6. PAKETAN CANTIK 2
"Misteri sebagai tantangan nyata untuk mencapai kebenaran yang dibungkus cantik oleh kejahatan. Sejatinya, misteri ada untuk dipecahkan bukan diratapi apalagi didiamkan."
***
Paketan cantik kian kembali hadir di rumah Ari. Bedanya, kali ini paketan itu sudah seseorang tinggalkan di depan pintunya. Paketan yang membuat Ari dan Caca terpedaya melongo saat itu, entah kenapa bisa datang kembali. Paketan yang harus dengan pintar Ari sembunyikan dari Galaksi juga Kejora. Tentang paketan yang terbungkus cantik ini, isinya kenangan-kenangan bersama Papanya. Juga tulisan-tulisan yang membuat dirinya merasa diteror.
Ari membawa masuk paketan cantik itu ke dalam, langkahnya diam-diam agar tak ketahuan orang dalam.
"Apasih misinya ngirim semua ini!" decak kesal Ari sedikit memukul paketan yang dipangkunya itu.
***
"Bum, Matahari noh sendirian," ujar Venus melengos ke arah bahu jalan.
Tanpa balasan apapun, Bumi langsung menghampiri Matahari. Venus hanya memperhatikan arah gerak Bumi yang kian terlihat semakin jauh.
"Naik angkot?" tanya sekaligus sapa Bumi ketika berada tepat di hadapan Matahari.
"Enggak,"
"Lah kok turun di sini?" heran Bumi memutar kedua bola matanya. "Lumayan jauh loh, apa enggak capek lo?" sambungnya.
"Gapapa, olahraga," balasnya ketus.
Bumi nyengir kuda. Tak lama, tangannya merambas masuk ke dalam celah antar jari-jari Matahari. Sayang, meski pergerakan tangan Bumi cepat, Matahari pun tak kalah cepat untuk mengibasnya.
"Udah deh mending lo pergi, temen lo di sana nungguin," cuek Matahari melipat kedua tangannya ke depan dada.
"Dan jangan pernah gangguin gue lagi!" Matahari pergi meninggalkan Bumi begitu saja. Sedangkan Bumi beberapa kali menelan salivanya sendiri.
"Maksud tuh cewek apaya? Gak biasanya! Meski biasanya jutek, gak gini-gini amat," monolognya berdiri di seberang jalan. "Atau ada yang salah sama gue?"
"Anjirlah ngapa gue jadi mikirin dia."
Bumi sudah cemas akan perbedaan yang terjadi pada Matahari. Meski ia hanya iseng semata dengannya, entah Matahari berhasil membuatnya berpikir keras tentangnya.
"Bum ngapa lo ngomel-ngomel sendiri kayak orgil," sahut sapa Bintang yang baru saja sampai di depan gerbang.
"Lo gak liat apa emang mata lo yang picek?!" ujar Venus yang sedari tadi menunggu Bumi di tempat pos.
YOU ARE READING
Bumi untuk Matahari [On Going]
Teen FictionBUMI Yang rasa sukanya sengaja disamarkan. "Karena bersikap biasa saja adalah cara gue menjaga." Tidak ada kehidupan yang kacau berantakan, semua terjadi sejatinya karena kita telah menginjak usia perbatasan, 17 tahun. #🏅Rank: 2 In Cerita Baru 05 F...