18 - Ayo Balikan!

Mulai dari awal
                                    

DUAAR!

ZRAASHH!

Leyna menoleh ke arah luar, hujan turun amat deras. Membuat ketukan-ketukan di genteng sangat berisik terdengar. Menggaruk leher yang tak gatal. Tetap dengan muka tebal yang tak peduli malu, ia melanjutkan kalimatnya.

"Nampaknya cuaca tidak mendukung. Tapi tidak apa-apa yang penting keluarga dari pacar mendukung hubungan kalian. Lebih pentingnya lagi, jika ada dukungan dari teman, bila teman tidak mendukung hati-hati akan ditikung."

"Yang pernah ditikung tolong angkat tangan dan yang suka menikung tolong angkat nyawanya sekarang juga Ya Tuhan." Leyna mengadahkan telapak tangan ke atas seperti orang yang sedang berdoa. Gelak tawa seisi kelas seketika pecah saat itu juga.

"Keluar kamu dari kelas saya!" titah Pak Guru yang jengah karena ulah anak murid ini.

"Saya kan mau menuntut ilmu, Pak," bela Leyna dengan wajah memelas. Kedua ujung jari telunjuknya ia satukan di depan wajah.

"Tidak ada orang menuntut ilmu datang jam setengah sepuluh." Pak Guru berkacak pinggang dengan perut besarnya yang semakin di depan.

"Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," tutur Leyna bijak. Ia memperbaiki dasi yang tergantung di kerah seragam. Setelahnya ia tersenyum canggung saat Pak Guru mengarahkan jari telunjuk ke arah pintu dan air muka yang semakin memerah karena marah.

Dengan perasaan kesal Leyna keluar dari kelas. Duduk di kursi. Menatap sekeliling dengan malas. Sunyi, hanya ditemani suara air hujan yang jatuh membasahi lapangan. Apa tidak ada gitu orang yang diusir dari kelas selain dirinya? Ia merapalkan doa semoga ada yang bernasib sial juga. Doa sepertinya terkabul. Dari kejauhan seorang laki-laki melempar senyum seraya tak melepaskan sorot mata dari Leyna.  

"Leyna, gue kangen sama lo." Mendengar itu Leyna tersenyum lebar dan menular ke laki-laki yang berdiri di depannya sekarang.

"Lo kemana aja semingguan ini, gue khawatir." Ada yang punya kantong plastik hitam? Leyna ingin muntah sekarang juga, mendengar omong kosong dari mulut Leo. Baiklah ia akan beradu akting nampaknya.

"Tapi kok lo ga nyariin gue?" tanya Leyna sok meladeni. Hendak melihat sejauh mana laki-laki ini berbohong.

"Aku nyariin kamu, sayang." Leo meraih tangan Leyna. Digenggamnya erat tersirat bahwa tak ingin melepaskan gadis itu. Leyna lagi-lagi tersenyum mengiyakan.

"Sebentar." Menarik tangannya dari genggaman Leo. Beralih membuka tas sekolah yang masih di punggung. Mengeluarkan beberapa lembar foto dan menunjukkannya kepada Leo.

"Sayang, kita putus, ya," pinta Leyna dengan nada lemah lembut. Senyuman tak luntur di bibir merah alaminya.

Leo langsung merampas foto-foto itu, dimana ia sedang bermesraan dengan wanita lain di taman. Beralih menatap Leyna panik. 

"Kamu dapat dari mana? Kamu udah tau sejak kapan?" Kentara sekali jika laki-laki ini mati kutu. Leyna tak menggubrisnya dan hanya tersenyum. Senyum mengerikan dari bibir gadis yang telah dibohongi.

Leo menarik tangan Leyna secara paksa. Genggaman di pergelangan semakin mengerat kala ia memberontak. Tidak ada Leo yang lembut seperti hari-hari dulu yang pernah dilalui.

Leyna menarik tangannya paksa saat Leo berhenti di depan gudang sekolah. Sedangkan laki-laki itu menatap Leyna sendu. Seperti sangat menyesali atas apa yang diperbuat.

"Leyna, gue sayang sama lo doang, gue ga mau putus dari lo." Leo berusaha meraih tangan gadis itu namun ditangkis dengan cepat. Beralih Leyna menyilangkan tangan di depan dada.

GALEXTON ✔️ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang