14. BUMI, LANGIT, DAN BINTANG

200 33 27
                                    

14. BUMI, LANGIT, DAN BINTANG

"Berada di saat masa-masa tersulit seseorang adalah hal luar biasa yang bisa setiap orang lakukan, namun sama sekali tidak pernah terpikirkan."
—From Story BUM

***

"Heh lo kan yang ganggu Ari tadi?"

Caca langsung membuka perlahan tutup botol air mineral yang sedari tadi di genggamnya dan langsung menyiram ke wajah Senja yang kian sedang duduk bersila.

Berani sekali Caca melabrak Senja, entah kerasukan setan apa. Apalagi gadis itu langsung menemuinya di dalam kelas. Kelas yang benar-benar asing penghuninya.

Senja berdengus kesal. Ia bangkit dari duduknya. Wajah dan sebagian seragamnya basah. Mimiknya benar-benar tak terkontrol, seperti sudah terbentuk dua sungut di atas kepalanya.

"Udah gila ini anak," remeh Rintik menatap sinis Caca.

"Diem ya lo, gue gak ada urusan sama lo!"

Caca berhasil menciptakan aura panas di ruangan itu, amarah Senja dengan dua temannya meningkat sekujur tubuh. Rasanya seperti ingin langsung menghajar dengan tangannya langsung.

"Gak usah ya lo pake nunjuk-nunjuk segala, gue gak suka!" tebas Rintik meraih kasar pergelangan tangan Caca.

"Terus kalo lo gak suka apa masalahnya sama gue?"

Benar-benar ruangan itu dibuat panas oleh Caca. Ketiganya geram akan sikap sok beraninya.

Senja senyum sinis menatapnya. Langkah demi langkah ia ayunkan pelan-pelan.

Tap!

Rintik dan Embun serentak memegang erat tangan Caca. Rintik untuk tangan sebelah kanan dan Embun tangan sebelah kiri.

Aba-aba tanpa suara alias isyarat itu terjadi begitu sempurna meski hanya sekejap saja. Senja memang ratunya, bermain cantik tanpa mengusik lawan merupakan hal yang sangat biasa baginya.

Sorotan matanya mendapati ada botol air mineral tergelatak di meja sana. Alih-alih bola matanya berotasi seakan sudah membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Senyum. Keadaan saat ini yang memaparkan wajah yang cantik jelita itu akan berakhir kemenangan.

Syurrrrrr!

Air mengalir membasahi rambut Caca. Ketiganya senyum sumringah karena pasalnya Caca berani mencari ribut dengannya ya inilah jawaban yang sempurna untuknya.

"Ini wilayah gue. Gak usah sok berani lo!" Senja meraih dagu Caca agar ia menatapnya. Ada senyum merekah di bibir Senja melihat lawannya urak-urakkan terlihat lemah.

"Pantes juga ya lo berpenampilan kayak gini," ujar Senja melepas cengkramannya. Dan berjalan mondar-mandir memandangi Caca yang basah kuyup.

"Sama kayak Ibu lo, tukang bebersih!"

Caca berusaha memberontak dari cengkraman Rintik dan juga Embun. Pasalnya, kalimat yang Senja lontarkan kali ini benar-benar mengusik hatinya.

"Jaga ucapan lo yang busuk itu!"

Senja sedikit terkekeh. Diimbangi oleh kedua temannya yang memandang Caca setengah iba. Sudah tidak bisa berbuat apa-apa, masih saja berusaha berulah. Ketiganya seolah tak habis pikir pada gadis malang yang kian tampilannya berantakan itu.

"Lo anak dari tukang bebersih sekolah aja belagunya selangit," ujar Senja menjambak rambut panjang milik Caca itu.

"Sadar posisi Mba!" ucap Senja tepat di telinga Caca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bumi untuk Matahari [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang