10. RENGGANG

158 91 134
                                    

10. RENGGANG

"Meski lo di cap sebagai pembuat onar. Lo punya tempat sendiri di hati orang-orang yang dengan sukarela lo tolong dulu, sebagai pahlawan."
—Bintang Zigrid Yafizan

***

"Demi apa kemaren lo gak masuk bolos bareng Bumi?" heboh Caca mondar-mandir ke sana ke mari.

Ari hanya tersenyum mengangguk saja dengan gayanya yang sok elegan. Bola matanya berputar seolah meminta penjelasan kenapa Caca seheboh itu.

"Mending lo duduk daripada mondar-mandir gak jelas," kesal Ari menarik rok Caca. "Udah lo diem, belum selesai gue ceritanya!"

"Aduh Ri pegang tangan gue Ri pegang erat-erat, gue gak tahu bakalan sanggup enggak dengerin kelanjutannya," ujar Caca memejamkan matanya juga mengulurkan kedua tangannya pada Ari.

"Gak jadi," Ari membalikkan pandangannya. "Gak jadi cerita gue," tutur sambungnya yang sudah membelakangi pandangan Caca.

"Lah kenapa?" Bingung Caca menggaruk-garuk kepalanya. "Apa salah dan dosaku sayang?" Caca berdiri dan joget-joget gak jelas di depan Ari.

"Ya abis lebay lo kumat. Belum cerita aja gue udah males duluan yang ada kalo lo terus-terusan begini," Ari membalikkan badannya dan menekuk raut wajahnya.

"Astaga sejak kapan lo jadi baperan gini?" heboh Caca, kedua tangannya ditempelkan pada dagunya. "Jangan-jangaaan... Jangan-jangaaan," ucap Caca dengan intonasi menggoda. Wajahnya nampak mendadak berbinar. Sedangkan Ari masih dengan raut wajah yang ditekuk.

"Udah sini duduk jangan jelalatan mulu napa," Ari menarik kembali rok Caca. "Gak bisa diem amat lo jadi cewek," sambungnya.

"Lah emang lo bisa diem?"

Keduanya tertawa riang. Diam memang bukan type mereka sekali.

Di bawah pohon paling besar di SMA Antariksa. Tepatnya di taman bagian depan. Ari dan Caca bertukar cerita. Saling mewarnai kisah di balik seragamnya.

"Jadi kemaren gue kesiangan. Mang Dul gak ada lo gak asik buat diajak join," terang Ari ketika tawanya kian mereda.

Caca tertawa mendengar pernyataan Ari. Gigi putihnya terlihat saat bersamaan ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Woyajelas Mang Dul mah lulutnya sama gue," sombong Caca dengan tiba-tiba berdiri dan melipatkan kedua tangannya ke depan dada.

Ari tengah jengah melihat kesembronoan temannya yang satu ini. Matanya beberapa detik terpejam seolah tak kuat dengan hal gila yang selalu Caca berikan untuknya.

"Yaa jadi gue pergi makan," tutur sambungnya.

"Lah katanya tadi lo bilang bolos bareng Bumi. Buminya mana?" kepolosan Caca terjadi lagi. Hal-hal yang membuat Ari semakin geram ada saja. Caca memang paling bisa.

"Gue cape suer ngomong sama lo," geramnya menatap tajam Caca. "Muter-muter doang kagak ada ujungnya," sambungnya.

"Dia juga telat sama kayak gue. Makannya gue ajak dia buat pergi bareng," jelasnya setelah mengatur hembusan nafasnya yang sedari tadi keluar dengan kasar.

"알아지?"

Dengan tiba-tiba Ari refleks menggunakan Bahasa Korea karena sangking kewalahannya. Kebiasaan nontonnya ternyata membuahkan hasil. Ya meski sedikit, setidaknya ia mendapatkan ilmu.

Mempelajari Bahasa Asing memang hal yang paling sulit dan membosankan. Tapi tidak untuk Matahari Kristalea. Sedari SMP, tepatnya kelas 9 ia sudah menaruh kesukaan akan Bahasa Asing khususnya Bahasa Korea lewat grup Boyband Korea 방탄소년단, Bangtan Sonyeondan.

Bumi untuk Matahari [On Going]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon