Bab 22 (Jalanin aja, gapapa)

5.9K 472 12
                                    

Bismillah, semoga banyak yang suka hehe


Di vote aja aku swenneng banget, apalagi di koment huhu


  ***

Dulu senyum manis di wajah Kismi adalah obat. Obat kegundahannya ketika capek lari-lari mengutari lapangan saat jam olahraga. Obat kejenuhannya ketika menghitung ruwetnya soal Fisika. Obat kerinduannya usai libur panjang sekolah. Dulu Kismi adalah obat, meskipun memandangnya hanya sepersekian detik saja. Tak berani lebih lama, takut menumpuk dosanya.

Tapi kini? Obatnya itu telah berubah menjadi racun bagi hatinya sendiri. Bukan senyumnya bukan tawanya, bukan pula derai suara renyahnya. Mata sembab itu berhasil membuat dunia indah Fahri menggelap juga. Fahri menyadari, seharusnya dari dulu ia tidak perlu melabuhkan hatinya pada gadis itu. Iya seharusnya memang tidak usah.

"Cristiano Ronaldo ketika bayi di cengkokin susu apa sih sama emmaknya? Bisa-bisanya segesit ini kamu Bang!" Fahri melirik sekilas kearah bangku Jona dibelakang yang heboh mengkritisi gerakan Sang Pemain Bintang sepakbola. Padahal saat itu ia tengah mendengarkan murattal Surah Ali-Imran dari balik earphonenya. Jika ada pertandingan suara ter-glegar mungkin Jona menduduki klasemen puncak.

"Kalau menurutku sih bukan dicengkokin susu Jon! Tapi jamu temulawak yang dioplos dengan kukubima energy roso-roso deh hahah!" Jona dan Rangga saling lempar tawa receh. Ketara banget sebenarnya dua makhluk astral itu sedang mencari perhatian Fahri saja. Semenjak kemaren Fahri memang mengabaikan mereka, tidak mengajak bicara melebihi 5 kata.

"Ri, entar sepulang sekolah kita mampir Gramed yuk, ada serial komik Detektiv Conan edisi terbaru loh!" seru Rangga tiba-tiba duduk di bangku samping Fahri. Sebelah mata Rangga berkedip kearah Jona di belakang sana.

Tak ada respon, Rangga memukul-mukuli lengan Fahri manja macam bencong penggoda.

"Fahri ih, sakit tau dicuekin!"

"Apaan sih. Emmoh, males!" tolaknya dengan nada setengah tinggi.

Ranggapun menyerah, kembali ketempat duduknya di belakang dengan muka cemberut hebat macam anak kecil yang dilarang main layangan oleh emmaknya.

Kemudian giliran Jona yang mendekati Fahri.

Dengan tampang watados alias wajah tanpa dosa-nya, Jona melepas sebelah earphone dari telinga kanan Fahri.

"Ri, kamu tau nggak, tadi aku lihat Kismi nangis!" bisik Jona, Fahri terdiam.

"Terus?"

"Terus kamu tau nggak apa alasannya, aku tau loh!" Fahri terdiam mempause ­murattal dari ponselnya. Mencarna ucapan yang dilontarkan Jona. Antara percaya dan tidak, karena seringkali Jona menceritakan sesuatu yang hanya berupa karangannya saja.

Sebenarnya, Fahri telah mengatahui kemelut dan kesedihan yang menimpa Kismi sebelum Kismi sendiri menyadarinya. Apalagi semalam Ummi Aminah banyak cerita tentang kondisi Kismi pada keluarganya. Tapi yang membuat dia penasaran adalah apakah hal yang sedang dialami Kismi diketahui orang lain atau tidak, itu saja.

"Mau tau nggak?" senggolan lengan Jona di lengan Fahri membuyarkan lamunannya.

"Apa memangnya? Jangan sok tau!"

"Yekah, dibilangin kagak percaya, aku tadi dengar langsung dari sumbernya saat tanpa sengaja lewat didekat mereka tadi pagi. Jona kembali merapatkan tubuhnya kearah Fahri, membisikkan sesuatu di telinga temannya yang sedang galau itu.

"Si Pipin, kucing kesayangannya hilang entah kemana, makanya Kismi jadi sedih!" ucap Jona yakin.

Fahri dibuatnya bungkam, menatap geram wajah menyebalkan Jona yang cengar-cengir seperti manusia yang tidak pernah tertimpa beban masalah dalam hidupnya.

"Bagaimana kalau kita bantuin Kismi mencari Si Pipin nanti sepulang sekolah?"

Fahri melirik Jona tajam.

"Mau nyari kucingnya kemana? Keseluruh plosok Malang Raya?" Jona terdiam, mencoba berpikir keras.

"Nyarinya di sekitaran Jatim Park Zoo aja, pasti ketemu!"

"Ngarang kamu Jon, rumah Kismi dimana, Jatim Park Zoo dimana! Beda alur, mana mungkin kucingnya bisa keluyuran sejauh itu! Lagipula jika kita ke Jatim Park Zoo yg ada kucing lainnya, bukan Pipin! Udah sana jangan ganggu!" Jona melongo mendengar penuturan panjang yang dilontarkan Fahri.

"Ih Fahri kok jadi semakin galak sih, Kan jadi takut akutuh!" Se

"Udah sana balik ketempatmu!" omel Fahri gregget. Jika dibandingkan, anatara Rangga dan Jona yang paling menguras emosinya ya tentu saja Jona. Valid no debat!

  ***

"Kis, kamu gapapa?" Kismi yang sedang menulis di buku diary-nya menoleh. Dilihatnya Fahri telah duduk di bangku barisan depannya. Sejak beberapa hari terakhir, Kismi selalu muncul dengan wajah pilunya, membuat Fahri penasaran setengah mati dengan kondisi gadis malang itu. Apalagi masa ujian nasioanal yang semakin dekat membuat Fahri jujur sangat khawatir.

"Hem?" Kismi menoleh kearah bangku Nadia, kosong.

"Kamu gapapa?"

"Ya gimana ya? Kamu tau sejak kapan tentang hal itu?" Kismi balik bertanya.

"Aku tau sejak akad kalian sih, Itupun keponakanku yang cerita!" Kismi terdiam. Menghembuskan napas gusar.

"Dibilang gapapa, sebenarnya ada banyak hal yang menjadi kenapa-napa. Ada banyak hal pula yang mungkin akan berubah. dan juga dengan masa depanku, gatau tau lagi deh bakalan jadi seperti apa? Kalau kamu jadi aku gimana Ri?" Kismi mendongak ke arah Fahri sepersekian detik, lalu kembali fokus ke bukunya.

"Kalau aku jadi kamu ya jalanin aja, gapapa. Menurutku kamu itu kuat, meskipun ini hal yang sangat berat. Semua hal di dalam hidup memang tidak selalu sesuai dengan apa yang manusia ingin. Dengan masa depanmu, tidak akan ada yang berubah, kejarlah atau mungkin hanya ada beberapa hal yang perlu di tata ulang."

Kismi mengangguk mendengar ucapan Fahri. Ucapan yang sebenarnya ia tujukan pada dirinya sendiri juga.

"Kamu yakin aku bisa kuat menjalani?" Fahri tersenyum.

"Aku yakin Kis, percayalah. jalanin aja semuanya!"

"Kalau aku nyerah aja gimana? Dan menghentikan semuanya?"

Fahri menggeleng.

"Kalau kamu mengakhiri semuanya, akan ada banyak hal lagi yang berubah, bahkan jauh menyakitkan!"

Kismi terdiam.

"Jalanin aja Kis, gapapa. Kamu pasti kuat!" Kismi tersenyum. Senyum pertamanya setelah badai yang menimpa. 

"Kamu nggak sendiri Kis, banyak yang akan memberikanmu dukungan, percayalah!'

Obrolan mereka berhenti ketika Nadia muncul di hadapan mereka.


  ***

SOK BIJAK LU RI, KWKWWK


Udah segitu aja, gaje maaf ya,,,

Jangan lupa bersyukur. Emmuach!




Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now