Bab 16 (Bukan salah dengar)

5.6K 433 12
                                    

Kis, kamu dipanggil Ibu Nyai Shobibah, cepat ke Ndalem sana!" Kismi yang sedang berbenah-benah barang bawaan, menghentikan aktivitasnya. Menoleh kearah sumber suara, Ustadzah Shofia datang mendekatinya.

"Hah? Beneran saya Ustadzah?" tanya Kismi heran. Untuk urusan apa dia samapi bisa dipanggil begitu.

"Iya, cepetan sana! Udah ditungguin loh," Tanpa banyak bertanya lagi, Kismi segera beranjak menuju ke arah Ndalem Bu Nyai Faridah (Istri Kyai Mannan).

Di teras Ndalem, Bu Nyai Shobibah tengah menunggu Kismi seraya lisannya terus berdzikir kepada Sang Maha Pencipta.

"Assalamu'alaikum Bu Nyai," salam Kismi dengan penuh ta'dzim. Gaya ala-ala santri.

"Wa'alaikumsalam Nak, mari mendekat!" titah Bu Nyai Shobibah, Kismi maju mendekat dengan tubuh sedikit membungkuk.

"Ngapunten Bunyai, enten nopo nggeh?" (Mohon maaf Bu Nyai, ada apa ya?)

"Begini, nanti sore kalian sudah pulang ke Malang, saya hanya ingin memberimu ini Nak, mumpung ingat!" Kismi meraih buku yang diberikan Bu Nyai Faridah dengan sopan.

"Coba baca judulnya!" Kismi mengangguk pelan.

"Wanita Sholihah Perhiasan Dunia, Bu Nyai." Kata Kismi memelankan suaranya.

"Mengerti, kenapa saya memberimu buku itu?" tanya Bu Nyai Faridah. Kismi terdiam.

"InsyaAllah mengerti Bu Nyai,"

"Kamu baca buku itu, kalau bisa sampai khatam. Kemudian terapkan apa isinya. InsyaAllah kamu bisa menjadi sebagaimana tujuan penyusunan buku itu." Kata Bu Nyai Shobibah dengan seulas senyum.

"InsyaAllah akan saya baca dan amalkan, Bu Nyai!"

"Alhamdhulillah Nak, semoga bisa bermanfaat." Kismi mengangguk pelan.

"Matur Nuwun, Bu Nyai!" (Terima kasih, Bu Nyai).

Bu Nyai Shobibah tersenyum lagi.

"Sebenarnya buku itu titipan dari Fawwas Putra saya!"

"Oh, enggeh Bu Nyai, Matur Nuwun!" Sebenarnya Kismi terkejut mendengarnya, banyak pertanyaan muncul di pikirannya, "Kenapa Gus Fawwas memberiku buku ini?" bathinnya.

"Sebenarnya saya ingin menahanmu disini dan menjadikanmu menantuku, Nak! Tapi karena kamu masih harus sekolah dan putra saya juga masih akan berangkat lagi ke Timur Tengah, maka saya bisa apa? Jika memang Gusti Allah berkehendak, insyaAllah kelak kita pasti bisa bertemu kembali." Kismi mengangguk. Raut mukanya memang terlihat tenang, tapi hatinya tidak,penuh gejolak.

"Jika kalian memang tidak ditakdirkan berjodoh, semoga kamu kelak mendapatkan jodoh yang sholeh, yang bisa memimpinmu menuju ridho-Nya Allah Swt," ujar Bu Nyai Faridah dengan tersenyum lembut,

"Aamiin, Bu Nyai, nyuwun pengastunepun," (Minta doa restunya)

"Enggeh Nak, Aamiin. Ya sudah, monggo kalau mau kembali ke kamar untuk beres-beres!" Kismi mengangguk lagi, mendekati Bu Nyai Faridah kemudian mencium tangan kanannya dengan ta'dzim.

"Jangan lupa pesan-pesan yang saya sampaikan ya, Nak!" titah Bunyai Faridah seraya mengusap lembut ubun-ubun kepala Kismi.

"Enggeh Bu nyai, insyaAllah!" Kismi mundur beberapa langkah.

"Izin pamit, Bunyai. Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalam Nak, silahkan!"

Kismi undur diri dengan membungkukkan badan khas para santri yang berada dihadapan Kyai/ Bu Nyai nya.

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now