Bab 37

4.5K 449 13
                                    

Bismillah, semoga banyak yang suka hehe


Halo. 

Bertemu lagi.

Dengan cerita dalam kisah ini.

Yang semakin lama semakin absurd saja jalan ceritanya.

Semoga kalian tetep setia,

Kawal sampai dibaca ratusan ribu yak, wkwkkwk (Ngarep aja dulu, gapapa kan?)


Oke, langsung aja!

Selamat membaca!


***

Kismi merengut kesal. Kedatangan Anita dan Ziyad di rumah mertuanya semula memang membuatnya amat senang. Tapi setelah mengetahui maksud kedatangan mereka, keceriaan di wajah Kismi sirna sudah. Berganti dengan beban hidup yang serasa tak ada habisnya.

"Kami ke Semarang hanya sepekan saja loh Kis, Bude Arum mau operasi ginjal dan sekarang posisinya sedang berdua saja sama Dimas. Kamu tau sendiri 'kan kalau Pakde Didit ada di luar negri dan Sonia juga sedang kuliah di London. Masak Dimas yang masih SMP bisa ngurusin ibunya sendirian? Ra iso lah nak."

Kismi terdiam. Heran kenapa bisa sekebetulan ini. Tadi, dia sempat berburuk sangka pada Bundanya bahwa ini semua hanya sandiwara belaka. Akal-akalan untuk mendekatkan dia dengan Kapten Gibran. Menarik-ulur dirinya supaya lebih berlama-lama tinggal disana. Sedangkan Ummi Aminah hanya diam menyaksikan interaksi antara ibu dan anak dihadapannya tersebut.

"Lah Ziyad kok ikut Bund? Yaudah Kismi ikut juga deh!"

Anita menggeleng cepat. "Kamu itu udah mau ujian akhir, eman-eman Kis! Beda dengan Ziyad."

"Gimana kalau Kismi di rumah aja?" tawar Kismi lagi. Tiga hari saja berada dirumah Kapten Gibran sudah merasa sangat tertekan jiwanya, apalagi jika ditambah. Lebay lu Kis, santuy aja kali.

"Loh loh loh, ya jangan, bahaya Kis. Kamu nggak tau saat ini Kota Malang sedang musim maling? Kompleks belakang rumah itu kemarin malam kemalingan sepeda motor dan tetangga sebelahnya juga kemalingan hal serupa."

"Betul itu Kis, di Tv-tv juga banyak diberitakan. Kalau kamu dirumah dan sendirian, resikonya tinggi sekali. Bisa-bisa kamu diincer komplotan maling!" Ummi Aminah menambahi.

Mereka berdua seakan-akan tengah bekerjasama untuk terus menakut-nakuti.

Kismi menelan salivanya berat. Apa-apaan ini?

"Ya sudah, Bunda kasih pilihan. Menginap disini seminggu atau pulang kerumah tapi syaratnya harus sama Nak Gibran juga."

Lengkap sudah. Kismi merasa sangat terintimidasi saat ini.

"Tidak ada pilihan lain?" Anita dan Ummi Aminah menggeleng serempak.

"Ya Allah Ya Karim!" Kismi menyandarkan punggungnya pasrah. Berbagai hal berputar di kepalanya. Jika ia tetap disini, itu tidak baik. Ia sudah lelah harus harus macak kalem dihadapan Ummi Aminah dan Abah Hasan. Ia sudah lelah harus berseruangan dengan Kapten Gibran walau masih 2 hari belakangan. Terlebih, hatinya sudah lelah menepis keberadaan Fahri yang kerap kali keluar-masuk relung jiwanya meski tidak ingin. Lelah sudah.

 Tapi jika Kismi memilih pulang ke rumahnya sendiri bersama Kapten Gibran, itu juga tidak baik. Pikiran Kismi travelling kemana-mana jika hanya tinggal berdua saja. Berbagai peristiwa mungkin bisa saja terjadi meski tidak diniati. Dan itu jauh lebih bahaya. Tapi ya,

Kisah kasih Kismi (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now