2. PEMILIK SEPATU TERBANG

304 160 70
                                    

2. PEMILIK SEPATU TERBANG

"Dari sisi jahat manusia yang kita pandang sebelah mata, selalu ada kebaikan yang tak pernah mungkin kita sangka."

***

Sinar mentari kembali memancar seolah menyambut Ari yang sedang duduk di bangku taman seorang diri. Karena menyadari tali sepatunya yang lepas, ia cepat meraih dan mengikat tali sepatunya. Dengan model rambut jatuh ke samping kanan, membuatnya mendongak menatap sinar yang berhasil menembus celah dedaunan. Matanya mendadak sipit, kilauan itu ditangkap indah olehnya. Namun, tiba-tiba segerombol laki-laki berada tepat di depannya.

"Bum bukannya ini cewek yang nimpuk lo pake sepatu Minggu lalu itu?" tanya polos Bintang.

"Pake nanya lagi lo Tang," balas Venus menatap jengah.

Ari yang menyadari obrolan ke-lima cowok di hadapannya itu langsung mempercepat gerakan mengikat sepatunya, lalu membenarkan posisinya.

"Mau apa lo?" Ari berdiri tepat pada pembatas bangku taman. Tubuhnya seakan terkunci. Jarak Bumi dan kawan-kawannya begitu dekat.

"Gue bilang mau apa lo? Lo budek?" intonasinya kian meninggi. Perasaan takut berhasil menguasai dirinya.

Plakkk!

"Jangan macem-macem ya lo," Ari menampar wajah Bumi yang mendekat padanya.

"Siapa si yang mau macem-macem," pandangan keduanya jatuh saling bertatap. "Gue mau ambil ini," Bumi menunjukkan sehelai daun kecil yang ada pada rambut Ari. "Jadi orang gak usah kegeeran!" Bumi menegaskan kalimatnya tepat di telinga Ari.

"Minggir sana lo," Ari mendorong tubuh cowok di depannya itu. Bumi sedikit memperlihatkan tawa sinis namun manisnya.

"Mau ke mana?"

"Minggir!"

"Iya mau ke mana?" badan Bumi menghalangi arah pergi Ari. Dengan posisi kedua tangan di saku, Bumi terlihat begitu menikmati menggoda Ari. Entah, bisa-bisanya Bumi meluangkan waktunya hanya untuk Ari?

"Mau ke kelas lah, minggir sana!" Ari berusaha berontak badan kekar di hadapannya. Tanpa disadari, keduanya ditonton ke-empat teman Bumi.

"Romantis amat Bos pake pagang-pegang pundak segala," ujar Bintang nyengir. "Sikat bos, cantik," sambungnya.

"Brisik lo! Siapa juga yang pegang-pegang," kedua tangan Ari langsung turun dari pundak Bumi setelah mendapati sindirian halus dari Bintang. Wajahnya berubah memerah, ucapan yang keluar menjadi terbata-bata.

"Wuiidih cantik-cantik galak, fix idaman!" Bintang menujukkan suit tangannya yang sama sekali tidak menimbulkan bunyi. "Pepet teross boss, pepet," ujarnya menyenggol tubuh Bumi dari belakang.

Matahari selalu mencari celah untuknya bisa kabur dari Bumi dan kawan-kawan. Saat menyadari Bumi tengah lengah dari tatapannya karena sedikit berbincang mundur dengan teman-temannya. Matahari mendorong kembali tubuh Bumi hingga Bumi jatuh karena tak sergap dengan serangan tiba-tiba Matahari. Matahari berhasil kabur, sama sekali tidak menghiraukan Bumi yang tersungkur di kelilingi keempat temannya.

***

"Eh lo Ca, ngagetin gue aja," ucap Matahari dengan nafas ngos-ngosan. Alih-alih matanya masih menatap sepanjang jalan koridor yang tengah ia lalui dengan perasaan takut begitu saja.

Bumi untuk Matahari [On Going]Where stories live. Discover now