Bab 60 (Jangan Meragu)

3.1K 430 124
                                    

Bismillah,

Assalamu'alaikum semua,,

Semoga harinya indah, 

Dan jangan lupa bahagia!

***

Hari Ahad, sekitar pukul 8 waktu Indonesia bagian barat.

Di sepanjang jalan Ijen yang biasaya ramai dengan hilir mudik kendaraan bermotor, khusus hari ahad berganti dengan luapan manusia dari semua tingkatan usia. Mulai dari kakek-nenek yang berjalan tertatih dituntun cucunya, pasangan pasutri dengan menggendong atau mendorong kereta bayi mereka, anak-anak kecil yang berlarian, muda-mudi dengan pasangan masing-masing maupun temen circlenya, semuanya terlihat happy dengan tujuan yang mungkin saja hampir sama, yaitu olahraga santai atau hanya sekedar healing belaka.

Kismi dan Nadia tengah duduk dengan kaki selonjor di pinggiran taman. Sudah hampir 2 jam mereka berkeliling mengitari jalanan ijen, membuat kakinya berasa nyaris patah saja.

"Ya Allah, wajahmu dari tadi cemberut terus Kis? Kenapa sih?" Kismi menoleh, dilihatnya wajah Nadia yang menatap tajam kearahnya penuh intimidasi, sedangkan mulutnya sibuk mengunyah kentang spiral yang barusaja dibelinya.

Kismi menggeleng kuat. "Nggak kenapa-kenapa Nad! Aku-"

"Bohong banget!" sela Nadia. Bibir Kismi memang mengatakan baik-baik saja, namun, raut muka, tingkah laku, dan sorot mata tak bisa bohong. Insting Nadia selalu tepat sasaran.

Kismi menghela napas panjang. Membohongi Nadia memang tak akan berhasil.

"Kapten Gibran, Nad!"

"Kenapa Kapten Gibran?"

Kismi terdiam, bingung bagaimana cara menjelaskannya.

"Menurutmu Kapten Gibran tipikal orang yang amanah nggak?"

Nadia mengerutkan keningnya heran. "Sepertinya sih amanah. Memangnya kamu menitipkan apa kepadanya?"

"Menitipkan hatiku agar tidak ia sakiti!"

"Ya Allah Kis, tumben banget kamu melebay! Hemm talah kukira ada apa!" Nadia memukul pelan punggung sahabat lamanya itu. "Utututu iya iya, tau kok kalian adalah pasutri bucin yang sedang LDR an, rasa khawatir dan curiga memang kerap kali menimpa pasangan jarak jauh Kis, tapi tenang saja, aku yakin kok Kapten Gibran pasti amanah dengan perasaanmu. Aku aja yakin masak kamu yang istrinya meragu sih?"

Kismi terdiam. Perkataan Nadia bagaikan seember air yang menyirami hatinya yang sempat tandus. "Begitu ya Nad?"

Nadia mengangguk mantab.

"Kamu kenapa berpikir seperti itu gimana ceritanya?"

"Ya kemaren aku sempat curiga Kapten Gibran sedang tidak di tempat perantauannya Nad, Astaghfirulllah, aku sempat berpikir dia selingkuh juga tau Nad!"

"Hem hem, bisa-bisanya kamu Kis? Awas berdosa loh!"

"Nadia ih!"

"Ya makanya cepat minta maaf karena sudah meragu sana!"

"Iya iya nanti aku minta maaf. Nanti aja tapi di asrama."

"Eh kalian bahas apa sih? Serius banget!" Tiba-tiba Luna muncul dengan membawa 10 tusuk sempol di tangan kirinya dan tea tarik di tangan kanannya.

"Ya ampun Lun! Hobi jajannya nggak kurang-kurang ya kamu ini!" hardik Nadia heran. Lebih heran lagi sebab meskipun hobi Luna nyemil dan makan, berat badannya tetap ideal. Tak seperti dirinya jika over dosis sedikit saja berat timbangannya pasti naik. Mengsedih sekali bray!

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon