Bab 8

5.8K 477 11
                                    


"Kismi, kamu dipanggil ustadzah Shofia tuh! Katanya dapat telvon dari Mamamu," kata Lela, salah satu teman kelasnya yang kebetulan sekamar juga selama di pesantren kilat.

Kismi yang saat itu sedang merapikan catatan pengajian tadi pagi langsung berbinar, pasalnya sudah 2 minggu ini dia sangat rindu suara lembut Anita. Pernikahan Elsa yang hitungannya kurang dari jari-jari 2 tangan membuat keluarganya dirumah teramat sibuk sampai-sampai Kismi merasa dilupakan.

"Seriusan?" tanyanya meyakinkan.

"Iya Kis cepetan pergi ke kantor sekretariat pondok sana!"

"Oke oke makasih ya Lel!" secepat kilat Kismi berlari menuju kantor sekretariat yang berada di dekat gerbang depan berbatasan dengan asrama putra. Dia sudah tak sabar ingin meceritakan berbagai hal dengan Anita.

Sedari dulu, segala hal apapun tak ada yang Kismi sembunyikan dari bundanya selain satu perkara. Fahri saja. 

"Kismi?" tanya ustadzah penjaga. Kismi mengangguk cepat.

"Iya Ustadzah, saya Kismi!"

"Baik, silahkan masuk!"

"Terimakasih Ustadzah, permisi!" izinnya, lalu masuk kedalam kantor dengan sopan sembari membungkukkan badan ala santri.

Belum 3 menit Kismi menunggu, telpon sudah berbunyi. Dengan cepat dia meraih gagang telepon.

"Assalamu'alaikum Bun, ini Kismi. Bunda kemana aja sih kok baru nelvon? Kismi kan kangen. 2 minggu nggak denger suara bunda membuat Kismi setengah frustasi tau hehe. Bun Kismi mau cerita, badan Kismi pegel-pegel semua nih! Soalnya kasur tidurnya tipis banget Bun, pokoknya nanti kalau udah pulang Bunda harus pijit Kisma ya, oke? Oh iya Bun, persiapan pernikahannya Kak Elsa gimana? Lancar semua kan? Kapten Gibran gimana Bun? Udah akrab sama Kak Elsa? Tau nggak Ma, ternyata disini nggak ada sinyal makanya pas hari Ahad kemaren Kismi nggak bisa nelvon apalagi video call-an. Terus gimana nanti Kismi menghubungi saat pernikahannya Kak Elsa? Gimana dong Bun?" Kismi menjeda ucapan panjangnya, sekedar menghela satu tarikan nafas.

"Terus gimana dong Bun?" ulangnya sekali lagi. Tapi tak ada sautan dari telpon seberang sana.

"Halo, Bu? Ini Bunda Kismi kan" nadanya mulai panik.

"Ehm Halo!" suara bariton lawan telvonnya membuat Kismi kaget. Oh No, salah sambung rupanya!

"He-he halo? Ini bukan Bunda Kismi ya?"

"Bisa bicara dengan Ahmad Fahri Kholilur Rahman?" kedua bola mata Kismi sempurna membelalak. Kemudia membalikkan badannya.

Jlep! Mati kau Kis!

"Eh Fahri juga dapat telvon ya?" tanya Kismi dengan seringainya. Ternyata Fahri sudah berdiri dibelakang Kismi sedari tadi. 

Fahri mengangguk ragu.

"Itu telvon buat aku ya?"

Malu-malu Kismi mengangguk "Hehe nih!" Fahri menerima gagang telpon dari tangan Kismi. Setengah mati dia menahan tawa karena sebenarnya dia juga mendengar ocehan panjang Kismi  tadi.

"Mungkin telpon dari Bunda setelah ini deh!" lirihnya lalu menjauh.

"Gila gila gila gila! Aduh malunya sumpah, dasar Kismi oon!" gerutunya dalam hati.

***

Gibran mondar-mandir mencari flash disk miliknya yang dipinjam Fahri sehari sebelum adiknya itu berangkat mengikuti pesantren kilat.

Saat ini dia membutuhkan rekapan data penting yang dia simpan di dalamnya.

Seisi lemari dikamar Fahri telah Gibran obrak-abrik tapi benda sekecil penghapus pensil anak SD itu tidak berhasil dia temukan.

Mengingat hari itu Hari Ahad, Gibran berinisiatif menghubungi Fahri melalu nomer telephon pondok pesantren yang diterimanya sebelum Fahri berangkat dulu.

Setelah menunggu hampir 5 menit dari telephon pertamanya, Gibran kembali menghubungi nomer itu.

Panggilan tersambung tak lebih dari 4 detik.

"Assalamu'alaikum Ma, ini Kismi. Mama kemana aja sih kok baru nelvon? Kismi kan kangen. 2 minggu nggak denger suara Mama membuat Kismi setengah frustasi tau hehe. Ma Kismi mau cerita, badan Kismi pegel-pegel semua nih! Soalnya kasur tidurnya tipis banget Ma, pokoknya nanti kalau udah pulang Mama harus pijit Kisma ya, oke? Oh iya Ma, persiapan pernikahannya Kak Elsa gimana? Lancar semua kan? Kapten Gibran gimana Ma? Udah akrab sama Kak Elsa? Tau nggak Ma, ternyata disini nggak ada sinyal makanya pas hari Ahad kemaren Kismi nggak bisa nelvon apalagi video call-an. Terus gimana nanti Kismi menghubungi saat pernikahannya Kak Elsa? Gimana dong Ma?"

Gibran yang belum sempat angkat bicara terpaksa harus mendengar ocehan dari seberang sana. Yang ternyata bukan adiknya.

"Terus gimana dong Ma?" tanyanya lagi.

"Halo, Ma? Ini mama Kismi kan?"

Gibran terdiam, dia baru menyadari kalau lawan bicaranya ini adalah Kismi, adik dari calon istrinya.

"Ehm, halo?" Akhirnya Gibran berkesempatan mengeluarkan suara juga. Tak ada sautan dari seberang sana.

"He-he halo? Ini bukan mama Kismi ya?" tanyanya lagi yang membuat Gibran gemas mendengarnya.

"Bisa bicara dengan Ahmad Fahri Kholilur Rahman?" tak ada sautan, tapi samar-samar Gibran mendengar obrolan di seberang sana.

"Halo, Assalamu'alaikum Mas Gibran!" sapa Fahri menahan tawa.

***

Kismi menghentak-hentakan kakinya kesal, wajahnya cemberut di sepanjang perjalanan menuju kamarnya. Ingin menghujat tapi takut Dosa.

"Ada apa, hm?" Nadia bertanya dengan tatapan heran. Jika wajah Kismi berubah merah tapi bukan merona, berarti sedang terjadi sesuatu padanya.

Kismi duduk selonjoran disamping Nadia, menyandarkan punggungnya ke tembok.

"Kayaknya barusan udah di telvon tante Anita deh?"

"Mana ada, barusan itu Ziyad yang nelvon. Mama lagi sibuk mengurusi pernikahan Kak Elsa!"

"Utuututu kasihan banget deh, sampai sebegitu cemberutnya,"

Kismi menghela nafas panjang.

"Kamu tau sendiri kan Nad, aku tuh kangen banget sama Mama. Beberapa malam terakhir selalu mimpiin Mama, Eh ternyata tadi bukan Mama yg telvon, pakek salah sambung juga lagi!" gerutu Kismi. Nadia menghentikan aktivitas menulisnya, menoleh kearah Kismi.

"Salah sambung gimana sih?"

" iya, tadi tuh aku udah ngomong panjang lebar ternyata itu telvon untuk Fahri dari kapten Gibran!"

Bola mata Nadia membelalak, "Seriusan?"

"Serius lah Nad! Sumpah malu banget tau nggak, haduh jadi takut nanti kalau ketemu sama dia, Kapten Gibran jadi tau kan kalau aku agak cerewet," ucapnya gedeg. Nadia tertawa.

"Emang tadi kamu apa aja Kis?" tanya Nadia penasaran. Kismi mengulang lagi ucapan panjang tadi, seingatnya.

"Kamu mah bukan agak cerewet Kis, tapi cerewet pakek ba-nget-nget!"

"Nadia ih, sukanya memperkeruh suasana hatiku saja!"

"Tapi kenyataan, kan?" ujar Nadia di sela tawanya.

"Udah ah, aku mau sholat dhuha aja. Bye!" Kismi beranjak meninggalkan Nadia yang tengah terpingkal itu.

"Bye! Jangan lupa titip doa-doaku ya Kis!" Teriak Nadia. Kismi berlalu menghiraukannya.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang