komen. TERIMA KASIH BANYAK-BANYAK BANGET❤️

Leyna bebas konfliknya akan semakin panas xixi😉

GALEXTON ✔️ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang